Ironi Kemudahan Pelajar Beli Rokok di Jakarta: DIjual Dekat Sekolah, Pakai Seragam Tetap Dilayani
Ilustrasi perokok anak usia pelajar. (Suara.com/Fajar Ramadhan)
09:03
12 Juni 2024

Ironi Kemudahan Pelajar Beli Rokok di Jakarta: DIjual Dekat Sekolah, Pakai Seragam Tetap Dilayani

Di sudut Jakarta Timur, di antara deru kendaraan dan hiruk-pikuk ibu kota, sekelompok remaja dengan seragam putih abu-abu tampak duduk santai. Nongkrong sepulang sekolah bagi Rizky (17) dan kawan-kawannya, tidak dapat dipisahkan dari sebatang rokok.

Asap putih yang mengepul diakuinya tidak membuat sesak. Justru, merokok sambil nongkrong sepulang sekolah sudah jadi ritual yang dilakukannya sejak SMP. Dalam sehari, Rizky bisa menghabiskan tiga sampai empat batang rokok. Ketika uang di kantong menipis, Rizky dan teman-temannya akan patungan, membeli sebungkus rokok yang kemudian dibagi rata.

“Mulainya enggak baru-baru ini, saya udah dari SMP. Awalnya ikut-ikut temen biar kelihatan keren juga waktu itu, eh keterusan sampe sekarang. Biasanya sehari tiga sampai empat batang, belinya ada di dekat parkir warung batangan juga dikasih. Cuma lebih sering beli di tempat nongkrong ada warung juga,” kata Rizky kepada Suara.com, baru-baru ini.

Ilustrasi perokok anak sekolah. (Suara.com/Fajar Ramadhan)Ilustrasi perokok anak sekolah. (Suara.com/Fajar Ramadhan)

Sementara itu, meski status mereka masih pelajar, Rizky dan teman-temannya tak mengalami kesulitan sedikit pun untuk mendapatkan rokok. Seragam sekolah yang mereka kenakan seolah tak berarti apa-apa di mata para penjual. Satu larangan pun tak terdengar dari mulut-mulut yang sehari-harinya menjajakan barang beracun itu.

Baca Juga: Kisah Pelajar Alami Masalah Pernapasan Karena Paparan Asap Rokok Dari Orang Terdekat

Mereka hanya perlu datang dan meminta, lalu tanpa banyak tanya, rokok-rokok itu akan berpindah tangan. Tak ada pandangan curiga, tak ada kata “tidak” yang keluar dari bibir penjual. Padahal, beberapa dari warung-warung itu berada tak jauh dari gerbang sekolah, hanya beberapa langkah yang memisahkan dunia belajar dan dunia kepulan asap tembakau.

“Selama beli enggak pernah susah sih, enggak pernah ditanya juga langsung dikasih aja. Warung di dekat sekolah ngasih-ngasih aja jadi emang santai aja,” ungkap Rizky.

Tak hanya, kemudahan membeli rokok ini juga dialami teman-teman F (15). Sebagai sosok yang memiliki teman perokok, F menjadi saksi di mana para penjual mudah memberi rokok di warung kawasan sekolah. Padahal saat membeli rokok, jelas-jelas merekamemakai seragam putih-biru.

“Temen-temen kalo beli di warung atau warkop ya dikasih aja meskipun kitanya masih pake baju sekolah. Sejauh ini enggak pernah liat temen ditolak, pasti selalu dikasih,” kata F.

Pemberian rokok yang mudah kepada pelajar juga diakui oleh Nur (48), pemilik warung yang menjual rokok dekat kawasan sekolah. Baginya, seragam sekolah para pembelinya bukanlah alasan untuk menolak menjual barang dagangannya. Sebagai penjual, Nur merasa tugasnya adalah melayani semua pembeli tanpa kecuali.

Baca Juga: Outfit-nya Gak Pernah Gagal, Gaya Ameena Sekolah Tenteng Tas Branded dari Kris Dayanti Curi Atensi

Nur menganggap penjualan rokok sebagai bagian dari mata pencahariannya. Karenanya, ia tidak pernah sekalipun melarang para pelajar membeli rokok di warungnya. "Kita mah kan penjual, penghasilan kita jadi ngelayanin aja dan enggak ngelarang. Anak-anak juga beli pakai uangnya," ungkap Nur.

Warung Rokok di Sekitar Sekolah Masih Banyak

Mudahnya para pelajar membeli rokok ini perlu mendapat perhatian khusus. Data pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan prevalensi perokok anak meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2018. Padahal, Kementerian Kesehatan sendiri dalam PP Kesehatan Pasal 424 E mengatur larangan adanya penjualan rokok dengan radius 200 meter dari satuan pendidikan. Hanya saja, fakta lapangannya masih banyak pelajar yang mudah membeli rokok di warung-warung sekitar kawasan sekolah.

Ilustrasi warung kelontong. (Pexels/Fancycrave.com)Ilustrasi warung kelontong. (Pexels/Fancycrave.com)

Sementaa itu berdasarkan temuan terbaru PKJS UI di DKI Jakarta dengan memantau Google Maps, ditemukan sekitar 20 persen warung yang menjual rokok di sekitar sekolah.

"Sehingga berdasarkan data kepadatan penduduk kita, setiap 1.000 penduduk ada satu warung penjual rokok, jadi ini ketika tidak diatur akan membahayakan," ujar Peneliti Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS UI), Risky Kusuma Hartono, PhD.

Selain itu, penelitian dari Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), pada 2023 menemukan mayoritas murid sekolah membeli rokok eceran saat pertama kali mengisap tembakau. Project Lead for Tobacco Control di Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Beladenta Amalia mengatakan, pada 2019 lalu bahkan rokok eceran yang dibeli para pelajar ini bahkan dikenakan harga murah, yakni Rp 1.000 per batangnya.

"Hasil studi kualitatif CISDI menemukan 7 dari 10 murid sekolah membeli rokok eceran, baik pada konsumsi di 30 hari terakhir maupun saat mencoba rokok untuk pertama kali," ujar Beladenta.

Halaman Selanjutnya: Dampak Rokok Pada Anak dan Upaya Pencegahan

Pelajar Alami Dampak Dari Paparan Asap Rokok

Banyaknya data mengenai perokok di usia pelajar ini juga cukup menyedihkan. Pasalnya, dari kebiasaan rokok itu, sangat berisiko sebabkan berbagai masalah kesehatan di masa mendatang. Jangankan para perokok aktif, mereka yang menghirup saja bisa terkena dampak dari asap rokok, seperti yang dirasakan T ( 17).

Diungkap oleh Dokter Spesialis Anak Konsultan Respirologi, Dr. Fauzi Mahfuzh, Sp.A(K), FAPSR, pelajar satu ini harus alami masalah di pernapasannya sebab asap rokok. Padahal, T sendiri bukan seorang perokok aktif.

Namun, sebab paparan yang dirasakan T terus-menerus dari orang terdekat, justru jadi malapetaka baginya. T harus alami batuk-batuk hingga asma sebab paparan rokok yang dihirupnya setiap harinya.

Tidak hanya T, beberapa pelajar lain juga alami masalah pernapasan yang sama seperti T hanya karena paparan asap rokok. Padahal, kondisi ini akan sangat mengganggu bagi T dan anak-anak lainnya dalam menjalani aktivitas sehari-harinya.

Ilustrasi penyakit Paru-Paru akibat asap rokok. (Freepik/user17432319)Ilustrasi penyakit Paru-Paru akibat asap rokok. (Freepik/user17432319)

“Kasus paparan asap rokok pada anak dapat membuat masalah pernapasan, seperti ISPA, batuk-batuk, stunting, dan lainnya. Mereka yang terpapar itu mungkin dari lingkungan keluarga, sekolah atau perkumpulan teman-temannya. Padahal, ini menganggu aktivitas hidupnya,” ungkap Dr. Fauzi.

Masalah yang dihadapi T dan beberapa anak lainnya ini masih gangguan pernapasan yang tidak begitu parah. Namun, kondisi ini juga tidak bisa disepelekan. Hal itu karena jika paparan itu terus-menerus, itu dapat mengancam masalah kesehatan yang serius saat dewasa nanti.

Ilustrasi penyakit paru-paru, pneumonia akibat asap rokok. (Pixabay/oracast)
Apalagi jika para pelajar itu putuskan menjadi perokok ketika dewasa. Maka risiko terkena berbagai penyakit itu juga cukup besar.

“Kalau terus-menerus nant bisa semakin parah seperti beberapa pasien dewasa yang alami penyakit paru, penyakit jantung, hingga kanker. Jika paru-parunya sudah rusak, ini sudah susah disembuhkan,” jelas Dr. Fauzi.

Bisakah Para Perokok Pelajar ini Dicegah?

Untuk itu, pentingnya ada pencegahan bagi para pelajar ini agar tidak merokok ataupun terpapar asapnya. Namun, menurut Ketua Komnas Pengendalian Tembakau Prof. Hasbullah Thabrany, peraturan terkait pengendalian rokok ini juga masih lembah. Belum lagi, komitmen pemerintah akan masalah ini juga dinilai masih kurang peduli.

"Tetap harus dinaikkan (langkah edukasi) karena sekarang ini terlalu lemah pemerintah. Di mana coba iklan pemerintah yang menggambarkan bahaya merokok, dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan? Saya tidak pernah melihat definisi iklan yang besar itu. Ini satu bukti saja kalau pemerintah masih tidak peduli," kata Prof Hasbullah.

Bukan hanya itu, aturan larangan penjual rokok di kawasan sekolah juga dapat diterapkan untuk bantu kurangi perokok untuk anak di usia pelajar seperti yang ada pada PP Kesehatan Pasal 424 E. Namun, hal ini juga tetap harus adanya pengawasan agar para pemilik warung itu tidak menjual rokoknya kepada anak-anak sekolah.

"Idealnya yang bagus tidak ada iklan, tidak ada toko yang menjual rokok dalam jarak dekat dari anak sekolah. Dan yang lebih penting lagi adalah harus ada pengawasan ketika rokok dijual," ujarnya.

Untuk RPP Kesehatan ini sendiri Suara.com juga sudah mencoba bertanya mengenai hal tersebut. Namun, berdasarkan keterangan Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr. Siti Nadia Tarmizi, masyarakat harus menunggu hingga RPP Kesehatan ini disahkan.

"Ditunggu dulu aja aturannya. Supaya lebih pasti ya," ujar Nadia.

(Reporter: Fajar Ramadhan, Dini Afrianti Efendi, Lilis Varwati)

Editor: M. Reza Sulaiman

Tag:  #ironi #kemudahan #pelajar #beli #rokok #jakarta #dijual #dekat #sekolah #pakai #seragam #tetap #dilayani

KOMENTAR