Gen Z, Generasi yang Penuh Potensi tapi Bermasalah dengan Wawancara Kerja, Pantaskah Mereka Disalahkan?
Ilustrasi Interview Kerja (Pexel/CottonbroStudio)
17:48
19 Januari 2024

Gen Z, Generasi yang Penuh Potensi tapi Bermasalah dengan Wawancara Kerja, Pantaskah Mereka Disalahkan?

– Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012. Mereka adalah generasi yang tumbuh di era digital, media sosial, dan perubahan sosial. Mereka juga adalah generasi yang menghadapi tantangan besar di dunia kerja, terutama saat menghadapi wawancara kerja.

Menurut sebuah survei yang dilakukan oleh The Harris Poll terhadap 800 manajer, direktur, dan eksekutif yang terlibat dalam proses perekrutan di AS, banyak kandidat Gen Z yang gagal dalam wawancara kerja. Satu dari lima pemberi kerja melaporkan bahwa fresh graduate belum siap bekerja. 

Masalah dengan kontak mata, berpakaian sesuai pekerjaan, dan meminta gaji yang tidak realistis menjadi keluhan utama. Hampir 40 persen responden mengatakan bahwa mereka lebih cenderung merekrut kandidat yang lebih tua karena perilaku Gen Z dalam wawancara.

Apakah Gen Z benar-benar generasi yang malas dan tidak profesional? Atau apakah mereka menolak sistem yang cacat dan tidak adil? 

Dilansir dari The Guardian, Jumat (19/1), berikut adalah beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi kinerja Gen Z dalam wawancara kerja.

Harapan yang Tidak Sesuai dari Pewawancara

Menurut Caicee Harrigan, pekerja iklan 25 tahun. Pertanyaan-pertanyaan tidak penting seperti ‘tiga kata untuk menggambarkan diri Anda’ atau ‘kelemahan terbesar Anda’ membuat meayoritas Gen Z merasa kesulitan.

“Rasanya seperti kita sedang dinilai berdasarkan sesuatu yang sepele,” kata Harrigan.

“Gen Z secara keseluruhan tidak suka itu. Ini adalah pertanyaan yang memasukkan Anda ke dalam kotak berdasarkan jawaban Anda.”

Sebaliknya, kandidat muda lebih suka menggunakan waktu untuk menjawab pertanyaan yang langsung berkaitan dengan pekerjaan yang mereka lamar. 

Menurut The Guardian, pada tahun 1920-an, Thomas Edison dilaporkan menciptakan sebuah ‘tes’ untuk menilai kecerdasan kandidat untuk laboratoriumnya. 

Tes tersebut berisi 146 pertanyaan yang tidak relevan, seperti ‘siapa penemu mesin uap?’ atau ‘berapa jumlah tulang yang ada di tubuh manusia?’

Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mungkin tidak lagi digunakan saat ini, tetapi masih ada pertanyaan-pertanyaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, seperti ‘apa jenis buah yang Anda sukai?’ atau ‘apa yang Anda lakukan di akhir pekan?’

Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin dimaksudkan untuk mengukur kepribadian atau keterampilan sosial kandidat, tetapi bagi Gen Z, pertanyaan-pertanyaan ini bisa terasa mengganggu, membingungkan, atau bahkan diskriminatif.

Kecemasan dan Stres yang Tinggi

Wawancara kerja adalah situasi yang menimbulkan kecemasan dan stres bagi siapa pun, tetapi bagi Gen Z, hal ini bisa lebih parah. Menurut American Psychological Association (APA), tingkat stres Gen Z rata-rata 5,7 dari 10.

Faktor-faktor yang menyebabkan stres Gen Z antara lain masalah keuangan, kesehatan mental, perubahan iklim, dan ketidakpastian politik.

Kecemasan dan tingkat stres bisa mempengaruhi kinerja Gen Z dalam wawancara kerja, terutama jika mereka tidak memiliki pengalaman atau persiapan yang cukup. 

Mereka mungkin merasa gugup, canggung, atau tidak percaya diri saat berbicara dengan pewawancara. Mereka juga mungkin kesulitan menjaga kontak mata, berpakaian sesuai, atau menunjukkan antusiasme.

Selain itu, Gen Z juga mungkin menghadapi hambatan komunikasi dengan pewawancara yang berasal dari generasi yang berbeda, seperti baby boomer atau generasi X. 

Mereka mungkin tidak memahami gaya, bahasa, atau budaya kerja yang diharapkan oleh pewawancara. Mereka juga mungkin merasa tidak dihargai atau dimengerti oleh pewawancara yang memiliki pandangan yang berbeda tentang pekerjaan, karier, atau nilai.

Perlawanan terhadap Sistem yang Tidak Adil

Gen Z bukanlah generasi yang pasif atau apatis. Mereka adalah generasi yang aktif, kritis, dan berani. Mereka adalah generasi yang berjuang untuk perubahan sosial, lingkungan, dan ekonomi. 

Mereka adalah generasi yang tidak mau menerima status quo, tetapi ingin menciptakan dunia yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan. Mereka adalah generasi yang tidak takut untuk menyuarakan pendapat, menantang otoritas, atau mengambil risiko.

Oleh karena itu, Gen Z mungkin tidak mau mengikuti aturan atau norma yang ada dalam sistem perekrutan yang mereka anggap tidak adil, tidak transparan, atau tidak sesuai dengan nilai mereka. 

Mereka mungkin tidak mau berpura-pura menjadi orang lain, menyesuaikan diri dengan standar yang tidak realistis, atau mengorbankan gairah atau tujuan mereka demi pekerjaan.

Gen Z juga mungkin lebih selektif dan kritis dalam memilih pekerjaan. Mereka tidak hanya mencari gaji atau jabatan, tetapi juga mencari makna, dampak, dan kesesuaian dengan nilai yang mereka miliki. 

Mereka ingin bekerja di tempat yang menghargai, mendukung, dan memberdayakan mereka. Gen Z hanya ingin bekerja di tempat yang sesuai dengan visi, misi, dan value mereka.

Maka dari itu, Gen Z dan pewawancara perlu saling memahami dan menghormati perbedaan generasi yang ada. Gen Z perlu mempersiapkan diri dengan baik, mengatasi kecemasan dan stres, dan menunjukkan keterampilan dan kepribadian mereka dengan jujur dan percaya diri. 

Pewawancara perlu menyesuaikan pertanyaan dan harapan mereka dengan kandidat Gen Z, dan mencari tahu apa yang mereka inginkan dan butuhkan dari pekerjaan. Dengan begitu, wawancara kerja bisa menjadi proses yang adil, transparan, dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.

Editor: Nicolaus Ade

Tag:  #generasi #yang #penuh #potensi #tapi #bermasalah #dengan #wawancara #kerja #pantaskah #mereka #disalahkan

KOMENTAR