Bukan Pekerja Kantoran, Ini Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI Menurut CEO Nvidia
CEO Nvidia Jensen Huang mengaku kecewa dengan kebijakan China yang semakin membatasi penjualan chip perusahaan itu di tengah ketegangan dagang dan teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China.(Nvidia)
07:39
9 Oktober 2025

Bukan Pekerja Kantoran, Ini Profesi yang Paling Dibutuhkan di Era AI Menurut CEO Nvidia

Ringkasan berita:

  • CEO Nvidia Jensen Huang menilai era kecerdasan buatan (AI) justru akan membuka banyak lapangan kerja baru bagi pekerja terampil seperti teknisi, tukang listrik, dan pekerja konstruksi, bukan untuk pekerja kantoran seperti programmer.
  • Pembangunan masif pusat data (data center) untuk menopang ekosistem AI memicu lonjakan kebutuhan tenaga kerja di bidang keterampilan teknis dan pendidikan vokasi.
  • Pergeseran tren dunia kerja mulai terlihat: pekerjaan rutin di kantor makin rentan tergantikan otomatisasi, sementara pekerjaan lapangan terkait infrastruktur AI justru semakin dibutuhkan.

- Di tengah kekhawatiran bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengancam banyak pekerjaan, CEO Nvidia Jensen Huang justru menilai masa depan akan membuka peluang besar bagi para pekerja terampil, bukan pekerja kantoran seperti software engineer atau programer.

Dalam wawancara dengan Channel 4 News di Inggris, Huang mengatakan bahwa percepatan pembangunan pusat data (data center) untuk mendukung ekosistem AI akan menciptakan lonjakan besar kebutuhan tenaga kerja di sektor keterampilan teknis.

"Kalau Anda seorang tukang listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan butuh ratusan ribu orang untuk membangun semua pabrik ini," ujar Huang.

Menurut Huang, pembangunan data center bukan proyek sesaat, melainkan investasi berkelanjutan yang akan terus bertambah setiap tahun.

"Segmen pekerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Kebutuhannya akan terus berlipat ganda setiap tahun," kata Huang.

Pernyataan itu muncul tak lama setelah Nvidia mengumumkan investasi senilai 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.654 triliun) untuk membangun infrastruktur data center berbasis chip AI.

Laporan McKinsey memperkirakan, belanja modal global untuk pembangunan data center bisa mencapai 7 triliun dollar AS pada 2030.

Untuk gambaran, satu data center berukuran 250.000 kaki persegi (sekitar 2,32 hektar) dapat melibatkan hingga 1.500 pekerja konstruksi selama proses pembangunan.

Banyak dari mereka memperoleh pendapatan lebih dari 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,65 miliar) per tahun tanpa perlu gelar sarjana.

Setelah beroperasi, sebuah data center memang hanya mempekerjakan sekitar 50 staf penuh waktu untuk perawatan. Namun, efek bergandanya menciptakan banyak lapangan kerja tambahan di sekitar fasilitas tersebut.

Pendidikan vokasi jadi relevan kembali

Huang menilai tren ini membuka peluang baru bagi anak muda, terutama generasi yang kini tengah mencari arah karier di tengah revolusi AI. Ia mendorong agar generasi muda tidak hanya terpaku pada pekerjaan kantoran atau bidang pemrograman yang rentan tergantikan otomatisasi.

"Kalau saya berusia 20 tahun lagi, mungkin saya akan memilih ilmu-ilmu fisik (physical sciences) ketimbang software," ujar bos Nvidia yang kini memimpin perusahaan dengan valuasi lebih dari 4.500 triliun dollar AS itu.

Yang dimaksud "ilmu fisik" di sini mencakup bidang seperti teknik elektro, teknik mesin, fisika terapan, atau keterampilan teknis lain yang mendukung pembangunan dan operasional infrastruktur AI.

Pandangan Huang sejalan dengan kekhawatiran sejumlah CEO besar di Amerika Serikat.

CEO BlackRock Larry Fink, misalnya, memperingatkan bahwa AS bisa kekurangan tukang listrik untuk memenuhi kebutuhan pembangunan data center AI.

"Saya bahkan bilang ke tim Trump, kita bisa kehabisan tukang listrik. Kita memang tidak punya cukup," kata Fink dalam sebuah konferensi.

Sementara itu, CEO Ford Jim Farley menyoroti ambisi pemerintah AS memindahkan rantai pasok manufaktur ke dalam negeri (reshoring). Menurutnya, hal itu sulit terwujud tanpa tenaga kerja yang memadai.

"Bagaimana kita bisa membangun semua ini kalau tidak ada orangnya?" ujar Farley.

Pemerintah AS pun mulai memperluas program sekolah kejuruan sebagai langkah antisipasi meningkatnya permintaan tenaga kerja terampil.

Tren bergeser dari kantor ke lapangan

Meski riset Yale Budget Lab menunjukkan belum ada disrupsi besar di pasar kerja akibat AI dalam hampir tiga tahun sejak peluncuran ChatGPT, arah perubahan terlihat jelas.

Pekerjaan kantoran yang bersifat rutin semakin berisiko tergantikan, sementara pekerjaan lapangan yang terkait pembangunan dan perawatan infrastruktur AI justru tumbuh, dihimpun KompasTekno dari Fortune, Rabu (8/10/2025).

Tag:  #bukan #pekerja #kantoran #profesi #yang #paling #dibutuhkan #menurut #nvidia

KOMENTAR