Kisah Para Penjaga Surga Bawah Laut di Pulau Bunaken: Konservasi dan Tantangan Eksploitasi
Transplantasi terumbu karang metode rangka laba-laba atau spider di Bunaken. (Dokumentasi: Balai Taman Nasional Bunaken).
13:16
11 Agustus 2024

Kisah Para Penjaga Surga Bawah Laut di Pulau Bunaken: Konservasi dan Tantangan Eksploitasi

"Bukan lautan hanya kolam susu. Kail dan jala cukup menghidupimu. Tiada badai, tiada topan kau temui. Ikan dan udang menghampiri dirimu...", Begitu setidaknya Koes Plus menggambarkan Indonesia sebagai sebuah negara maritim. Negara yang terdiri dari ribuan pulau yang disatukan dengan sekitar dua pertiga atau 70 persen lebih lautan.

Tidak hanya semata-mata digali potensi lautnya yang masih jarang dieksplorasi. Konservasi menjadi bagian tak terpisahkan untuk menegaskan batasan penjelajahan dengan eksploitasi

Berbagai upaya melestarikan sumber daya alam itu yang coba dilakukan di salah satu surga bagi para penyelam dan penggemar kehidupan laut yakni Taman Nasional Bunaken

Konservasi di Bunaken

Baca Juga: Peringati Hari Konservasi Alam, PDIP Gelar Seminar Dan Undang Para Pemulung Berdialog

Terletak di Kota Manado, Sulawesi Utara, Taman Nasional Bunaken tersohor akan keindahan bawah lautnya yang menakjubkan. Keanekaragaman hayati laut yang kaya membuat kawasan di utara Pulau Sulawesi ini selalu menarik perhatian turis.

Berdasarkan catatan Taman Nasional Bunaken, kawasan tersebut diisi setidaknya oleh 390 spesies karang dari 75 genera dan 15 family. Selain sebagai sistm penyangga kehidupan, kekayaan itu yang sangat dicari oleh para penyelam dari seluruh dunia.

Keanekaragaman hayati itu memainkan peranan penting dan vital dalam berbagai aspek. Tidak hanya sebagai sumber pendapatan nelayan dari perikanan tetapi juga pelindung pantai dari gempuran ombak dan tempat tujuan wisata bawah laut nan mempesona. 

Pengendali Ekosistem Ahli Balai Taman Nasional Bunaken, Adi Tri Utomo memastikan pihaknya rutin melakukan monitoring pengawasan terhadap kelestarian terumbu karang. Ada beberapa faktor yang membuat terumbu karang itu rusak.

"Faktor alam ini biasanya pemanasan global. Ada peningkatan suhu permukaan air laut itu memengaruhi kesehatan karang, pemutihan karang, kami monitoring itu," kata Adi saat ditemui di TN Bunaken, Jumat (9/8/2024).

Baca Juga: 6 Tempat Makan di Dago Bandung dengan Pemandangan yang Indah, Wajib Kamu Kunjungi!

Kemudian ada faktor alam lain yakni disebabkan dari predator karang. Pemeliharaan habitat dilakukan untuk memastikan predator karang tidak melebihi ambang batas. 

Pengendali Ekosistem Ahli Balai Taman Nasional Bunaken, Adi Tri Utomo. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]Pengendali Ekosistem Ahli Balai Taman Nasional Bunaken, Adi Tri Utomo. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

Ada pula faktor non alam yang menyebabkan kerusakan terumbu karang. Biasanya, aktivitas manusia berupa penyelaman pemula menyebabkan kerusakan karang. 

"Kalau kami ada kebijakan, kami tempatkan di tempat-tempat tertentu saja untuk yang penyelam pemula dan kegiatan snorkling. Kalau yang penyelam advance bisa dilokasi yang lain. Itu meminimalisir kerusakan karang oleh orang yang baru mau nyoba nyelam atau belajar snorkling," ungkapnya.

Tidak hanya mencegah kerusakan terumbu karang saja, kegiatan pemulihan pun tak luput dilakukan. Monitoring lokasi terumbu karang yang rusak dilakukan untuk pemulihan ekosistem sebelum dilakukan transplantasi. 

Adi menuturkan sebelum tahun 2000-an, kondisi terumbu karang sempat mengalami kerusakan yang cukup lumayan. Namun saat ini kondisinya sudah relatif pulih.

Selain pemulihan dengan faktor alam, transplantasi karang merupakan cara untuk mempercepat pemulihan tersebut. Transplantasi dilakukan untuk merapatkan kembali titik-titik yang sempat gundul atau rusak.

Transplantasi karang itu sudah dilakukan sejak awal pemulihan dengan metode atau media yang berbagai macam. Pihaknya saat ini menggunakan metode jaring laba-laba atau spider.

"Kemarin yang balai dibantu mahasiswa (KKN) juga nurunin 500 media, spider semua. Hasilnya sudah keliatan ketutupan, dari bulan Juli mulai teman-teman KKN datang," ucapnya.

Satu media transplantasi itu dihitung sekira memiliki luas satu meter persegi. Pada 2024, kata Adi, TN Bunaken memiliki target untuk melakukan pemulihan terumbu karang seluas 500 meter persegi.

Tidak terhitung ada berapa media yang sudah ditanam untuk pemulihan terumbu karang itu. Walaupun tidak semua berhasil tumbuh, sehingga tetap dilakukan pemeliharaan dengan tambal sulam.

Tidak hanya terbatas berupaya sendiri melakukan pemulihan dengan transplantasi karang sendirian. Pihaknya turut membuka pintu selebar-lebarnya untuk bantuan transplantasi dari pihak luar.

"Ya ada ribuan, 2.000an media sejak 2020 untuk media spider, belum media dan kegiatan yang dari masyarakat lain," tuturnya.

Menurut Adi, masyarakat Bunaken sudah sangat sadar dengan pentingnya melestarikan sumber daya alam itu. Sehingga warga pun protektif dalam menjaga kelestarian karang termasuk dari potensi kerusakan yang disebabkan faktor non alam. 

"Masyarakat sudah aware, masyarakat sini sebagian besar keluarganya itu terkait dengan jaga wisata. Jadi memang mewanti-wanti orang luar merusak langsung mereka tangani sendiri, peringatkan. Jadi masyarakat sudah coba melindungi sumber daya di sini," ungkapnya.

Pertahankan Daya Tarik Wisata

Konservasi ini menjadi penting untuk tetap mempertahankan daya tarik wisata di Taman Nasional Bunaken. Pasalnya, disampaikan Adi, setelah pandemi Covid-19 angka kunjungan turis mancanegara turun drastis. 

Walaupun tidak sepenuhnya hilang, jumlah wisatawan mancanegara belum sepenuhnya kembali berjaya. Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2018 turis asing yang masuk ke Bunaken dalam setahun mencapai 20.584 orang dan turis lokal 12.600 orang.

Jumlah itu meningkat pada 2019 yang mencapai 20.808 turis mancanegara dan 9.800 orang wisatawan lokal. Baru pada 2020 jumlah itu mengalami penurunan drastis. 

Tercatat hanya 3.104 wisatawan mancanegara dan 7.721 turis lokal. Pada 2021 kunjungan wisatawan asing hampir hilang yakni hanya 7 orang saja selama setahun namun untuk wisatawan lokal mencapai puncak hingga 16.741 orang.

Tahun 2022 sudah mulai membaik dengan 2.228 turis asing yang kembali datang dan wisatawan lokal tembus hingga 25.067 orang. 

"Tahun 2023 stabil di angka 2000-an untuk mancanegara dan 20 ribuan di nusantara. Setelah covid wisatawan nusantara meningkat. Asingnya 2000an ini berasal dari Eropa, Amerika, kalau Asia itu tidak didukung ada direct flight lagi menurun," ucapnya.

"2021 ada pembatasan kunjungan memang dari kami sementara pemulihan covid kami batasi maksimal 50 persen yang boleh. Tahun selanjutnya boleh dibuka full," imbuhnya.

Adi tak memungkiri Taman Nasional Bunaken memang menjadi daya tarik para diver atau penyelam dari seluruh dunia. Pesona reef wall Bunaken itu menjadi sajian utama bagi para penyelam.

"Memang yang paling unik di Bunaken dan jarang ditemui di tempat lain adalah reef wall-nya. Jadi terumbunya berbentuk wall. Jadi turun ke bawah, kayak kita menghadap tembok," tuturnya.

"Kalau di tempat lain terumbu karang kayak di lantai, kita dari atas lihat terumbu karang. Kalau di sini reef wall, semakin turun semakin turun semakin ke kedalaman tertentu istilahnya semakin penasaran. Jadi kami ada beberapa spot divenya. Jadi punya karakter sendiri-sendiri," sambungnya.

Tak jarang ada turis yang nekat masuk kawasan konservasi tanpa melewati petugas. Namun untuk tetap menjaga kawasan tersebut lestari, petugas akan terus memonitoring area konservasi. 

"Petugas kami melakukan pengecekan setiap aktivitas mereka, misal mereka ada menyelam di satu lokasi kami nanti cek mereka tamu darimana sudah membayar pnbp belum. Jadi di kami ada penerimaan negara bukan pajak, masuk kawasan konservasi," tandasnya.

30 Persen Terumbu Karang Rusak

Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto, mengatakan sebenarnya kerusakan pada terumbu karang di wilayah TN Bunaken secara presentase tidak terlalu masif. Hal itu berkat andil dari karakteristik budaya masyarakat setempat.

"Kalau kerusakan ya mungkin, kalau presentase tidak terlalu besar kalau di TN Bunaken, karena berbeda dengan taman nasional yang lain, karena di sini berbeda karakteristik masyarakat budaya sangat mempengaruhi," kata Faat.

Luasan Taman Nasional Bunaken yang terisi oleh terumbu karang sendiri mencapai 6.000 hektare. Dari luasan itu 30 persen membutuhkan pemulihan akibat kerusakan.

Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]Kepala Balai Taman Nasional Bunaken, Faat Rudhianto. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

"Kalau di sini mungkin sekira 30 persen saja yang terumbu karangnya rusak di Taman Nasional Bunaken. 30 persen butuh ditransplantasi," tambahnya.

Diungkapkan Faat, kerusakan terumbu karang akibat non alam biasanya terjadi akibat aktivitas pencarian ikan atau nelayan. Namun justru para nelayan yang kurang memerhatikan kelesatarian itu berasal dari luar wilayah bukan masyarakat asli Bunaken.

"Sehingga nelayan-nelayan yang sejak semula atau yang melakukan jauh sebelum Taman Nasional ini mereka memang bukan orang Manado asli atau Sulawesi Utara asli tapi biasanya yang melakukan destructif fishing itu kan orang-orang yang datang," ungkapnya.

Destructive fishing yang menjadi salah satu menjadi penyebab kerusakan terumbu karang itu adalah pengeboman ikan dan melakukan pembiusan dengan potasium. 

"Sehingga kerusakan itu tidak terlalu signifikan, memang ada kerusakan. Misalnya ada di pulau tertentu yang didominasi oleh turis tertentu yang kita tahu perilaku mereka kebiasaan mereka dalam menangkap lingkungan tidak ramah lingkungan atau mereka yang melakukan destructif," sambungnya.

Transplantasi karang itu sebagai upaya dalam mengembalikan atau memulihkan ekosistem yang terlanjur rusak. Disampaikan Faat, rehabilitasi atau pemulihan ekosistem terumbu karang dengan pemulihan ekosistem di daratan atau teresterial ini sangat berbeda.

Perlu metode yang tepat untuk menyasar titik-titik terumbu karang yang rusak. Dari segi biaya pun transplantasi karang membutuhkan lebih besar ketimbang rehabilitasi di daratan.
 
"Kalau di laut costnya sangat besar, metodenya harus tepat, medianya juga harus tepat," ucapnya.

Media yang paling tepat dan masih digunakan saat ini adalah jaring laba-laba atau spider. Faat mengungkapkan hasil transplantasi karang sejak beberapa waktu lalu sudah mulai terlihat.

"Di TN Bunaken arusnya sangat kuat dan karena itu media rangka spider yang paling menentukan keberhasilan suatu transplantasi karang," ujarnya. 

"Dengan metode (spider) itu lah kami sudah mendapatkan hasil yang signifikan dalam melakukan kegiatan transplantasi karang ini," imbuhnya.

Transplantasi karang ini, kata Faat sama dengan rehabilitasi tanaman di teresterial atau di darat. Terumbu karang yang diikat di kerangka spider itu membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga akan diletakkan di kedalaman maksimal 10 meter.

"Nanti yang kita mau transplantasi kan itu adalah jenis acropora dan jenis acropora inilah nanti yang akan menarik substrat jenis yang lain. Acropora ini yang daya tahan terhadap kondisi di alam cukup bagus ya kemudian pertumbuhannya per tahun itu 1 sampai 3 cm," terangnya.

Editor: Galih Priatmojo

Tag:  #kisah #para #penjaga #surga #bawah #laut #pulau #bunaken #konservasi #tantangan #eksploitasi

KOMENTAR