BI Sulit Turunkan Suku Bunga hingga 2026, Risiko Rupiah Melemah Mengintai
Ilustrasi suku bunga, suku bunga acuan. Suku bunga acuan BI. Pengaruh suku bunga acuan BI. Pengaruh BI Rate.(SHUTTERSTOCK/MONSTER ZTUDIO)
20:48
11 Mei 2025

BI Sulit Turunkan Suku Bunga hingga 2026, Risiko Rupiah Melemah Mengintai

- Keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, untuk kembali mempertahankan suku bunga acuannya pada FOMC Mei 2025 dinilai akan mempersempit ruang gerak Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuannya.

Senior Chief Economist Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75 persen untuk beberapa waktu ke depan.

Bahkan jika sinyal The Fed tidak mendesak untuk melakukan pelonggaran dan risiko inflasi meningkat karena tarif global dan tekanan mata uang, BI kemungkinan mempertahankan suku bunga acuannya hingga awal 2026.

"Bagi Indonesia, sikap Fed secara efektif mempersempit ruang manuver kebijakan," ujarnya dalam laporannya, dikutip Minggu (11/5/2025).

Dia menjelaskan, meski keputusan The Fed nampak dovish, namun keputusan tersebut tidak memberi banyak keuntungan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Dengan suku bunga AS tidak berubah, volatilitas pasar keuangan dapat diredam sementara waktu. Namun di sisi lain juga menandakan berkurangnya prospek penurunan suku bunga jangka pendek sehingga hanya menyisakan sedikit ruang bagi BI untuk melonggarkan sikap moneternya.

Selain itu, suku bunga AS yang tetap tinggi ditambah risiko geopolitik yang masih membebani sentimen investor, akan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah dan arus modal asing berisiko keluar dari Indonesia.

"Terutama jika Fed bersikap lebih agresif karena inflasi yang terus-menerus," tambahnya.

Alhasil kondisi tersebut membuat BI terjebak dalam posisi yang sulit antara menjaga stabilitas rupiah atau memberikan stimulus ekonomi.

Mengingat perlunya mengelola stabilitas mata uang dan stimulus, terutama karena pertumbuhan ekonomi RI pada Kuartal I 2025 melambat menjadi 4,87 persen dan menjadi yang terlemah sejak 2021.

Namun, dengan kebijakan AS yang tetap ketat ditambah dengan melemahnya yuan terhadap mata uang regional, BI tidak mungkin menurunkan suku bunga tanpa risiko depresiasi rupiah lebih lanjut dan inflasi impor, khususnya dari logistik yang lebih tinggi yang disebabkan oleh efek tarif.

"Setiap pemotongan suku bunga prematur dapat memicu pelarian modal dan semakin melemahkan rupiah, yang telah menghadapi tekanan depresiasi di tengah penghindaran risiko global," ucapnya.

Dia menyebut, beban kebijakan kemungkinan akan beralih ke langkah-langkah fiskal.

Pemerintah diperkirakan akan mempercepat program bantuan sosial dan belanja modal pada paruh kedua tahun ini untuk melawan pertumbuhan Kuartal I yang lemah dan meningkatkan permintaan domestik.

"Namun, dengan tetap adanya risiko eksekusi, terutama di tengah transisi politik dan potensi kekurangan pendapatan, kami melihat penurunan pada pertumbuhan PDB 4,8 persen kami pada tahun 2025," tuturnya.

Sebelumnya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini.

Dengan demikian, suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) masih tetap sebesar 4,25-4,5 persen yang telah berlaku sejak Desember 2024.

Mengutip CNBC, keputusan ini diambil The Fed sambil menunggu kebijakan tarif perdagangan pemerintah AS terbentuk dan melihat dampaknya terhadap perekonomian AS yang tengah lesu.

The Fed mewaspadai risiko peningkatan pengangguran dan inflasi dengan adanya tekanan dari kebijakan tarif perdagangan yang akan diterapkan AS ke berbagai negara.

Tag:  #sulit #turunkan #suku #bunga #hingga #2026 #risiko #rupiah #melemah #mengintai

KOMENTAR