Drama China di Media Sosial Kian Populer, Nilai Bisnisnya Kini Rp 132 Triliun
Ilustrasi demam Drama China (Dracin) berdurasi singkat yang kian populer di media sosial.(KOMPAS.com/Wahyunanda Kusuma)
08:24
29 Oktober 2025

Drama China di Media Sosial Kian Populer, Nilai Bisnisnya Kini Rp 132 Triliun

Ringkasan berita:

  • Micro-drama vertikal berdurasi 60–90 detik yang bersliweran di TikTok, Shorts, dan Instagram, mendorong nilai bisnis globalnya tembus Rp 132,9 triliun pada 2024, mayoritas berasal dari China.
  • Format drama pendek ini sering disebut “dracin” karena banyak berasal dari China, hadir dengan judul provokatif dan banyak plot twist untuk memancing rasa penasaran penonton.
  • Fenomena micro-drama yang awalnya meledak di China kini mulai dilirik Hollywood, dengan Fox Entertainment hingga Telemundo ikut memproduksi drama vertikal karena potensi besar dan biaya produksi yang murah.

- Pernahkah Anda menemukan drama pendek saat scrolling media sosial, seperti TikTok, Shorts, atau Instagram? Durasinya sangat singkat, sekitar 60-90 detik dengan banyak plot twist di alur ceritanya.

Drama pendek dengan format vertikal ini umumnya memiliki judul yang terkesan provokatif dengan "hook" (pancingan) adegan khas opera sabun untuk memikat penonton.

Beberapa episode awal biasanya bisa ditonton di TikTok, Shorts, atau Instagram secara gratis. Apabila penonton penasaran dengan kelanjutan kisahnya, mereka harus berpindah ke aplikasi video on demand khusus dan membayar untuk menonton seluruh episode.

Fenomena drama pendek atau disebut juga micro-drama ini kian populer setahun belakangan.
Namun, format hiburan baru ini disebut sudah ada sekitar empat tahun lalu. 

Warganet di Indonesia kerap menyebutnya sebagai "Dracin" alias Drama China. Sebab, sebagian besar drama pendek itu memang berasal dari China, meskipun ada pula yang dari negara lain.

Karena kian populer, pendapatan dari bisnis drama pendek ini tembus 8 miliar dollar AS (sekitar Rp 132,9 triliun) secara global tahun 2024, berdasarkan laporan Media Partners Asia.

Pendapatan dari bisnis drama pendek di media sosial yang kian populer dari tahun ke tahun.Media Partners Asia Pendapatan dari bisnis drama pendek di media sosial yang kian populer dari tahun ke tahun.

Sebagian besar angka itu disumbang oleh China, negara pionir bisnis hiburan instan ini. Di China sendiri, bisnis micro-drama menghasilkan pendapatan hingga 7 miliar dollar AS (sekitar Rp 116,3 triliun) di tahun 2024, meningkat pesat dibanding tahun 2021 (500 juta dollar AS/Rp 8,3 triliun).

Diperkirakan, nilainya bisa menyentuh angka 16,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 269 triliun) pada tahun 2030.

Itu tadi perhitungan dan proyeksi khusus untuk pasar China. Untuk pasar internasional selain China, sumbangsihnya secara total mencapai 1,4 miliar dollar AS (sekitar Rp 23,2 triliun). 

Proyeksi pendapatannya bisa mencapai 9,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 157,9 triliun) tahun 2030.

Pendapatan itu datang dari pembelian dalam aplikasi (in-app-purchase) sebesar 74 persen, iklan 25 persen, dan belanja (commerce) sekitar 1 persen) di tahun 2030.

Menariknya, Amerika Serikat menjadi pasar kedua terbesar setelah China untuk bisnis micro-drama ini.

Masih dari laporan yang sama, pangsa pasar AS menghasilkan 819 juta dollar AS (sekitar Rp 13,6 triliun) pada tahun 2024, dikutip dari Campaign Asia. Angka itu ditaksir akan tembus 3,8 miliar dollar AS (sekitar Rp 63 triliun) dalam kurung 5 tahun mendatang.

Di AS, penetrasi penonton banyak berasal dari wanita di perkotaan berusia 30 tahun hingga 60 tahun, yang tertarik dengan cerita romansa, kisah CEO, dan tema balas dendam.

Di AS, pemain besar drama pendek adalah ReelShort, DramaBox, dan GoodShort. Ketiganya masuk dalam 20 aplikasi hiburan yang paling banyak diunduh di AS per hari Senin (27/10/2025), berdasarkan charts Sensor Tower.

Masing-masing aplikasi juga menawarkan sistem pembayaran yang berbeda, seperti berlangganan (subscription), subsidi iklan (menonton iklan lebih dulu untuk melanjutkan), dan pembelian koin digital dalam aplikasi yang bisa di-reedem untuk menonton episode berikutnya.

Di wilayah Asia-Pasifik (kecuali China), Jepang menyumbang angka tertinggi dengan estimasi pendapatan 1,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 19,9 triliun). Wilayah yang juga potensial menurut laporan ini adalah Asia Tenggara dan Amerika Latin meski tidak dirinci secara spesifik.

"Booming" di China

Seperti disebutkan sebelumnya, fenomena "Dracin" ini memang bermula dari Negeri Tirai Bambu. Di awal kemunculannya, format hiburan ini booming di China.

"Micro-drama telah berevolusi dari eksperimen niche menjadi industri global bernilai miliaran dollar," kata Vivek Couto, Direktur Eksekutif Media Partners Asia, dikutip KompasTekno dari Campaign Asia.

"Produksinya murah, tetapi distribusinya mahal, kesuksesannya bergantung pada kecepatan, skala, dan IP (Intellectual Property/kekayaan intelektual) yang dapat direplikasi," imbuhnya.

Poster drama China.Tangkapan layar website Drama Box Poster drama China.

Menurut Couto, ekosistem di China membuktikan keberhasilan distribusi konten yang terintegrasi di media sosial, serta mendorong perilaku pembayaran (in-app purchase) dari penonton.

Sementara tingginya pangsa AS, membuktikan fenomena ini sangat layak diterima pasar global.

Ada tiga pemain micro-drama besar di China, yakni ByteDance (Red Fruit), Tencent (WeChat Video Accounts), dan Kuaishou (Xi Fan).

Masing-masing perusahaan itu memiliki aplikasi khusus micro-drama yang terintegrasi dengan ekosistem media sosial.

Platform-platform ini mengembangkan jaringan IP dari beberapa web novel untuk diubah menjadi drama vertikal berseri, dirangkum dari Deadline.

Kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) juga berperan dalam distribusi "Dracin", seperti memuat tontonan yang dipersonalisasi, genre-testing, iterasi yang lebih cepat, alur cerita yang bercabang, hingga urusan viralitas.

Di skala global, AI biasanya digunakan untuk sulih suara (dubbing) dan membuat konten lebih "lokal", misalnya mengubah judul ke bahasa setempat.

Dilirik Hollywood

Bisnis hiburan drama pendek yang menjanjikan rupanya mulai dilirik Hollywood. Fox Entertainment, salah satu korporasi hiburan besar di AS mengakuisisi saham platform video vertikal Holywater.

Holywater disebut sebagai salah satu platform besar yang memiliki aplikasi drama dan streaming My Drama, serta aplikasi buku digital My Passion.

Selain Fox Entertainment, Telemundo Studios, jaringan TV AS yang disiarkan dalam bahasa Spanyol juga memproduksi telenovela adaptasinya sendiri dengan format vertikal.

Industri micro-drama ini juga menguntungkan talenta lokal, baik yang barada di layar (aktris dan aktor), maupun mereka yang berada di balik layar, di beberapa negara di AS, seperti Los Angeles, Atlanta, dan New York.

Anggaran untuk menggarap serial vertikal disebut mencapai 150.000 dollar AS hingga 300.000 dollar AS (sekitar Rp 2,5 miliar-Rp 5 miliar) dengan siklus produksi 8-10 hari.

Sebagai perbandingan, menurut laporan Nashville Film Institute, budget rata-rata untuk memproduksi film fitur yang durasinya minimal 40 menit, menghabiskan biaya antara 100 juta dollar AS hingga 150 juta dollar AS (sekitar Rp 1,6 triliun-Rp 2,4 triliun).

Sementara menurut The International Alliance of Theatrical Stage Employees (IATSE), yakni serikat pekerja di balik layar industri hiburan Amerika Utara, menetapkan tier untuk film low-budget (berbiaya rendah) di kisaran nol sampai 15 juta dollar AS (Rp 249 miliar).

Itu artinya, produksi drama pendek dengan format vertikal, sangat murah.

Tag:  #drama #china #media #sosial #kian #populer #nilai #bisnisnya #kini #triliun

KOMENTAR