Pameran re/trace: Menelusuri Jejak, Membaca Ulang Identitas Wilayah Lewat Seni
Pameran re/trace lahir digelar di Kabupaten Kuningan 13-21 Desember. (Istimewa)
10:48
12 Desember 2025

Pameran re/trace: Menelusuri Jejak, Membaca Ulang Identitas Wilayah Lewat Seni

–Identitas sebuah wilayah tidak pernah berdiri sendiri. Itu tumbuh dari pertemuan manusia, pergerakan, jejak sejarah, dan transformasi budaya yang terus berlangsung dari waktu ke waktu.

Pameran re/trace lahir dari kesadaran bahwa setiap tempat menyimpan pola, lanskap, dan ingatan kolektif yang membentuk cara hidup masyarakatnya, namun selalu berubah seiring adaptasi dengan ruang dan kelompok lain. Melalui pendekatan artistik, re/trace berupaya menelusuri kembali karakteristik wilayah dengan merepresentasikan sikap, corak, wujud, serta lanskapnya.

Penelusuran ini tidak hanya mengikuti jejak yang pernah ditempuh sebelumnya, tetapi juga membuka kemungkinan bergerak ke arah yang berbeda untuk menemukan struktur identitas yang lebih luas dan hidup.

Identitas lokal lahir dari perpaduan nilai-nilai yang bertahan, kebiasaan yang diwariskan, serta interaksi dengan pendatang atau budaya lain yang memperkaya sebuah wilayah. Di tengah percampuran tersebut, unsur keajegan tetap menjadi penanda penting yang menjaga kekhasan sebuah tempat.

Sejalan dengan konsep genre de vie, identitas wilayah dapat dibaca melalui kebiasaan hidup sebuah kelompok, kondisi fisik, struktur sosial, serta ikatan psikologis yang terbentuk dari hubungan panjang manusia dengan lingkungan. Dengan memahami ragam sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku yang tersebar, kita dapat melihat bagaimana suatu komunitas tumbuh dari dinamika geografis dan sosialnya.

re/trace: Seni sebagai Pembacaan Ulang Jejak Wilayah

Menandai perjalanan dua dekade tudgam dalam menciptakan ruang dan masa melalui seni dan budaya, pameran re/trace merangkum jejaring yang dibangun melalui kerja arus bawah. Pameran ini tumbuh dari daya kritis, praktik artistik, kolaborasi, serta komitmen terhadap keberlanjutan yang menjadi fondasi kerja tudgam.

Pameran menghadirkan 10 seniman muda dari Kuningan, Brebes, dan Jogjakarta. Ajay Ahdiyat, Arief Mujahidin, Bil Addakhil, Ellsa Berlandha Aditya, Neogreenmonster, Harry Fitriansyah, Geni, Nuggiera Item, Ryan Obet, dan Ungki Prasetyo.

Dikuratori Maulana Prasaja, re/trace tidak hanya menampilkan karya visual, tetapi juga memperluas ruang pengalaman melalui pertunjukan dan diskusi publik. Program pertunjukan menghadirkan Sinar Surya dari Kuningan dan Bachoxs x DOMiSTiC dari Jakarta.

Sementara itu, dua sesi diskusi publik pada 20 Desember 2025 memperkaya pembacaan tema pameran. Ngobrol Buku Bercermin pada Yang Sudah: Kumpulan Esai Budaya dan Seni menghadirkan Berto Tukan (Penulis, Penyair, Peneliti Seni-Budaya), Aris Risma Sunarmas (Penulis & Cerpenis), dan dimoderatori Adriyana (Peneliti, Penulis, Dosen FKIP UNIKU).

Diskusi kedua, Dari Ritual ke Digital: Membaca Ulang Tradisi Lewat Teknologi, menghadirkan Arief Bachoxs Wicaksono (Perupa Intermedia & Praktisi Digital) dan Irvin Domi (Seniman Multidisiplin & Podcaster Seni Budaya), dimoderatori Ajay Ahdiat (Seniman, Desainer, Dosen DKV UNIKU).

Pameran re/trace dibuka Yusuf Oeblet (Music Director Tabuhan Nusantara & Owner Bumi Seni Tari Kolot) pada Sabtu (13/12)p ukul 15.30 WIB di Balai Edukasi dan Ekosistem Kuningan, Gedung Graha Wangi, Jl. Veteran, Kuningan. Pameran berlangsung hingga 21 Desember 2025.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #pameran #retrace #menelusuri #jejak #membaca #ulang #identitas #wilayah #lewat #seni

KOMENTAR