Menyempurnakan Debat Capres-Cawapres
DEBAT Pilpres yang keempat akan digelar pada Minggu, 21 Januari 2024. Seperti pada debat-debat sebelumnya, debat keempat yang akan diikuti oleh tiga calon wakil presiden nanti akan terbagi dalam enam segmen.
Segmen pertama adalah penyampaian visi-misi dan program kerja oleh setiap cawapres secara bergantian. Kemudian dilanjutkan dengan tanggapan para calon terhadap visi-misi dan program kerja calon lain.
Dua segmen berikutnya adalah tanggapan para calon terhadap pertanyaan panelis yang dibacakan oleh moderator.
Pertanyaan itu dibagi menurut tema yang ditetapkan KPU untuk debat kali ini, yaitu: energi, sumber daya alam, sumber daya manusia, pajak karbon, lingkungan hidup, agraria, dan masyarakat adat.
Segmen kelima berupa tanya-jawab bebas antarcalon. Sedangkan segmen keenam atau terakhir berupa pernyataan penutup (closing statement) dari para calon.
Sebelum acara debat dimulai, Ketua KPU menyampaikan tujuan debat, menyebutkan tema debat, dan memperkenalkan panelis yang menyusun isu-isu untuk dibahas para calon.
Ketua KPU juga meneruskan berkas pertanyaan yang disimpan dalam amplop tertutup dari ketua panelis kepada moderator.
Memudahkan pemilih
Debat calon presiden/wakil presiden pada intinya dimaksudkan untuk memudahkan para pemilih untuk menentukan pasangan calon yang akan dipilih pada hari pencoblosan, 14 Februari nanti.
Pada saat itu warga negara berhak untuk memilih calon kepala negara yang akan bekerja selama lima tahun ke depan.
Untuk itu acara debat perlu dikemas sedemikian rupa sehingga tujuan itu dapat tercapai.
Namun penyelenggaraan debat yang sudah tiga kali dilaksanakan pada Pilpres 2024 ini agaknya kurang mengenai sasaran.
Acara-acara debat itu cenderung lebih menonjolkan kemeriahan suasana daripada momen untuk membahas gagasan tentang masalah bangsa dan solusinya.
Mengapa demikian, ada beberapa hal yang perlu diamati, antara lain sebagai berikut.
Pertama, tujuh tema debat terlalu banyak untuk dibahas dalam waktu yang disediakan. Untuk menyampaikan visi, misi dan program kerja seluruh tema, setiap calon hanya mendapat waktu 4 menit.
Maka para calon tentu sulit menyampaikan gagasannya secara lengkap dan jelas. Sangat mungkin beberapa tema tidak dibahas, karena waktu telah habis untuk menjelaskan tema-tema lain.
Sebagai solusi, jumlah tema perlu dikurangi, misalnya menjadi tiga tema per acara debat. Dengan lima kali debat, maka ada 15 tema yang dibahas dalam keseluruhan acara debat. Ini cukup wajar dan dapat dilakukan.
Dengan hanya tiga tema, dan dengan waktu yang ditambah, misalnya menjadi 5 menit, maka para calon akan dapat menyampaikan gagasannya secara tuntas. Kepada peserta disediakan kursi untuk dipakai duduk, pada saat tidak sedang berbicara.
Kedua, pada sesi penyampaian visi, misi dan program kerja, para calon sebaiknya diperbolehkan melihat catatan. Ini dimaksudkan agar pembahasannya dapat dilakukan secara terstruktur, tidak ada yang terlupakan.
Melihat catatan, tidak berarti boleh membaca kata per kata. Ini tidak layak dilakukan oleh seseorang yang memahami persoalan.
Ketiga, sesi tanggapan dari calon lain diberi waktu yang cukup memadai, misalnya 2 menit, tidak satu menit seperti pada tiga debat terdahulu.
Dengan demikian, ia akan leluasa untuk mengupas gagasan calon lain, tidak terburu-buru. Penanggap tentu tidak harus menggunakan waktu itu sepenuhnya.
Keempat, pembahasan dilakukan per tema, tidak semua tema dibahas sekaligus. Ini akan membuat produk penonton lebih paham akan penguasaan masalah setiap calon.
Karena ada tiga tema seperti yang penulis usulkan, maka akan ada tiga putaran pembahasan secara berturut-turut, yang bisa tanpa jeda.
Kelima, pada sesi menjawab pertanyaan panelis, digunakan sistem diskusi, yang dipandu secara substantif oleh salah seorang panelis yang adalah pakar pada bidangnya.
Di sini, para calon dapat setuju atau tidak setuju dengan gagasan calon lain. Pemandu memberi kesempatan kepada setiap calon untuk berbicara secara alami, tanpa diatur waktunya terlebih dahulu.
Akhir diskusi bukan satu solusi yang disepakati, namun terbuka untuk beberapa alternatif solusi. Masyarakat dapat menilai gagasan siapa yang dianggap lebih baik.
Keenam, pada sesi tanya jawab bebas, seorang calon dapat menanyakan atau mengemukakan hal-hal yang terkait atau tidak terkait dengan tema debat kepada calon lain.
Masalah personal seperti rekam jejak dan gosip yang berkembang di masyarakat dapat, namun tidak wajib, dipertanyakan pada sesi ini.
Dengan demikian, hal-hal non substantif namun penting untuk diketahui publik tidak muncul pada sesi-sesi sebelumnya.
Perlu diingatkan bahwa penyampaiannya perlu dilakukan dengan menggunakan bahasa yang santun, tidak menggunakan kata-kata kasar, tidak mengandung ujaran kebencian, dan sebagainya.
Ketujuh, pada acara pernyataan akhir, para calon dapat menyampaikan kelebihan-kelebihan pendapatnya dibandingkan pendapat alternatif dari calon lain.
Setiap calon dapat menyampaikan alasan mengapa ia layak untuk dipilih, terkait dengan tema-tema yang sebelumnya dibahas.
Acara debat presiden/wakil presiden perlu dijadikan momen penyampaian gagasan yang serius. Oleh sebab itu kehadiran tim pendukung perlu dikurangi atau bahkan ditiadakan.
Sebaliknya, acara debat perlu dihadiri oleh orang-orang yang mewakili kelompok-kelompok dalam masyarakat. Misalnya, profesional, pengusaha, aktivis sosial/lingkungan, mahasiswa/akademisi, budayawan, tokoh-tokoh masyarakat, dsb.
Mereka bisa mendapat kesempatan untuk bertanya, atau memberikan informasi yang penting untuk diketahui, sehingga acara debat benar-benar realistis.
Ini akan jauh lebih baik daripada hanya dihadiri oleh pendukung para calon seperti yang terjadi sebelum ini.
Dengan beberapa penyempurnaan tersebut, maka acara debat pilpres akan dapat mengakomodasi dan menampung kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat.
Selain itu, mereka yang sebelumnya berniat untuk tidak memilih atau menjadi golput, diharapkan akan tergerak untuk mencoblos. Semoga demikian adanya.