Inflasi Inti Turun, Masyarakat Masih Hati-hati Berbelanja
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro. (Bank Mandiri untuk Jawa Pos)
05:36
2 Juli 2025

Inflasi Inti Turun, Masyarakat Masih Hati-hati Berbelanja

Pada Juni 2025, Badan Pusat Statistik mencatat kembali mengalami inflasi setelah sebelumnya deflasi pada Mei 2025. Didorong oleh naiknya harga pangan dan biaya transportasi selama musim libur sekolah. Realisasi itu menunjukkan bahwa daya beli masyarakat belum solid.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai, data inflasi Juni 2025 masih sesuai dengan ekspektasi. Kenaikan ringan menjadi 1,87 persen YoY mencerminkan faktor musiman sementara. Bukan perubahan tren inflasi yang mendasar. 

Inflasi bulanan 0,19 persen didorong oleh kenaikan harga pangan dan transportasi menjelang akhir bulan. Seiring dengan musim liburan sekolah. Namun, tekanannya masih tergolong moderat, berkat berbagai intervensi pemerintah. 

"Seperti diskon tarif pesawat dan transportasi umum lainnya yang membantu meredam inflasi musiman yang biasanya lebih tinggi," ujar Asmo kepada Jawa Pos, Selasa (1/7).

Dia menyoroti inflasi inti yang terus melambat. Dari 2,40 persen YoY per Mei 2025 menjadi 2,37 persen YoY di Juni 2025. Sebagian didorong oleh apresiasi rupiah seiring meredanya ketidakpastian global yang turut menurunkan tekanan inflasi dari barang impor. 

Namun, pelemahan ini juga bisa mencerminkan lemahnya konsumsi domestik. Hal ini sejalan dengan Mandiri Spending Index (MSI) yang menunjukkan momentum belanja masyarakat masih terbatas pada Juni 2025. Meskipun, terjadi sedikit peningkatan belanja pada pekan terakhir bulan tersebut bertepatan dengan libur sekolah. Peningkatannya tidak menyeluruh. 

Belanja kebutuhan pokok cenderung stagnan. Sementara pengeluaran rumah tangga untuk restoran hanya tumbuh kurang dari 1 persen rata-rata per pekan dibandingkan 1,1 persen pada 2024 dan 1,6 persen pada 2023. Ditambah belanja barang rumah tangga mengalami penurunan. 

"Pola belanja ini mencerminkan kehati-hatian konsumen yang masih berlanjut, kemungkinan disebabkan oleh kekhawatiran terhadap keamanan pendapatan atau ketidakpastian ekonomi secara umum," terang Asmo. 

Dari sisi eksternal, ketidakpastian akibat ketegangan geopolitik mulai mereda setelah adanya pernyataan gencatan senjata. Sentimen global yang membaik ini mendukung aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Serta berkontribusi pada penguatan nilai tukar Rupiah. 

Risiko kenaikan harga minyak juga semakin kecil. Sehingga turut menurunkan potensi tekanan inflasi impor. Ke depan, kami memperkirakan akan ada tekanan harga musiman menjelang beberapa periode perayaan, termasuk libur akhir tahun, terutama pada komponen pangan.

"Meskipun terdapat tanda-tanda pelemahan konsumsi, upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga telah membantu meredam tekanan inflasi. Secara keseluruhan, kami melihat ruang bagi inflasi utama (headline inflation) untuk mengakhiri tahun sedikit di bawah proyeksi kami sebesar 2,38 persen YoY," ucap ekonom lulusan Universitas Indonesia itu.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #inflasi #inti #turun #masyarakat #masih #hati #hati #berbelanja

KOMENTAR