Gaya Elit Ekonomi Sulit! 4 Sisi Psikologi Orang yang Pamer di Media Sosial Meski Penghasilan di Bawah Rata-rata
4 sisi psikologi orang yang pamer di media sosial (LinkedIn)
06:54
11 November 2024

Gaya Elit Ekonomi Sulit! 4 Sisi Psikologi Orang yang Pamer di Media Sosial Meski Penghasilan di Bawah Rata-rata

Pernahkan Anda melihat teman, tetangga atau saudara Anda bergaya elit namun penghasilan sulit di media sosial?

Terkadang untuk memenuhi gaya elitnya, mereka rela untuk berhutang sana sini sebab penghasilannya pun di bahwa rata-rata atau minim.

Mereka pun sering kali pamer di depan Anda bahkan di media sosial jika memiliki sesuatu yang baru atau hal baru.

Sebab keinginannya untuk dipandang orang lain sebagai orang kaya dan berada sangatlah tinggi.

Dilansir dari laman psychologs.com oleh JawaPos.com, Senin (11/11) berikut ini 4 psikologi orang yang suka pamer di media sosial meski penghasilannya di bawah rata-rata, simak apa saja:

1. Keinginan mencari validasi yang tinggi

Orang-orang menginginkan validasi karena mereka ingin merasa penting dan diakui. Selain itu, media sosial telah muncul sebagai cara bagi orang-orang untuk merasakan harga diri mereka.

Hidup kita sekarang bergantung pada like dan komentar. Semakin banyak like dan pengikut, semakin terkonfirmasi dan populer seseorang secara sosial.

Untuk mendapatkan validasi, orang dapat melakukan apa saja dengan membeli pengikut dan memalsukan kehidupan mereka.

Dalam masyarakat kita, ada tekanan untuk menjadi sukses dan menarik. Individu mungkin juga mendasarkan harga diri mereka pada elemen eksternal seperti like dan pengikut daripada nilai dan sifat internal.

Oleh karena itu, mereka mungkin merasa ingin terus-menerus memamerkan prestasi mereka agar merasa diakui dan mempertahankan harga diri mereka.

2. Ketidakamanan dan mengatasi ketidakmampuan

Kita semua pernah menghadapi rasa tidak aman dan kekurangan dalam hidup. Alasannya bisa karena hubungan, atau di tempat kerja.

Beberapa orang mengatasi masalah ini dengan cara pamer dan mencari validasi eksternal. Sering kali, perilaku ini terbukti merugikan bagi mereka karena tidak ada habisnya mencari validasi dari orang lain.

Hubungan antara rasa aman dan kebutuhan akan validasi eksternal itu rumit. Akar penyebab rasa tidak aman adalah kurangnya harga diri dan harga diri seseorang.

Kebutuhan akan validasi eksternal dapat dicapai dengan beberapa cara, dan salah satunya adalah merasakan dorongan untuk memamerkan harta benda atau prestasi mereka. Keinginan untuk diterima oleh semua orang adalah alasan di balik perilaku ini.

3. Peran materialisme

Obsesi kita terhadap harta benda telah memaksa kita untuk setuju bahwa segala sesuatu bergantung padanya.

Saat ini, kita dibanjiri pesan yang mempromosikan konsumerisme dan keyakinan bahwa semakin banyak harta benda berarti kesuksesan dan kebahagiaan.

Akibatnya, budaya pamer pun meningkat. Konsumerisme memainkan peran penting dalam budaya ini. Promosi dan pemasaran produk secara teratur telah membuat orang menginginkan barang-barang material.

Hal ini telah menciptakan pola pikir bagi manusia bahwa memiliki barang-barang ini dapat membuat mereka merasa bahagia dan puas.

Emosi tidak memiliki nilai seperti itu. Selain itu, orang-orang tergila-gila berbelanja barang-barang yang tidak berguna hanya untuk pamer.

4. Takut ketinggalan

Mereka telah melihat banyak orang mengatakan bahwa mereka merasa FOMO. Istilah-istilah ini semakin populer seiring dengan maraknya media sosial.

FOMO yakni ketika seseorang merasa tertekan setelah melihat orang lain mengalami sesuatu yang lebih baik yang tidak mereka dapatkan.

Media sosial memiliki peran penting dalam hal ini karena membuat orang terus-menerus memeriksa ponsel mereka untuk melihat pesta atau kegiatan apa yang mereka hadiri.

Motivasi di balik FOMO adalah validasi koneksi dan rasa memiliki secara sosial. Publisitas yang konsisten terhadap sistem media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Facebook meningkatkan keinginan ini.

Editor: Hanny Suwindari

Tag:  #gaya #elit #ekonomi #sulit #sisi #psikologi #orang #yang #pamer #media #sosial #meski #penghasilan #bawah #rata #rata

KOMENTAR