Misa Pentahbisan Uskup Keuskupan Surabaya: Inklusivitas Bagi Umat Difabel
Eliezer Zelwin Horman, seorang umat Katolik tunanetra dari Paroki Santo Aloysius Gonzaga Surabaya, yang bertugas sebagai lektor dalam perayaan ekaristi pentahbisan uskup Surabaya. (Istimewa)
23:48
22 Januari 2025

Misa Pentahbisan Uskup Keuskupan Surabaya: Inklusivitas Bagi Umat Difabel

– Momen bersejarah pentahbisan Mgr. Agustinus Tri Budi Utomo sebagai Uskup Keuskupan Surabaya di Auditorium Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Rabu (22/1), menjadi bukti nyata inklusivitas Gereja Katolik. Tidak hanya khidmat dan sakral, misa tersebut juga dirancang agar dapat melibatkan berbagai kalangan, termasuk umat difabel.

Salah satu momen istimewa terlihat ketika Eliezer Zelwin Horman, seorang umat Katolik tunanetra dari Paroki Santo Aloysius Gonzaga Surabaya, bertugas sebagai lektor dalam perayaan ekaristi tersebut. Meskipun memiliki keterbatasan penglihatan, Eliezer menjalankan perannya dengan penuh keyakinan dan kesungguhan hati.

“Dia sudah lama melayani sebagai lektor di parokinya. Dengan pembimbingan yang konsisten, dia tetap bisa melayani Sabda Allah meski dengan keunikannya,” ungkap Romo Agustinus Ferdian Dwi Prasetyo, juru bicara panitia tahbisan.

Gereja Katolik di Keuskupan Surabaya juga telah lama menyediakan fasilitas dan layanan bagi umat difabel. Salah satunya adalah keberadaan juru bahasa isyarat (JBI) yang memastikan umat tunarungu dapat mengikuti perayaan ekaristi dengan baik.

Keberadaan para JBI ini tidak terlepas dari perhatian Mgr. Didik yang sebelum ditahbiskan sebagai uskup, telah aktif mendampingi komunitas difabel di Keuskupan Surabaya. “Romo Didik sangat peduli dengan teman-teman difabel. Beliau selalu memastikan bahwa semua umat, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan, dapat terlibat aktif dalam kehidupan gereja,” tambah Romo Ferdian.

Para JBI dalam misa tahbisan ini merupakan bagian dari Tim Pastoral Difabel Keuskupan Surabaya. Mereka adalah relawan yang berasal dari berbagai paroki dan telah dilatih secara khusus untuk melayani kebutuhan umat tunarungu, terutama dalam perayaan besar seperti misa pentahbisan ini.

Misa tahbisan ini mencerminkan komitmen Gereja Katolik untuk menjadi rumah bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang atau keterbatasan fisik. Inklusivitas tersebut menjadi salah satu nilai utama yang selalu ditekankan dalam pelayanan pastoral.

“Ini adalah wujud nyata kasih Kristus yang merangkul semua orang. Semoga semangat inklusivitas ini terus berkembang di bawah kepemimpinan Uskup Didik,” ujar salah satu umat yang hadir.

Dengan pengukuhan Mgr. Agustinus sebagai uskup, harapan besar pun muncul bahwa Gereja Keuskupan Surabaya akan terus melangkah maju, membawa terang dan kasih bagi seluruh umat, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Editor: Bintang Pradewo

Tag:  #misa #pentahbisan #uskup #keuskupan #surabaya #inklusivitas #bagi #umat #difabel

KOMENTAR