Anggota DPR Keberatan Dividen BUMN Dipakai Talangi Utang Whoosh: Semestinya Tidak Bebani Semuanya
Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron ketika menanggapi isu kelangkaan BBM di SPBU swasta usai kegiatan di Hotel Swiss-Belinn Indramayu, Sabtu (20/9/2025).(KOMPAS.com/HANDHIKA RAHMAN)
16:02
31 Oktober 2025

Anggota DPR Keberatan Dividen BUMN Dipakai Talangi Utang Whoosh: Semestinya Tidak Bebani Semuanya

Anggota Komisi VI DPR RI, Herman Khaeron, keberatan dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikelola Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara digunakan untuk menalangi utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh).

Menurutnya, skema tanggung renteng tidak perlu ada jika proyek berbasiskan business to business (B2B).

"Yang membuat rugi ini adalah kereta cepat Jakarta-Bandung. Masa sih kemudian keuntungan dari BRI, dividen dari Mandiri, dividen dari mana-mana terus membayari untuk membayari utang KCIC," kata Herman di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Jumat (31/10/2025).

"Kalau business to business, dan berbasiskan terhadap business plan, feasibility study yang mumpuni, sesungguhnya, semestinya tidak ada kerugian hari ini yang pada akhirnya membebani semuanya," imbuh Herman.

Oleh karenanya, ia meminta skema tanggung renteng dirumuskan kembali.

Menurutnya, masih banyak cara yang dapat dilakukan, termasuk ketika proyek KCJB masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Herman menyebut, PSN merupakan tanggung jawab negara yang dapat ditanggung oleh APBN.

"Kalau kemudian bahwa ini adalah proyek strategis nasional, kemudian sebagai investasi sosial, maka semuanya kerugian ditanggung oleh negara melalui APBN," tutur Herman.

Lebih lanjut, ia meminta pemerintah mencari cara untuk memperkecil kerugian di masa depan lantaran okupansi tidak tercapai.

Diketahui, KCJB kini mengalami kerugian sekitar Rp 2 miliar per tahun karena hal ini.

"Pertumbuhan okupansi yang ditargetkan dulu 60.000, okupansi sehari-hari ini enggak tercapai. Sehingga sekarang kan hanya tercapai antara 18.000 di hari kerja, 20.000 di hari libur. Nah, ini yang tentu ke depan harus ada strategi," tandas Herman.

Utang Whoosh

Sebagai informasi, KCJB alias Whoosh kini menghadapi beban utang yang cukup berat.

Kerugian bisa dilihat dalam laporan keuangan PT KAI (Persero), selaku induk usaha dan salah satu pemegang saham terbesar.

KAI bersama dengan tiga BUMN lainnya harus menanggung renteng kerugian dari Whoosh sesuai porsi sahamnya di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI).

Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025 (unaudited) yang dipublikasikan di situs resminya, entitas anak KAI, PT PSBI, tercatat merugi hingga Rp 4,195 triliun sepanjang 2024.

Artinya, dalam sehari saja, bila menghitung dalam setahun ada 365 hari, konsorsium BUMN Indonesia harus menanggung rugi dari beban KCIC sebesar Rp 11,493 miliar per hari.

Kerugian itu masih berlanjut tahun ini.

Hingga semester I-2025 atau periode Januari–Juli, PSBI sudah membukukan kerugian sebesar Rp 1,625 triliun.

Sebagai pemimpin konsorsium, KAI memegang porsi saham terbesar di PSBI, yakni 58,53 persen, sesuai penugasan yang diberikan pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Selain KAI, pemegang saham lain PSBI adalah Wika dengan kepemilikan 33,36 persen, Jasa Marga sebesar 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen.

Tag:  #anggota #keberatan #dividen #bumn #dipakai #talangi #utang #whoosh #semestinya #tidak #bebani #semuanya

KOMENTAR