Klaim Ramah Lingkungan Tisu Bambu Dipertanyakan, Produksi Masih Bergantung Batu Bara
Ilustrasi Tisu (Unsplash @raphiella)
15:09
3 November 2025

Klaim Ramah Lingkungan Tisu Bambu Dipertanyakan, Produksi Masih Bergantung Batu Bara

Baca 10 detik
    • Studi Universitas Negeri Carolina Utara menemukan tisu bambu asal Cina menghasilkan emisi karbon lebih tinggi dibanding tisu kayu buatan Amerika Serikat.
    • Penyebab utamanya karena pabrik tisu di Cina masih sangat bergantung pada energi batu bara, bukan bahan bakunya.
    • Peneliti menilai transisi ke energi bersih lebih penting untuk menekan emisi dibanding sekadar mengganti bahan baku ke bambu.

Selama beberapa tahun terakhir, tisu berbahan dasar bambu asal Tiongkok banyak dipromosikan sebagai pilihan ramah lingkungan bagi konsumen yang ingin hidup lebih berkelanjutan.

Produk ini dianggap lebih hijau karena tidak berasal dari penebangan pohon di hutan. Namun, riset terbaru dari Amerika Serikat justru menunjukkan bahwa klaim tersebut tidak sepenuhnya benar.

Penelitian dari Universitas Negeri Carolina Utara (North Carolina State University/NC State) menemukan bahwa tisu bambu buatan Cina tidak memberikan manfaat iklim yang signifikan dibanding tisu berbahan kayu yang diproduksi di Amerika Serikat.

Dalam beberapa aspek, bahkan justru lebih merusak lingkungan. Hasil riset ini dipublikasikan dalam jurnal Cleaner Environmental Systems dengan judul “Comparative life cycle assessment of bamboo-containing and wood-based hygiene tissue.”

Ilustrasi Tisu Pembersih Makeup. [Freepik] PerbesarIlustrasi Tisu Pembersih Makeup. [Freepik]

Peneliti membandingkan jejak karbon dari proses produksi kedua jenis tisu tersebut. Mereka menemukan bahwa penggunaan bambu memang tidak menghasilkan gas rumah kaca lebih banyak dari kayu, tetapi permasalahan terletak pada sumber energi yang digunakan di Tiongkok.

Industri tisu di sana masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama batu bara, yang meningkatkan emisi karbon secara drastis sepanjang rantai produksinya.

“Dalam hal emisi, teknologi yang digunakan jauh lebih berpengaruh dibanding jenis seratnya. Karena jaringan listrik Tiongkok masih bergantung pada batu bara, total emisi dari rantai pasokan tisu di sana lebih tinggi dibandingkan produk berbasis kayu dari Amerika yang memakai energi lebih bersih,” jelas Naycari Forfora, penulis utama studi dan kandidat doktor di NC State College of Natural Resources.

Secara angka, tisu bambu asal Tiongkok menghasilkan sekitar 2.400 kilogram CO per ton, sementara tisu kayu dari Amerika hanya sekitar 1.824 kilogram CO per ton.

Tak hanya itu, tisu bambu juga menimbulkan dampak lingkungan lain seperti kabut asap, gangguan pernapasan, dan risiko toksik bagi ekosistem air.

Meski begitu, para peneliti menegaskan bahwa dampak negatif ini bisa ditekan jika produksi tisu bambu dilakukan dengan energi bersih. Temuan ini menegaskan satu hal: mengganti bahan baku saja tidak cukup tanpa beralih ke teknologi rendah karbon.

Penulis: Muhamad Ryan Sabiti

Editor: Bimo Aria Fundrika

Tag:  #klaim #ramah #lingkungan #tisu #bambu #dipertanyakan #produksi #masih #bergantung #batu #bara

KOMENTAR