Guruh Soekarnoputra Ubah Limbah Perca Batik Jadi Busana Bernilai Seni
Seniman dan politikus Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).(KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA)
20:15
11 Oktober 2025

Guruh Soekarnoputra Ubah Limbah Perca Batik Jadi Busana Bernilai Seni

— Seniman Guruh Soekarnoputra menunjukkan kepeduliannya lewat karya seni yang tak biasa, di tengah maraknya isu lingkungan dan kesadaran akan keberlanjutan industri fesyen. 

Anak bungsu Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno dengan Fatmawati ini memperkenalkan konsep busana hasil olahan limbah perca batik. Ia percaya, sisa-sisa kain batik yang sering dianggap tidak berguna bisa disulap menjadi karya seni yang indah, fungsional, dan bernilai tinggi.

Guruh Soekarnoputra ubah limbah perca jadi busana bernilai seni

Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Guruh menuturkan, ketertarikannya terhadap wastra Nusantara tak berhenti di batik. Ia juga terinspirasi oleh potongan-potongan kecil kain perca yang kerap terbuang setelah proses produksi batik selesai.

“Saya tertarik pada wastra bukan hanya pada batik saja, tapi saya juga berminat pada kain perca,” ujar Guruh dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Baginya, setiap potongan kain perca memiliki potensi untuk hidup kembali melalui tangan kreatif.

Dengan menggabungkan berbagai warna, motif, dan tekstur batik yang berbeda, ia menciptakan busana yang tidak hanya unik, tapi juga membawa pesan kuat tentang pentingnya kreativitas dan kesadaran lingkungan.

Kepedulian Guruh Soekarnoputra pada daur ulang dan lingkungan

Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Sebagai seniman yang telah lama berkecimpung di dunia budaya, Guruh menekankan pentingnya konsep daur ulang (recycling) dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia tekstil dan fesyen.

Menurutnya, sampah tekstil termasuk masalah besar yang kerap diabaikan, padahal dampaknya bisa sangat serius terhadap lingkungan.

"Saya sangat peduli dan memperhatikan konsep daur ulang dalam segala hal di kehidupan, termasuk dalam tekstil batik,” katanya.

Ia menambahkan, jika limbah tekstil tidak dimanfaatkan dengan bijak, tumpukan sisa kain dapat jadi sumber polusi yang sulit diurai.

Oleh karena itu, ia berusaha mengubah pandangan tersebut dengan menunjukkan bahwa limbah perca justru bisa menjadi bahan dasar bagi karya mode yang berkelas.

"Limbah tekstil jika dibiarkan dan dibuang begitu saja bisa menjadi tambang sampah. Itulah mengapa memanfaatkan kain perca menjadi kain yang baru dan bisa diolah menjadi busana,” katanya.

Melalui karya-karyanya, seniman 72 tahun itu tidak hanya memperkenalkan busana yang indah secara estetika, tetapi juga menanamkan nilai tanggung jawab sosial dan lingkungan kepada masyarakat.

Mengangkat wastra Nusantara sebagai identitas dan pengabdian

Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Bagi Guruh, setiap karya seni yang dihasilkan bukan sekadar bentuk ekspresi diri, tapi juga persembahan untuk bangsa dan negara. Ia melihat seni sebagai media pengabdian yang mampu menghidupkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia.

"Segala sesuatu karyanya dan apa yang ada dalam hidup saya itu dipersembahkan, didedikasikan untuk bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai,” tuturnya. 

Sebagai seniman lintas bidang, mulai dari musik, tari, fesyen, hingga teater, Guruh memandang batik dan wastra Nusantara sebagai simbol jati diri bangsa.

Ia percaya, dengan mengolah kain tradisional menjadi busana yang relevan dengan zaman, warisan budaya bisa tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Mendorong generasi muda untuk melestarikan budaya

Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA Koleksi busana wastra batik dan perca karya Guruh Soekarnoputra dalam Pergelaran Wastra: Karya Cipta Guruh Soekarnoputra, di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (10/10/2025).

Lebih jauh, Guruh berharap apa yang ia lakukan bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat, khususnya generasi muda, agar tidak melupakan akar budaya Indonesia.

Ia ingin menumbuhkan semangat baru dalam mencintai dan mengembangkan karya seni warisan leluhur, termasuk batik dan kain tradisional lainnya. 

"Saya berharap apa yang jadi karya saya bisa mendorong dan memotivasi masyarakat untuk bisa meneruskan warisan budaya Indonesia, jangan sampai hilang,” ujar Guruh.

Melalui pendekatan yang kreatif dan berkelanjutan, Guruh ingin menunjukkan bahwa pelestarian budaya tidak selalu harus dilakukan dengan cara konvensional.

Dengan memanfaatkan limbah perca batik, ia membuktikan bahwa warisan tradisi bisa terus berevolusi mengikuti zaman, tanpa kehilangan esensi keindahan dan maknanya.

Tag:  #guruh #soekarnoputra #ubah #limbah #perca #batik #jadi #busana #bernilai #seni

KOMENTAR