Banyak Perempuan Terjebak Hubungan Toxic, KPPPA: 1 dari 2 Orang Pernah Alami Kekerasan Psikologis
Ilustrasi perempuan mengalami kekerasan. (Freepik/satura86)
17:32
4 Desember 2025

Banyak Perempuan Terjebak Hubungan Toxic, KPPPA: 1 dari 2 Orang Pernah Alami Kekerasan Psikologis

Baca 10 detik
  • Kementerian PPPA menemukan separuh perempuan Indonesia pernah alami kekerasan psikologis berdasarkan survei nasional 2024.
  • Kekerasan psikologis didominasi pembatasan perilaku, kekerasan emosional, serta bentuk tekanan ekonomi dari pasangan.
  • Sebanyak 15,8 persen kekerasan pasangan terjadi tanpa pemicu spesifik, mengindikasikan pola perilaku berkelanjutan.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menemukan kalau sekitar satu dari dua perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan psikologis oleh pasangan selama hidupnya.

Data itu ditemukan dari hasil survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) KPPPA tahun 2024.

Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Desy Andriani, menjelaskan bahwa kekerasan psikologis yang paling banyak dialami perempuan, meliputi kekerasan emosional, kekerasan ekonomi, hingga pembatasan perilaku.

"Kekerasan psikologis merupakan bentuk kerasan yang paling banyak dialami perempuan, dengan pembatasan perilaku muncul sebagai bentuk yang paling dominan," kata Desy dalam acara paparan SPHPN 2024 di Jakarta, Kamis (4/12/2025).

Temuan itu, menurut Desy, menunjukan kalau banyak perempuan terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.

"Banyak perempuan hidup dalam relasi yang penuh kontrol dan tekanan emosional, meskipun tidak selalu meninggalkan luka secara fisik," katanya.

Tidak hanya itu, Desy menyebut kekerasan fisik maupun seksual yang dilakukan pasangan tidak selalu dipicu keadaan tertentu.

Berdasarkan survei, 26,9 persen kekerasan dipicu masalah keuangan, sementara 15,8 persen terjadi tanpa alasan apa pun, dan 11,4 persen terjadi ketika pelaku dalam kondisi mabuk.

"Fakta bahwa cukup banyak kekerasan terjadi tanpa pemicu spesifik, memperlihatkan bahwa kerasan adalah pola perilaku, bukan reaksi sesama," tuturnya.

Ia menekankan perlunya penguatan layanan pendampingan, peningkatan literasi publik tentang relasi sehat, serta peran lingkungan untuk segera merespons tanda-tanda pengendalian berlebihan dalam hubungan.

Editor: Dwi Bowo Raharjo

Tag:  #banyak #perempuan #terjebak #hubungan #toxic #kpppa #dari #orang #pernah #alami #kekerasan #psikologis

KOMENTAR