Penjelasan Dokter Mengapa Fluoride Dibutuhkan untuk Gigi Anak
Isu pasta gigi anak yang mengandung fluoride masih kerap memicu kekhawatiran di kalangan orangtua. Tak sedikit yang percaya fluoride berbahaya, bahkan dikaitkan dengan autisme, sehingga memilih pasta gigi non-fluoride untuk anak. Padahal, anggapan tersebut tidak berdasar secara ilmiah.
Dijelaskan oleh drg. Eka Shofiyah, Sp.KGA, dokter gigi anak dari Audy Dental, misinformasi ini sudah lama beredar dan berdampak besar pada kebiasaan perawatan gigi anak di Indonesia.
“Saya dan teman-teman sejak lama punya misi meningkatkan awareness penggunaan pasta gigi berfluoride. Banyak orang takut karena mengira fluoride bisa menyebabkan autisme, terutama pada anak. Akibatnya, dulu pasta gigi anak di pasaran justru mayoritas non-fluoride,” ujar drg. Eka dalam wawancara di Jakarta (22/12/2025).
Padahal, rekomendasi penggunaan fluoride dalam pasta gigi anak bukan hal baru. Sejak ia masih menempuh pendidikan sarjana, institusi dan organisasi kedokteran gigi sudah menegaskan pentingnya fluoride untuk kesehatan gigi anak.
Mengapa fluoride penting?
Menurut drg. Eka, gigi yang sudah tumbuh di permukaan gusi tidak lagi bisa “diperkuat” dari dalam melalui vitamin atau suplemen. Kalsium dan vitamin D berperan pada gigi yang masih dalam tahap pembentukan, yakni sebelum tumbuh ke permukaan.
“Kalau gigi sudah keluar, satu-satunya cara memperkuatnya adalah dari luar dengan menjaga kebersihan dan memberikan perlindungan langsung lewat fluoride,” jelasnya.
Fluoride bekerja dengan memperkuat mineral gigi. Saat seseorang makan, kondisi mulut menjadi lebih asam dan mineral gigi bisa terlepas. Fluoride membantu membentuk fluoroapatit, struktur gigi yang lebih tahan terhadap asam.
“Ibaratnya seperti casing handphone. Gigi jadi punya lapisan pelindung tambahan,” kata drg. Eka.
Dari kiri ke kanan CEO Audy Dental drg.Yulita Bong dan drg.Eka Sabaty Shofiyah Sp.KGA.
Kuncinya ada di takaran
Kekhawatiran soal toksisitas fluoride diakui memang ada. Namun, menurut drg. Eka, masalahnya bukan pada fluoride itu sendiri, melainkan pada dosis dan cara penggunaan.
Untuk anak yang belum bisa berkumur, pasta gigi cukup digunakan sebesar sebutir beras. Setelah lebih besar, takarannya bisa ditingkatkan menjadi sebutir jagung, atau setara kacang polong seperti rekomendasi di banyak negara.
“Dengan takaran itu, kalaupun tertelan masih aman,” tegasnya.
Ia menambahkan, di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, hingga Malaysia, fluoride bahkan ditambahkan ke air minum. Singapura juga sudah lama menerapkan hal serupa.
Perubahan di pasar pasta gigi
Dulu, pasta gigi anak berfluoride masih langka di Indonesia. Menurut drg.Eka, jika ada pun kadar fluoride-nya hanya sekitar 500 ppm, mengikuti standar lama BPOM. Sementara rekomendasi internasional untuk anak adalah 1.000 ppm.
Kini, situasinya mulai berubah. Memasuki 2025, semakin banyak pasta gigi anak lokal dengan kandungan fluoride 1.000 ppm.
“Ini perkembangan yang sangat saya syukuri. Awareness sudah jauh meningkat,” kata drg. Eka.
Ia bahkan terlibat langsung dalam pengembangan produk pasta gigi anak beberapa tahun lalu, meski saat itu masih cukup sulit meyakinkan brand untuk menghadirkan varian berfluoride penuh.
“Sekarang brand-brand lokal untuk anak sudah mulai berani. Dulu orang sampai harus beli impor dari Singapura. Sekarang yang lokal pun sudah ada,” tuturnya.
Bagi drg. Eka, meningkatnya pilihan produk harus diiringi edukasi yang konsisten.
“Yang penting bukan menghindari fluoride, tapi memahami cara pakainya,” pungkasnya.
Tag: #penjelasan #dokter #mengapa #fluoride #dibutuhkan #untuk #gigi #anak