Kisah Aning, Pengrajin Bunga Mei Hwa di Glodok yang Banjir Orderan Menjelang Imlek 2024
Aning (65) setia dengan profesinya sebagai pengrajin bunga Mei Hwa yang digelutinya sejak tahun 1980 hingga kini di kawasan Pecinan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat. (Foto: Dimas Choirul/JawaPos.com)
07:16
10 Februari 2024

Kisah Aning, Pengrajin Bunga Mei Hwa di Glodok yang Banjir Orderan Menjelang Imlek 2024

Cuaca mendung siang itu tak menyurutkan semangat Aning untuk terus merakit bunga Mei Hwa di lapak mungilnya. Tangannya yang sudah keriput tampak lincah merakit satu per satu tangkai bunga di atas pot.

Pria berusia 65 tahun tersebut mengaku sudah lama menjadi pengrajin bunga Mei Hwa di kawasan Pecinan Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.

"Dari saya bujang sekitar tahun 1980-an sudah bikin Bunga Mei Hwa, dulu belajar ikut orang, terus bisa mandiri," ucapnya saat ditemui JawaPos.com, Rabu (6/2).

Aning hanya merakit bunga Mei Hwa ketika musim Imlek tiba. Itupun digarap jika ada pesanan dari pelanggannya. Sehari-harinya, Ia berjualan aneka buah di Pasar Glodok. "Kan kalau begini kita musiman, jadi engga setiap hari," katanya.

Dengan posisi jongkok di atas tikar, Aning kemudian bercerita tentang pembuatan bunga Mei Hwa. Untuk bahan dasarnya, Aning menggunakan tangkai dari plastik, bunga dari kain nilon serta pohon jambu.

Sembari menuntun, mula-mula, Ia menyiapkan media pot yang telah diisi dengan gabus. Setelah itu Ia tancapkan pohon jamu berukuran setengah meter ke dalam pot tersebut.

"Habis itu kita pakai bor, lem tembak dan paku buat menyatukan tangkainya biar kuat, baru kita rangkai bunganya satu per satu," tutur Kakek yang sudah memiliki 20 cucu itu.

Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2575 yang jatuh pada 10 Februari 2024 nanti, Aning mengaku banjir pesanan.
Jika dibandingkan Imlek tahun lalu, omzetnya kini naik sekitar 50 persen.

Mayoritas pembelinya berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera. Selain perorangan, dirinya juga menerima pesanan untuk kebutuhan perkantoran.

"Jadi mereka biasa ngambil ke sini pakai mobil, ada juga pesanan untuk kantor, restoran gitu," ungkap Aning sambil tersenyum.

Dalam sehari, kurang lebih sekitar 10 pesanan masuk nota bilnya. Meski terhitung banyak, namun untuk saat ini, dirinya hanya mampu membuat tiga pesanan bunga Mei Hwa. Sisa pesanan lainnya, Ia serahkan kepada anak-anaknya.

"Karena untuk buat Bunga Mei Hwa butuh waktu satu atau dua jam, tergantung jenis ukuran yang dipesan," jelasnya.

Selain bunga Mei Hwa, Aning juga menjual bunga sakura. Untuk satu pohon berukuran kecil lengkap dengan pot, Ia banderol dengan harga Rp250 ribu. Sementara untuk ukuran besar, Ia banderol hingga Rp1,4 juta.

"Ya Alhamdulillah untungnya bisalah kebeli motor buat anak, buat nyekolahin anak," akunya sambil tersenyum.

Kini, di usianya yang senja, Aning memilih untuk mewariskan keterampilannya itu kepada anak dan cucunya. Kelak, Ia berharap, anak dan cucunya bisa lebih sukses darinya. "Ya semoga rezekinya juga hoki seperti makna shio naga kayu tahun ini," ungkapnya.

Editor: Mohamad Nur Asikin

Tag:  #kisah #aning #pengrajin #bunga #glodok #yang #banjir #orderan #menjelang #imlek #2024

KOMENTAR