Rayakan HUT RI, Dua Pegowes Ini Tempuh Perjalanan 1.945 Kilometer dari Surabaya ke IKN
Keduanya menggowes sepeda mereka dengan berangkat dari Surabaya menuju Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimamtan Timur menempuh jarak 1.945 kilometer.
Perjalanan mereka tempuh sejak 1 Agustus dan tiba di IKN pada 16 Agustus 2024 dengan srtart dari Tugu Pahlawan atau Titik Nol Surabaya, yang merupakan saksi dari perjuangan pahlawan-pahlawan Indonesia mempertahankan area Surabaya dari jajahan.
Perjalanan mereka melewati empat provinsi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Wirawan dan Opa Sugai mengaku dibuat kagum saat menginjakkan kakinya ke IKN. Bahkan mereka memiliki kesempatan bertemu seniman I Nyoman Nuarta, mastermind di balik patung Garuda IKN yang sempat ramai diperbincangkan.
"IKN bagus banget tempatnya. Saya dengan sudut pandang fotografer setiap detailnya sangat bagus. Apalagi kemarin dapat pengalaman luar biasa, karena berkesempatan bertemu dengan Nyoman Nuarta, desainer dan pembangun Garuda di belakang Istana. Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya. Diskusi dan melihat sudut pandang beliau itu menyenangkan," kata dia.
“Dengan beragam dinamika di negeri ini, kami bersyukur sudah terlahir dan besar di Indonesia, alhamdulillah. Perjalanan kami juga akan mengeksplorasi tempat wisata dan kuliner di Indonesia,” ujar Wirawan yang sehari-hari bergabung di komunitas GXID.
“Tantangan terberat itu sebenarnya di diri kita sendiri. Seringkali kita itu merasa mampu nggak, ya? Itu yang membatasi kita sebenarnya. Padahal kalau kita lakukan, seberat apapun akan mampu juga,” lanjutnya. Selama menempuh perjalanan ke IKN, keduanya menggunakan Polygon seri gravel Bend R.
Sugeng Santoso yang punya julukan Opa Sugai mengaku sudah terbiasa bersepeda jarak jauh. Sebelumnya, di tahun 2024 juga, ia menyelesaikan gowes dari Surabaya ke Mekkah yang dia tempuh selama empat bulan. Kondisi tubuhnya meski sudah menginjak kepala enam masih tetap fit.
Hal ini tidak lepas dari konsistensinya bersepeda setiap hari sejauh 50-75 km selama dua jam.
Meski sudah khatam Surabaya-Mekkah, gowes dari Surabaya di IKN tetap meninggalkan kesan tersendiri bagi Opa Sugai terutama karena kontur jalan yang banyak tanjakan dan turunan cukup curam.
“Kalimantan memang rute dan kontur jalanannya banyak rolling-nya dengan karakter naik dan turun dan hampir semuanya perkebunan sawit dan karet. Terjal naiknya juga perlu ngegas,” kata Opa Sugai.
“Apalagi ditambah dengan beban tas depan dan belakang. Jadi kalau kita lihat tanjakan itu ‘bisa nggak, ya? Bisa nggak, ya?’ Gowes ini juga untuk melihat sejauh mana sih limit kita. Kadang kita menyerah, padahal belum dicoba," ujar Wirawan.
Bagi mereka, bersepeda merupakan cara yang paling tepat untuk mengenal keragaman masyarakat dan budaya Indonesia dari dekat.
“Dengan menggowes, tidak ada gap dengan masyarakat. Jadi dengan hal-hal yang kita lalui, kita bisa tahu detail. Dengan pemandangan, kondisi alam, kondisi masyarakat. Kita bisa sewaktu-waktu berhenti untuk ngobrol dengan masyarakat," kata dia.
"Bisa juga saat menggowes sewaktu-waktu berhenti untuk foto-foto. Kalau pakai kendaraan lain rasanya makin ada gap karena pace-nya lebih cepat. Kalau untuk mengenal Indonesia, bepergian pakai sepeda itu menurut saya paling cocok," beber Wirawan.
Masyarakat dan budaya Dayak menjadi salah satu daya tarik Wirawan dan Opa Sugai. “Penduduknya, masyarakat Dayak sangat ramah dan welcome buat goweser,” tutur Opa Sugai bangga.
Meski mengaku tidak mudah, keberhasilan menggowes duo pesepeda ini ke IKN tentu tidak lepas dari konsistensi bersepeda yang sudah dibangun beberapa tahun terakhir. Wirawan bahkan rela menjual motornya untuk menggowes.
“Sejak menginjak usia 40 tahun, saya sudah komitmen. Saya menjual sepeda motor untuk memaksa saya bisa bersepeda ke mana-mana. Jadi saya ke kantor bersepeda, bertemu teman bersepeda. Bahkan mudik pun saya bersepeda. Jadi nggak cuma bike to work, tapi juga bike to everywhere," kata dia.
Tag: #rayakan #pegowes #tempuh #perjalanan #1945 #kilometer #dari #surabaya