Terlalu Ramai, 8 Destinasi Wisata Ini Direkomendasikan Tidak Dikunjungi Tahun 2026
Ilustrasi overtourism di Brasil.(SHUTTERSTOCK/Thiago B Trevisan)
07:07
11 Desember 2025

Terlalu Ramai, 8 Destinasi Wisata Ini Direkomendasikan Tidak Dikunjungi Tahun 2026

Fenomena overtourism atau pariwisata berlebihan semakin menjadi perhatian di banyak destinasi wisata dunia.

Lonjakan pengunjung yang melebihi kapasitas lingkungan dan masyarakat lokal tidak hanya menimbulkan kemacetan, kerusakan alam, dan degradasi budaya, tetapi juga memicu ketegangan sosial di berbagai kota dan kawasan alam.

Fodor’s Travel, media perjalanan asal Amerika Serikat, merilis “No List 2026”, daftar tahunan yang memberi peringatan bagi wisatawan untuk mempertimbangkan kembali kunjungan ke beberapa destinasi yang tengah menghadapi tekanan pariwisata berlebihan.

Daftar ini menyoroti tempat-tempat di mana aktivitas wisatawan bisa membahayakan keseimbangan ekosistem dan kehidupan masyarakat lokal, sekaligus mendorong kesadaran tentang wisata yang lebih bertanggung jawab.

1. Antartika

Antartika, benua yang paling tak tersentuh manusia, tercatat menerima 120.000 pengunjung dari 2023 hingga 2024, angka yang diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada 2033.

Meski ekspedisi kecil memungkinkan wisatawan menjejak daratan dan melihat gletser yang retak, para ahli menekankan lingkungan di sana sangat rapuh.

Tidak ada batasan resmi untuk jumlah pengunjung, dan sebagian besar kapal wisata tidak tergabung dalam badan industri yang bertugas menjaga standar ekowisata.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pariwisata massa dapat merusak salah satu ekosistem terakhir di bumi.

Kepulauan Canaria, Spanyol.SHUTTERSTOCK/SERENITY-H Kepulauan Canaria, Spanyol.

2. Kepulauan Canary, Spanyol

Kepulauan Canary menghadapi tekanan dari 7,8 juta pengunjung pada paruh pertama 2025, meningkatkan jumlah penumpang bandara hingga lebih dari 27 juta. Lonjakan ini menimbulkan kemacetan lalu lintas, kenaikan harga properti, dan degradasi lingkungan.

Aktivis lokal memperingatkan bahwa pariwisata massal menggerus identitas dan budaya pulau, sementara keuntungan ekonomi sering kali tidak dirasakan penduduk lokal.

Pemerintah telah memperkenalkan regulasi untuk membatasi sewa jangka pendek, namun para ahli menilai perubahan tersebut belum efektif.

3. Glacier National Park, Montana, AS

Glacier National Park menjadi sorotan karena fenomena “last-chance tourism”, di mana wisatawan berlomba melihat gletser yang tersisa sebelum hilang. Lebih dari 150 gletser awal abad ke-20, kini hanya tersisa 27 yang diperkirakan hilang pada 2030 akibat perubahan iklim.

Lonjakan pengunjung memicu kemacetan, gangguan satwa liar, dan degradasi jalur pendakian. Meski taman nasional telah menerapkan sistem reservasi dan energi terbarukan, tekanan dari wisatawan dan perubahan iklim tetap menjadi tantangan serius.

4. Isola Sacra, Italia

Isola Sacra, distrik pesisir dekat Roma, tengah menghadapi proyek pelabuhan baru untuk kapal pesiar besar, yang menimbulkan kekhawatiran lingkungan. Proyek ini berpotensi menghancurkan ekosistem pesisir, termasuk flora, fauna, dan garis pantai alami.

Aktivis lokal menyoroti dampak jangka panjang dari pengerukan dasar laut dan pembangunan pelabuhan, yang dapat merusak habitat dan mengubah karakter wilayah.

Ilustrasi Swiss - Desa Saas-Fee di Swiss (Photo by Uwe Conrad on Unsplash).Photo by Uwe Conrad on Unsplash Ilustrasi Swiss - Desa Saas-Fee di Swiss (Photo by Uwe Conrad on Unsplash).

5. Jungfrau Region, Swiss

Kawasan Alpen Jungfrau, termasuk desa Grindelwald dan Lauterbrunnen, terkenal dengan pemandangan gunung Eiger, Mönch, dan Jungfrau. Namun turis harian yang meningkat menimbulkan kemacetan, keausan jalur pendakian, dan tekanan pada infrastruktur lokal.

Selain itu, harga sewa properti meningkat karena apartemen banyak disewakan untuk wisatawan, sementara penduduk setempat menghadapi kesulitan mencari rumah.

Para pengelola menekankan pentingnya menyeimbangkan pertumbuhan pariwisata dengan kesejahteraan masyarakat dan konservasi lingkungan.

6. Mexico City, Meksiko

Protes pada Juli 2025 di Mexico City menyoroti dampak gentrifikasi dan sewa jangka pendek, termasuk melalui Airbnb. Wisatawan dan pekerja jarak jauh terkadang menggantikan penduduk lokal, memicu ketegangan sosial.

Banyak restoran dan layanan menyesuaikan diri dengan turis, sementara nilai sewa meningkat pesat, terutama di wilayah Condesa, Roma, dan Polanco.

Pemerintah kota kini membatasi sewa jangka pendek hingga 180 malam per tahun untuk melindungi komunitas lokal, yang akan berlaku pasca Piala Dunia FIFA 2026.

Kondisi masjid yang menjadi objek proyek Color in Faith di Mombasa, Kenya.Color in Faith Kondisi masjid yang menjadi objek proyek Color in Faith di Mombasa, Kenya.

7. Mombasa, Kenya

Mombasa, kota pesisir bersejarah, menghadapi masalah overtourism akibat meningkatnya jumlah pengunjung internasional. Dampaknya meliputi kemacetan, pengelolaan sampah yang buruk, polusi laut, dan kerusakan ekosistem pantai.

Meski pemerintah setempat membentuk Dewan Pariwisata dan menyiapkan regulasi untuk mengelola pantai, lemahnya implementasi membuat kota ini tetap berisiko bagi wisatawan dan penduduk.

Hotel Avenir Montmartre yang berada di Paris, Perancis.REPRO BIDIK LAYAR VIA GOOGLE STREETVIEW Hotel Avenir Montmartre yang berada di Paris, Perancis.

8. Montmartre, Paris, Prancis

Montmartre, kawasan bersejarah Paris, kini dilanda turis yang melebihi kapasitas. Dengan lebih dari 11 juta pengunjung setiap tahun, kehidupan lokal terganggu, harga properti melonjak, dan ruang publik dipenuhi kafe, restoran, dan toko wisata.

Proyek pemerintah untuk memprioritaskan pejalan kaki dan menghijaukan lingkungan berjalan lambat, sementara penduduk setempat merasa kehilangan kendali atas wilayah mereka.

Fodor’s No List menegaskan bahwa tujuan daftar ini bukan untuk memboikot destinasi, tetapi mendorong wisatawan agar mempertimbangkan kembali kunjungan mereka demi menjaga ekosistem dan keberlanjutan masyarakat lokal.

Overtourism bisa merusak pengalaman wisata itu sendiri sekaligus mengancam masa depan destinasi yang kita cintai.

Tag:  #terlalu #ramai #destinasi #wisata #direkomendasikan #tidak #dikunjungi #tahun #2026

KOMENTAR