Cerita Openending, UMKM Tas Lokal Bandung yang Bangkit dari Pandemi
Henry, pemilik usaha tas Open Ending di lokasi produksinya di Bandung, Jawa Barat.(KOMPAS.com/ELSA CATRIANA)
18:04
1 Juli 2025

Cerita Openending, UMKM Tas Lokal Bandung yang Bangkit dari Pandemi

Gagal sebagai supplier di masa pandemi Covid-19 bukan akhir segalanya bagi Henry, pengusaha asal Bandung, Jawa Barat.

Justru dari keterpurukan itu, ia membangun kembali usahanya dari nol dan kini sukses menjadi produsen tas lokal dengan merek sendiri yakni Openending.

Kepada Kompas.com, Henry berkisah, sejak dia berkuliah di salah satu kampus swasta di Kota Bandung, dia sudah tertarik untuk memiliki bisnis. Pada tahun 2003, dia memutuskan untuk menjadi supplier tas.

Pekerja memproduksi tas dengan jenama Open Ending di lokasi produksinya di Bandung, Jawa Barat. KOMPAS.com/ELSA CATRIANA Pekerja memproduksi tas dengan jenama Open Ending di lokasi produksinya di Bandung, Jawa Barat.

Alasannya memilih usaha tas adalah lantaran melihat ada peluang lain yang cocok untuk dikembangkan selain baju ataupun celana sebagai tambahan fesyen.

“Kan kalau dari fesyen dah banyak yang bisnis baju dan celana, nah aku melihat apa yang cocok untuk menambah fesyen lain yaitu tas. Makanya milihnya tas sebagai penunjang fesyen,” ujarnya saat dijumpai Kompas.com di rumah produksinya, Senin (30/6/2025).

Usaha supplier tas gulung tikar

Selama tahun 2003 hingga 2019 bisnis tasnya tidak terlalu besar, namun cukup menjanjikan.

Selain memasok tas untuk brand-brand lokal ternama yang ada di Bandung, Henry juga memasok tas untuk kebutuhan sekolah.

Namun pada tahun 2020 ketika pandemi Covid-19, bisnis Henry mati total.

Dia mengalami kerugian yang cukup besar. Pesanan-pesanan yang masuk untuk kebutuhan sekolah tiba-tiba dibatalkan.

“Kan pandemi sekolah libur, orang berpergian juga enggak ada. Siapa yang mau beli tas, ya enggak ada. Akhirnya keputusan yang saya buat adalah menutup usaha saya tersebut,” ungkapnya.

 

Tas ransel yang diproduksi Openending, UMKM asal Bandung, Jawa Barat. TANGKAP LAYAR AKUN SHOPEE OPENENDING Tas ransel yang diproduksi Openending, UMKM asal Bandung, Jawa Barat.

Akan tetapi, momen tersebut juga yang menjadi titik balik Henry untuk bangkit.

Henry melihat teman-temannya yang juga sebagian besar pengusaha di bidang fesyen meraup cuan dengan berjualan online.

Henry tertarik dan merasa tertantang untuk berjualan online. Tanpa menunggu banyak waktu, Henry langsung memutar ranah bisnisnya yang semula hanya supplier tas menjadi produsen tas dengan jenama sendiri.

Pandemi jadi titik awal kelahiran Openending

Tanggal 16 Juni 2020 menjadi awal mula Openeding resmi didirikan. Modal untuk Henry membuka usahanya pun tak besar, ia hanya dibantu oleh satu orang karyawan yang bekerja di sana hingga kini.

“Rumah produksinya pun aduh, kecil banget, modalnya saya juga kecil lah, tapi karena aku mau belajar semua saya lakukan sendiri,” katanya.

Shopee menjadi platform lokapasar pertama yang dia pilih untuk memasarkan tas produksinya. Henry mengaku tidak memiliki banyak ilmu untuk mengembangkan usaha bisnis secara online.

Namun, lantaran dia aktif mengikuti berbagai materi yang dia dapatkan sebagai seller Shopee, pelan-pelan bisnisnya di Shopee berkembang pesat.

“Aku ingat, dulu awal-awal sekali bergabung di Juni, pesanan hampir tidak ada sama sekali, bahkan ada pesanan itu setelah 15 bulan buka di Shopee baru ada pesanan satu atau dua pesanan tapi enggak masalah. aku fokus terus untuk belajar caranya bagaimana biar produk kita dilirik," kenangnya.

Hingga di satu titik, Henry mencoba fitur Iklan Shopee. fitur ini merupakan layanan bagi seller shopee untuk memasang iklan produk di dalam aplikasi dan situs shopee agar produk dan toko dapat dilihat oleh banyak pengguna.

 

Alhasil, produk tas milik Henry dibeli banyak pelanggannya. Seiring dengan banyaknya pesanan, Henry pun mulai membuka banyak lowongan kerja untuk membantu usahanya itu.

Buka banyak kesempatan pekerjaan untuk warga sekitar

Awalnya, Henry hanya dibantu oleh satu orang karyawan, namun saat ini total jumlah karyawannya mencapai kurang lebih 100 karyawan.

Mayoritas karyawannya adalah masyarakat sekitar yang tinggal tidak jauh dari rumah produksinya.

"Syukurnya saya bisa membuka lapangan pekerjaan untuk teman-teman yang di sekitar rumah, baik untuk penjahit lokal, ataupun tim pengemasan, sampai tim marketing," katanya.

Saat ini rata-rata jumlah produksi yang dibuat Henry dan timnya mencapai 300 tas per hari. Namun di momentum persiapan sekolah bisa memproduksi sekitar 1.000 tas.

"Karena kan banyak banget ya untuk persiapan sekolah. Ramai orderan kayak di momentum-momentum sekarang bisa sampai 1.500 produksi," katanya.

Openending sendiri pernah memproduksi tas terbanyak pada saat momen tanggal kembar 7.7 yang mencapai 3.000 sampai 4.000 tas secara mingguan.

Henry mengaku hampir semua fitur yang disediakan oleh Shopee berdampak pada penjualannya. Mulai dari iklan, kampanye tanggal kembar hingga Shopee Live.

Untuk penjualan Shopee Live, meski belum banyak orderan namun setiap berjualan di Shopee Live selalu ada pembelian produk.

"Kadang dua puluhan atau lebih, enggak terlalu banyak tapia da saja yang beli, live kita itu tiap hari 8 jam," tutur Henry.

Henry mengaku untuk saat ini dia masih fokus untuk penjualan nasional dulu. Akan tetapi, bukan berarti dia tidak tertarik untuk memasarkan produknya ke mancanegara sembari pelan-pelan menambahkan jenis produknya.

Saat ini jenis produk Openending adalah tas sekolah, tas kantor, dompet, hingga topi. Adapun untuk harganya dibanderol dari harga Rp 29.000 hingga 269.000.

Tag:  #cerita #openending #umkm #lokal #bandung #yang #bangkit #dari #pandemi

KOMENTAR