Dukung Produk Laut Khas Indonesia Semakin Populer dengan Indikasi Geografis, KKP Ungkap Strategi
Penerapan indikasi geografis dalam hilirisasi hasil perikanan jadi strategi akselerasi daya saing produk kelautan../Sumber Foto : Alexandre Saraiva Carniato/Pexels.com
10:48
31 Maret 2024

Dukung Produk Laut Khas Indonesia Semakin Populer dengan Indikasi Geografis, KKP Ungkap Strategi

 

 - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang menyiapkan strategi akselerasi untuk penguatan daya saing produk kelautan dan perikanan.

Salah satu strategi yang dperisiapkan KKP yakni melalui penerapan indikasi geografis dalam hilirisasi perikanan.

Dilansir dari laman indonesia.go.id, Minggu (31/3), strategi yang digunakan KKP adalah indikasi geografis.

Tujuannya yaitu untuk menghindari praktik persaingan curang atau memberikan perlindungan konsumen dari penyalahgunaan reputasi (brand).

Selain itu, indikasi geografis juga sebagai tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang atau produk, baik karena faktor lingkungan geografis (alam, manusia, atau kombinasi keduanya).

Bahkan, indikasi geografis diharapkan mampu memberikan reputasi, kualitas, dan karakteristik tertentu pada barang atau produk yang dihasilkan.

“Tentu dengan adanya indikasi geografis, komoditas atau produk kelautan dan perikanan akan memberikan jaminan sebagai produk asli. Sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen,” ungkap Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo.



Budi menyebut, manfaat lain indikasi geografis bagi komoditas atau produk perikanan yaitu menjadi ruang pembinaan terhadap produsen lokal dalam rangka menciptakan, menyediakan, dan memperkuat citra, nama, dan reputasi komoditas atau produk.

Termasuk, dapat mendorong untuk meningkatkan produksi lantaran dalam indikasi geografis dijelaskan dengan rinci terkait produk berkarakter khas dan unik.

“Manfaat lainnya yaitu melindungi keaslian ikan asal Indonesia, seperti ikan arwana, cupang jenis tertentu, dan botia dalam perdagangan internasional. Reputasi suatu kawasan indikasi geografis akan ikut terangkat sekaligus melestarikan keindahan alam, pengetahuan tradisional, kearifan lokal, sumber daya hayati, dan pengembangan kuliner maupun pariwisata,” tuturnya.

Menurutnya, selama ini sektor kelautan dan perikanan memiliki potensi yang besar terhadap indikasi geografis.

Contohnya indikasi berbasis komoditas, seperti ikan mas Punten di Malang, ikan siluk merah di Pontianak, kerapu cantang gerokgak Bali, dan mutiara khas Lombok.

Sedangkan, untuk indikasi geografis berbasis produk olahan, ada bandeng presto juwana dan pindang bandeng dari Kudus.

“Ini potensi sekaligus dapat menjadi bagian dari branding daerah. Pendekatan ini juga kami gunakan saat meresmikan Kampung Nelayan Modern (Kalamo Pulau Pasaran sebagai sentra hilirisasi ikan teri,” tambah Budi.



Sebagai informasi, saat ini baru ada enam hasil kelautan dan perikanan yg telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) yang memiliki tanda indikasi geografis. Di antaranya, bandeng asap sidoarjo, ikan uceng temanggung, sidat marmorata poso, garam amed Bali, garam kusamba Bali, dan mutiara Lombok.

Untuk tanda yang digunakan sebagai indikasi geografis dapat berupa label yang dilekatkan pada barang atau produk yang dihasilkan. Yang memuat nama tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut. ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #dukung #produk #laut #khas #indonesiasemakin #populerdengan #indikasi #geografis #ungkap #strategi

KOMENTAR