Kisah Tony Wen, Eks Guru Olahraga yang Biayai Perjuangan RI Lewat Penyelundupan Candu
– Nama Tony Wen alias Boen Kim To mungkin jarang terdengar di telinga masyarakat. Namun siapa sangka, pria yang lahir di Sungai Liat, Bangka pada tahun 1911 ini merupakan salah satu tokoh Tionghoa yang berperan penting di dalam perjuangan Republik Indonesia melawan pemerintahan Belanda, pada awal masa kemerdekaan.
Mengutip dari buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran yang ditulis wartawan Kompas, Iwan Santosa, pada Selasa (28/1/2025), Tony Wen awalnya adalah seorang guru olahraga di Sekolah Pa Hoa, Jakarta. Namun kehidupannya kemudian berubah dan menjadi orang kepercayaan Presiden pertama RI, Soekarno.
Peristiwa itu terjadi ketika Indonesia menghadapi masa krusial saat Revolusi Fisik pada medio 1945-1949. Saat itu, Tony Wen ikut membiayai perjuangan para pejuang Tanah Air dengan melakukan operasi penyelundupan candu atau opium.
Tony bergerak di balik layar dalam membiayai jaringan perjuangan Republik Indonesia di mancanegara yang dipimpin misi diplomatik Ali Satroamidjojo dan Lambertus Nicolas Palar.
Kesuksesannya dalam menjalankan beberapa operasi penyelundupan candu semakin membuatnya dipercaya Soekarno.
Keponakan Tony Wen, Amung Chandra Chen, mengisahkan bahwa pamannya punya kedekatan khusus dengan presiden pertama RI.
Tony Wen pernah meminta Amung dan ayahnya melayani kebutuhan Soekarno saat ditahan Pemerintah Belanda di Bukti Menumbing, Muntok, Bangka.
“Waktu Bung Karno ditahan di Belanda di Bukti Menumbing di dekat Kota Muntok, keluarga kami yang diminta melayani keperluan Bung Karno,” ungkap Amung.
“Dari urusan kiriman uang, baju, hingga cabut gigi Bung Karno dilayani ayah saya atas perintah Tony Wen, yang saat itu tidak ikut ditangkap Belanda dan sedang bergerilya di luar Indonesia," ujar Amung lagi.
Perjalanan Tony menyelundupkan candu dimulai sejak 1948. Ia juga sempat masuk penjara ketika operasi candu gagal.
Sam Setyautama dalam buku Empat Puluh Tahun Indonesia Merdeka menjelaskan, awalnya Kabinet Mohammad Hatta menyetujui gagasan Menteri Keuangan A.A. Maramis untuk menjual candu ke luar negeri.
Tony Wen pun ditunjuk menjadi pelaksana tim operasi candu, Mukarto Notowidagdo sebagai koordinator tim operasi candu, dan posisi pengawas tim dijabat Soebeno Sosrosepoetro dibantu Karkono Komajaya.
Operasi candu ini dimulai pada 7 Maret 1948.
Kala itu, Tony menghubungi temannya Lie Kwet Tjien yang memiliki jaringan pedagang candu di Singapura.
Tony menjalankan operasi ini secara diam-diam dari pemerintah Belanda. Setengah ton candu diangkat dari Pantai Popoh di selatan Kediri.
Kemudian, tim operasi candu melintasi pantai selatan Jawa ke Selat Lombok untuk menghindari patroli Belanda yang memblokade Jawa dan Sumatera.
Pada 13 Maret 1948, tim tiba di Singapura, meski sempat ditahan oleh pihak Imigrasi negara setempat. Namun, mereka berhasil keluar dan menjual candu.
Setelahnya, operasi candu lanjutan dijalankan Tony dengan bantuan John Lie (Laksamana Muda Daniel Jahja Dharma).
Operasi ini berhasil mengirim dua ton candu ke Singapura sebanyak dua kali dengan menggunakan pesawat amfibi Catalina yang disewa.
Tak lama setelahnya, jaringan operasi candu ini diciduk Belanda. Tony Wen pun ditangkap polisi Inggris di Singapura.
Setelah lepas dari tahanan, Tony pun menjadi anggota DPR dari Fraksi Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1954-1956.
Pada 30 Mei 1963, Tony Wen meninggal dunia dan dimakamkan di Menteng Pulo.
Tag: #kisah #tony #guru #olahraga #yang #biayai #perjuangan #lewat #penyelundupan #candu