



Perhatikan! Ini Larangan Spiritual di Bulan Sura: Jangan Asal Tirakat, Bisa Berujung Bahaya!
Dalam tradisi Jawa, bulan Sura adalah waktu sakral yang dipercaya sebagai masa berlimpahnya energi gaib. Bukan sekadar penanda tahun baru Jawa, Sura merupakan bulan penuh pantangan yang berkaitan erat dengan dunia spiritual.
Menurut penjelasan dari salah satu video di kanal Youtube yang aktif membahas weton yakni Ngaos Jawa, banyak orang Jawa meyakini bahwa batas antara alam nyata dan alam gaib sangat tipis di bulan ini, sehingga segala tindakan, terutama yang bersifat spiritual, harus dilakukan dengan kehati-hatian.
Jika keliru, risikonya bukan main-main, bisa membuat seseorang celaka secara fisik maupun batin. Yuk, kenali larangan-larangan spiritual penting yang tidak boleh disepelekan di bulan Sura!
1. Tirakat Tanpa Guru, Jalan Pintas Menuju Bahaya
Tirakat atau laku prihatin seperti puasa mutih, tapa bisu, atau pati geni memang lazim dilakukan di bulan Sura. Namun, melakukannya tanpa pendampingan guru spiritual atau sesepuh sangat tidak dianjurkan. Alih-alih mendapatkan pencerahan, justru bisa terjerat oleh energi gelap yang tidak terkendali. Banyak kisah orang yang mendadak kesurupan, kehilangan kesadaran, hingga terganggu jiwanya karena asal tirakat. Ingat, laku spiritual bukan sekadar ritual, tapi membutuhkan bimbingan dan kesiapan batin yang matang.
2. Uji Nyali di Tempat Angker? Sura Bukan Waktunya
Bagi yang suka menantang diri ke tempat wingit seperti makam tua, pohon beringin, atau situs angker lainnyam bulan Sura adalah waktu paling berbahaya untuk itu. Aktivitas makhluk halus meningkat drastis di bulan ini. Mereka jadi lebih peka dan mudah tersinggung. Berani mengganggu atau bahkan sekadar datang tanpa niat yang jelas, risikonya bisa fatal. Tak sedikit orang mengalami kerasukan, hilang arah, bahkan tak kembali seperti sedia kala. Ingat, keberanian tanpa ilmu hanya akan membawa celaka.
3. Menumpahkan Darah Tanpa Alasan, Mengundang Bahaya
Dalam budaya Jawa, darah adalah simbol kehidupan dan kekuatan spiritual. Di bulan Sura, menumpahkan darah bahkan secara tidak sengaja, bisa jadi undangan bagi makhluk dari alam bawah. Oleh sebab itu, berburu, menyembelih hewan, atau perkelahian sebaiknya dihindari. Leluhur kita percaya, darah yang jatuh di tanah di bulan ini bisa menjadi ‘persembahan’ tak sengaja yang mengundang jin atau makhluk gaib lainnya. Maka, waspadalah. Jangan anggap remeh luka kecil sekalipun.
4. Menghina Tradisi Leluhur, Memutus Warisan Spiritual
Satu lagi yang kerap dilupakan: jangan menghina adat atau tradisi leluhur. Banyak yang menyebut tradisi Jawa sebagai tahayul atau syirik. Padahal, di balik setiap ritual dan pantangan, terdapat kearifan ribuan tahun yang menjaga harmoni antara manusia dan alam semesta. Menghina warisan leluhur bukan hanya menutup berkah, tapi juga bisa membuka celah pada gangguan tak kasat mata. Hidup terasa kosong, rezeki seret, batin gelisah, semuanya bisa terjadi akibat memutus tali spiritual dengan akar budaya sendiri.
Hormati Bulan Sura, Jaga Keseimbangan Semesta
Bulan Sura bukan bulan biasa. Ia bukan bulan untuk uji nyali, pamer keberanian, apalagi sok tahu tentang dunia gaib. Ia adalah waktu hening, waktu merenung, waktu menguatkan batin. Bila kita mengikuti larangan-larangan spiritual yang diwariskan leluhur, maka kita sedang menjaga harmoni hidup, menjaga rumah tangga, menjaga kesehatan jiwa dan raga.
Ingatlah, tidak semua yang tidak terlihat itu tidak nyata. Dunia gaib ada, dan bulan Sura adalah waktu di mana mereka lebih dekat dari biasanya. Hormatilah bulan ini sebagaimana para leluhur kita melakukannya. Maka, insyaAllah hidup akan lebih tenang, selamat, dan penuh berkah.
Tag: #perhatikan #larangan #spiritual #bulan #sura #jangan #asal #tirakat #bisa #berujung #bahaya