Baterai LFP Vs Nikel Ramai Dibahas saat Debat Cawapres, Mana yang Lebih Baik?
Paket baterai lithium ion untuk mobil listrik e-Golf di pabrik Volkswagen di Dresden, Jerman. Sumber Foto: Krisztian Bocsi/Bloomberg/Getty Images
09:36
23 Januari 2024

Baterai LFP Vs Nikel Ramai Dibahas saat Debat Cawapres, Mana yang Lebih Baik?


  - Di acara debat Calon Wakil Presiden (Cawapres) 2024 yang digelar Minggu (21/1) lalu, salah satu topik yang  dibahas adalah mengenai baterai yang digunakan oleh perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla. Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka bertanya pada Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar tentang LFP alias lithium ferrophosphate.   Menurut Gibran, Thomas Lembong yang bergabung di dalam Timses Pemenangan Anis Bawsedan dan Cak Imin kerap membahas mengenai LFP sebagai pengganti baterai mobil listrik berbasis nikel. Hal ini kemudian ramai jadi bahasan.    Digadang-gadang bahwa baterai mobil dengan sel LFP lebih aman. Sementara yang menggunakan nikel relatif bisa menawarkan daya dan kemampuan jelajah lebih jauh ketimbang sel baterai LFP. Apa iya? Berikut JawaPos.com buatkan sedikit komparasinya.   Pesatnya kemajuan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) dan meningkatnya permintaan akan solusi penyimpanan energi telah menyoroti pentingnya teknologi baterai. Di antara berbagai kimia baterai , baterai lithium iron phosphate atau LFP tadk dan Nickel Manganese Cobalt (NMC) atau nikel.    Keduanya adalah dua pesaing utama, masing-masing dengan kelebihan dan keterbatasannya yang unik. Dilansir dari laman Aichelin, baterai yang sering disebut dengan baterai LiFePO4 merupakan salah satu jenis baterai lithium-ion yang menggunakan bahan katoda lithium iron phosphate.   Baterai LFP terkenal dengan stabilitas dan keamanannya karena struktur kimianya yang kuat. Baterai LFP terdiri dari katoda yang terbuat dari litium besi fosfat (LiFePO4), anoda yang tersusun dari karbon, dan elektrolit yang menghantarkan ion litium.   Struktur kimia LiFePO4 memberikan stabilitas termal dan acceptance atau penerimaan suhu panas yang relatif tinggi dan kimia tingkat tinggi, sehingga mengurangi risiko panas berlebih atau pembakaran.    Kemudian, baterai LFP menawarkan masa pakai yang lama, biasanya melebihi 2.000 siklus, menjadikannya pilihan yang tahan lama untuk berbagai aplikasi. Baterai jenis ini juga memiliki kepadatan energi yang lebih rendah dibandingkan baterai NMC, yang berarti baterai tersebut mungkin lebih besar untuk kapasitas penyimpanan energi yang sama.   Baterai LFP dikenal dengan kinerja luar biasa pada suhu ekstrem, baik tinggi maupun rendah, sehingga cocok untuk aplikasi di lingkungan yang keras. Bahkan, baterai jenis ini juga biasa digunakan dalam beberapa aplikasi luar angkasa karena kekuatannya.    Dari sisi dampak lingkungan, baterai LFP dinilai ramah lingkungan karena tidak beracun dan bahan bakunya melimpah. Komponen besi dan fosfat tersedia dan mudah didaur ulang. Produk-produk tersebut tidak mengandung kobalt, suatu bahan yang sering dikaitkan dengan masalah lingkungan dan etika, seperti praktik pertambangan dan kondisi ketenagakerjaan.   Terakhir, baterai LFP biasanya digunakan pada perkakas listrik, bus listrik, penyimpanan energi jaringan, dan aplikasi stasioner yang mengutamakan keselamatan, umur panjang, dan biaya per siklus yang lebih rendah.   Sementara untuk baterai Nickel Manganese Cobalt (NMC) atau nikel termasuk dalam keluarga baterai lithium-ion dan banyak digunakan di berbagai elektronik portabel dan kendaraan listrik. Mereka dikenal dengan kepadatan energinya yang tinggi, sehingga memungkinkan solusi penyimpanan energi yang kompak dan dinilai lebih efisien.   Baterai NMC menggunakan katoda yang terbuat dari campuran nikel (Ni), mangan (Mn), dan kobalt (Co), yang komposisinya bervariasi tergantung pada varian NMC tertentu (misalnya NMC 111, NMC 532, NMC 811). Penggunaan kobalt dalam baterai NMC, sekaligus meningkatkan kepadatan energi, telah menjadi sumber kekhawatiran karena masalah etika dan lingkungan yang terkait dengan penambangan kobalt.   Dari sisi kinerja, baterai NMC biasanya memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan baterai LFP, yang berarti baterai tersebut dapat menyimpan lebih banyak energi dalam kemasan yang lebih kecil dan ringan. Mereka juga menawarkan keseimbangan yang baik antara kepadatan energi dan siklus hidup, sehingga cocok untuk berbagai aplikasi, termasuk kendaraan listrik dan elektronik portabel.   Berbeda dengan baterai jenis LFP, dari sisi dampak lingkungan, baterai nikel lebih banyak disorot karena kandungan kobalt dalam beberapa formulasinya. Penambangan kobalt telah menimbulkan kekhawatiran mengenai degradasi lingkungan dan kondisi tenaga kerja di wilayah tertentu.   Baterai nikel banyak digunakan pada kendaraan listrik, laptop, ponsel pintar, dan berbagai perangkat elektronik konsumen yang mengutamakan ukuran kompak dan kepadatan energi tinggi.   Bicara plus dan minusnya, baterai LFP memiliki reputasi keamanan dan stabilitas termal yang unggul karena struktur kimia LiFePO4 yang kuat. Bahan ini tidak terlalu rentan terhadap pelepasan panas dan pembakaran, menjadikannya pilihan tepat untuk aplikasi yang mengutamakan keselamatan.   Sementara baterai nikel, meskipun umumnya aman, tidak stabil secara termal seperti baterai LFP. Sistem manajemen termal yang tepat sangat penting untuk mencegah panas berlebih dan memastikan keselamatan. Kasus baterai panas, terbakar dan meledak juga lebih banyak menimpa baterai nikel.    Dari sisi siklus hidup, baterai LFP menawarkan masa pakai yang jauh lebih lama, menjadikannya ideal untuk aplikasi yang mengutamakan daya tahan dan umur panjang, seperti penyimpanan energi jaringan dan aplikasi stasioner. Sementara baterai nikel, meskipun tidak tahan lama seperti baterai LFP, tetap memberikan masa pakai yang baik dan cocok untuk aplikasi seperti kendaraan listrik dan elektronik konsumen.   Terakhir, baterai nikel memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi, memungkinkan desain yang ringkas dan ringan pada elektronik portabel dan kendaraan listrik. Ini merupakan keuntungan yang signifikan ketika keterbatasan ruang dan berat menjadi perhatian.   Di sisi lain, baterai LFP, meski tidak terlalu padat energi, mengimbanginya dengan keamanan dan siklus hidup yang panjang, menjadikannya lebih disukai dalam aplikasi spesifik di mana kepadatan energi bukan prioritas utama.  

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #baterai #nikel #ramai #dibahas #saat #debat #cawapres #mana #yang #lebih #baik

KOMENTAR