443
ilustrasi ketupat lebaran./Disway
22:09
18 April 2024
Ternyata Tradisi Lebaran Ketupat Sudah Ada Sejak Masa Sunan Kalijaga, Simak Sejarahnya!
Makna Lebaran Ketupat ternyata masih jarang diketahui oleh masyarakat Indonesia. Padahal, Lebaran Ketupat mempunyai makna yang mendalam dan masih berlangsung hingga saat ini. Lantas, seperti apakah sejarah di balik Lebaran Ketupat di Indonesia? Yuk simak penjelasan berikut ini. Dikutip dari Tanah Jawa sejak abad ke-15, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Asal usul ketupat diyakini berkaitan dengan Sunan Kalijaga yang merupakan salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan Agama Islam di Tanah Jawa. Sunan Kalijaga memanfaatkan lebaran ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan Agama Islam di kalangan masyarakat pesisir Utara pulau Jawa. Nah, bungkus ketupat yang terbuat dari janur menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur. Dalam penyebarannya, Sunan Kalijaga juga memperkenalkan istilah yang dikenal dengan Bakda. Bakda memiliki arti “Setelah”. Ada dua Bakda yang dibudayakan, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Sebagai informasi, Bakda Lebaran adalah saat Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Agama Islam diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan Bakda Kupat adalah Hari Raya bagi orang yang melaksanakan puasa Sunnah di Bulan Syawal selama enam hari. Untuk Bakda Kupat biasanya dilaksanakan satu Minggu setelah tanggal 1 Syawal Lebaran Idul Fitri. Selanjutnya, Lebaran Ketupat di zaman sekarang menjadi salah satu tradisi budaya yang juga diadakan setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Tradisi ini biasanya dilakukan sebagian besar masyarakat Muslim Nusantara khususnya di Pulau Jawa tepatnya sama Bakda Kupat yaitu sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal. Menariknya, masyarakat Pulau Jawa, perayaan tradisi lebaran ketupat ini dilambangkan sebagai simbol kebersamaan. Pada beberapa wilayah, tradisi Lebaran Ketupat ini dikenal sebagai kegiatan Syawalan. Ketupat merupakan bentuk makanan berbahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur). Makanan dengan tekstur padat dan pulen tersebut memang menjadi hidangan yang cocok untuk dipadukan dengan beragam jenis lauk khas Lebaran lainnya, seperti opor ayam, rendang, dan sambal ati ampela. Selain itu, ada pula jenis Ketupat Cabuk Rambak yang terkenal di daerah Solo, Jawa Tengah. Jenis ketupat ini biasanya disajikan dengan cara diiris tipis dan diguyur campuran sambal wijen, kemiri, dan kelapa parut. Tak hanya itu, masyarakat Betawi, DKI Jakarta juga punya ketupat berjenis "BEBANCI", yaitu ketupat khas yang biasanya disajikan dengan gulai sapi penuh dengan rempah-rempah. Lalu, Seperti Apakah Filosofi Ketupat? Makna filosofis yang terdapat dalam makanan ketupat ada beberapa poin. Yaitu, pada bungkus yang dibuat dari daun kelapa muda (janur kuning) melambangkan “Penolak Bala” bagi Masyarakat pulau Jawa. Lalu, bentuk segi empat mencerminkan prinsip “Kiblat Papat Lima Pancer” dengan makna bahwa kemana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT. Seiring dengan berjalannya waktu tradisi lebaran ketupat (kupat) menurut cerita adalah simbolisasi ungkapan dari bahasa Jawa. Kata “Ketupat” atau “Kupat”, berasal dari kata KU dengan arti Ngaku (mengakui) dan kata PAT dengan arti Lepat (kesalahan). Jadi, bila digabung menjadi satu kata “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan. Secara satu kata berarti mengakui kesalahan yang ditandai dengan adanya tradisi sungkeman. Sehingga dengan lebaran ketupat sesama Muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan dengan cara memakan ketupat tersebut. Di sisi lain, sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Dan, warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon maaf dan ampun, dari kesalahan yang sengaja maupun tidak disengaja. Beras sebagai isi ketupat juga dimaknai menjadi lambang kemakmuran setelah Hari Raya Idul Fitri. Mari lestarikan tradisi Lebaran Ketupat agar tidak musnah.
Editor: Novia Tri Astuti
Tag: #ternyata #tradisi #lebaran #ketupat #sudah #sejak #masa #sunan #kalijaga #simak #sejarahnya