 66
                                        66                                    
                                 
                                             06:10
 06:10                                             31 Oktober 2025
 31 Oktober 2025                                            Cerita Aza dan Malihah, Pilih Thrifting Demi Berhemat di Tengah Pembatasan Impor Pakaian Bekas
- Tren thrifting menjadi perhatian setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan rencana memperketat impor pakaian bekas ilegal, serta menindak tegas pelakunya karena dinilai merugikan negara.
"Kalau itunya (impor pakaian bekas ilegal) mati, berarti enggak ada suplai. Suplainya ada barang-barang domestik harusnya nanti, biar industri domestik juga hidup lagi," ujar Purbaya, dilaporkan oleh Kompas.com, Rabu (29/10/2025).
Di sisi lain, thrifting menjadi cara anak muda untuk menemukan gaya unik dan mencari kebutuhan pakaian dengan harga miring. Hal tersebut diungkapkan oleh Aza (21) dan Malihah (21), dua mahasiswi asal Depok, Jawa Barat.
“Kalau aku ini pertama kali, karena memang kebutuhan kampus juga karena pengin bikin acara teater. Jadi kalau nyewa kostum semua kayaknya mahal. Jadi kita ya udah thrifting aja,” kata Aza kepada Kompas.com di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Kamis (30/10/2025).
Thrifting untuk penuhi kebutuhan dengan anggaran terbatas
Tetap membeli pakaian dari brand lokal
Menurut Aza dan Malihah, thrifting jadi solusi ketika mereka membutuhkan pakaian atau kostum yang sulit untuk didapat di toko konvensional, terlebih ketika harus menyesuaikan dengan anggaran yang terbatas.
“Kadang di thrift tuh biasanya model-modelnya kan banyak, karena kalau sewa kan kita pakainya kan bukan cuma sekali. Jadi kita bisa memakainya tiga sampai empat kali juga kan buat dari prepare (persiapan) sebelum pertunjukannya gitu. Jadi kayak better (lebih baik) thrift aja,” jelas Malihah.
Aza menambahkan, bujet mereka pun tidak begitu banyak sehingga thrift bisa menjadi alternatif solusi.
“Bujetnya, kalau itu di-press-nya (ditekan) itu kalau bisa itu Rp 3 juta. Itu udah di-press se-press mungkin. Karena ini buat acara kampus ya jadi agak besar ya,” kata Aza.
 Rencana pemerintah menindak impor pakaian bekas ilegal tak menyurutkan minat anak muda terhadap thrifting. Simak cerita Aza dan Malihah berikut ini.
 Rencana pemerintah menindak impor pakaian bekas ilegal tak menyurutkan minat anak muda terhadap thrifting. Simak cerita Aza dan Malihah berikut ini.
Selain bisa menyesuaikan anggaran sesuai kebutuhan secara lebih leluasa, belanja thrifting juga memberikan mereka kesempatan dalam menawar harga barang yang mereka incar.
“Carinya sabar, sama jago nawar,” tutur Aza.
Meski berbelanja pakaian bekas impor, Aza dan Malihah menuturkan, mereka tetap mendukung brand lokal dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) lokal.
Di luar untuk kebutuhan kampus, keduanya membeli produk dari merek-merek buatan Indonesia. Bahkan, Aza mengatakan, ia selalu membeli pakaian sehari-hari dari produk lokal.
“Suka. Selalu (beli pakaian dari merek lokal),” tutur Aza.
Pandangan terhadap isu pembatasan impor pakaian bekas
Ketika diminta berpendapat soal isu pembatasan impor pakaian bekas ilegal, Aza dan Malihah mengakui mereka memahami kekhawatiran pemerintah.
Sebab, maraknya thrifting dinilai bisa menggerus minat terhadap produk lokal dan melemahkan pelaku UMKM di industri fashion.
Akan tetapi, menurut Aza dan Malihah, setiap orang punya cara berbeda dalam melihat dan menyesuaikan kebutuhan.
“Kalau aku pribadi sih enggak ada masalah karena emang enggak pernah nge-thrift juga, enggak dibolehin sama orangtua aku sebenarnya. Karena ada barang, ada kualitas. Ada harga, ada kualitas,” kata Aza.
Bukan sekadar hemat, tapi pilihan gaya
 Rencana pemerintah menindak impor pakaian bekas ilegal tak menyurutkan minat anak muda terhadap thrifting. Simak cerita Aza dan Malihah berikut ini.
 Rencana pemerintah menindak impor pakaian bekas ilegal tak menyurutkan minat anak muda terhadap thrifting. Simak cerita Aza dan Malihah berikut ini.
Menurut Aza dan Malihah, thrifting bukan sekadar soal berhemat. Gaya dan ekspresi diri juga jadi alasan mengapa sebagian orang memilih nge-thrift untuk memenuhi kebutuhan fashion-nya.
“Kalau kita sih hemat. Emang tergantung orang kan ya. Ada yang style, ada yang macam-macam juga,” kata Aza.
Namun, jika nantinya aturan pembatasan impor benar-benar diberlakukan, mereka tetap bisa menyesuaikan diri.
Bagi Aza dan Malihah yang memilih thrifting untuk memenuhi kebutuhan acara teater kampusnya, kreativitas tidak berhenti hanya karena keterbatasan pilihan.
“Kita ngejahit sendiri paling. DIY (do it yourself), kalau enggak paling kita mix and match dari yang (sudah) punya,” ucap Aza.
Tag: #cerita #malihah #pilih #thrifting #demi #berhemat #tengah #pembatasan #impor #pakaian #bekas
 
             
             
             Berita Terbaru
Berita Terbaru Nasional
Nasional Internasional
Internasional Ekonomi
Ekonomi Sport
Sport Tekno
Tekno Sains
Sains Health
Health Hobi
Hobi Tokoh
Tokoh Food
Food Travel
Travel Lifestyle
Lifestyle 
                                             
                                             
                                             
                         06:10
 06:10                             31 Oktober 2025
 31 Oktober 2025                             
                         
                         
                         
                         
                        