Kakak Adik Sering Bertengkar? Begini Cara Orangtua Menghadapinya Menurut Psikolog
Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.(shutterstock)
20:05
5 Oktober 2025

Kakak Adik Sering Bertengkar? Begini Cara Orangtua Menghadapinya Menurut Psikolog

- Pertengkaran antara saudara kandung adalah hal yang hampir pasti dialami setiap keluarga.

Mulai dari rebutan mainan, berebut perhatian orangtua, sampai konflik remaja soal privasi, semua itu bisa jadi bagian dari keseharian di rumah.

Meski sering dianggap biasa, jika dibiarkan terus-menerus, pertengkaran bisa mengganggu keharmonisan keluarga. Lalu, bagaimana cara terbaik agar anak-anak bisa rukun?

Jeff Garofano, PhD, psikolog anak di Johns Hopkins Children’s Center, menjelaskan bahwa konflik antar saudara sebenarnya wajar, bahkan bisa menjadi bagian penting dari proses tumbuh kembang anak.

Namun, orangtua tetap punya peran besar dalam mengarahkan merek,a agar pertengkaran tidak berubah menjadi kebiasaan yang merugikan.

Pertengkaran itu normal, tapi bisa jadi masalah

Penelitian menunjukkan, 80 persen anak pernah menunjukkan perilaku penyerangan terhadap saudaranya, misalnya memukul. 

Di masa balita, konflik biasanya muncul karena tidak mau berbagi atau mencari perhatian lebih. Saat masuk usia sekolah dasar, perdebatan bisa muncul karena merasa tidak adil soal peran dalam keluarga.

Sementara remaja, lebih sering ribut karena masalah privasi, popularitas, atau perebutan fasilitas di rumah.

"Pertengkaran antar saudara kandung dalam tingkat ringan merupakan hal yang wajar di masa kanak-kanak dan bahkan dapat berkontribusi pada proses perkembangan dan pematangan yang penting," jelas Garofano.

Namun, ia juga menegaskan bahwa konflik bisa menjadi serius jika sampai melibatkan kekerasan fisik, ancaman, atau menimbulkan rasa takut pada salah satu anak.

Cara mengurangi pertengkaran antar saudara

1. Memberi contoh penyelesaian konflik

Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.FREEPIK Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.

Salah satu cara paling efektif untuk mencegah konflik berulang adalah dengan memberi contoh. Orangtua bisa memperlihatkan bagaimana menyelesaikan masalah secara sehat.

Misalnya, ketika berselisih dengan pasangan, usahakan menunjukkan cara berdiskusi dan berbaikan tanpa saling menjatuhkan.

“Ketika Anda berselisih paham atau bertengkar dengan pasangan Anda, contohkanlah jenis penyelesaian konflik yang Anda ingin anak-anak Anda tiru,” katanya.

Dengan begitu, anak belajar bahwa pertengkaran bukan berarti hilangnya kasih sayang, melainkan bagian dari dinamika yang bisa diselesaikan dengan baik.

2. Berikan perhatian pada perilaku baik

Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.Dok. Freepik/jcomp Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.

Orangtua sering kali lebih fokus saat anak-anak bertengkar, padahal momen damai justru tak kalah penting untuk diperhatikan.

Adapun, Garofano menyarankan agar orangtua memberi pujian ketika anak-anak menunjukkan interaksi positif.

Misalnya, ketika mereka bisa duduk bersama di mobil tanpa ribut, atau saat bermain game bergantian dengan tenang, orangtua bisa mengapresiasi dengan kata-kata sederhana seperti, “Senang rasanya melihat kalian bisa berbagi tanpa bertengkar hari ini.”

Pujian yang tulus membuat anak merasa perilaku baik mereka diperhatikan dan dihargai.

“Memuji perilaku positif yang ingin Anda lihat lebih sering adalah cara yang bagus untuk meningkatkan frekuensi bermain dan interaksi sehat antar saudara kandung,” tambahnya.

Dengan cara ini, perhatian anak akan bergeser, dari mencari perhatian lewat pertengkaran menjadi berusaha mendapatkan apresiasi lewat perilaku baik.

3. Siapkan sistem yang menyenangkan

Selain memberi pujian, orangtua juga bisa membuat sistem sederhana yang menyenangkan. Misal, anak-anak dapat diberi poin setiap kali melakukan hal positif, seperti mengikuti aturan, membereskan kamar, atau bermain bersama tanpa ribut.

Poin-poin itu nantinya bisa ditukar dengan hadiah atau kegiatan menyenangkan yang mereka lakukan bersama.

“Mungkin mereka mendapatkan poin bonus ketika orangtua memergoki mereka bermain bersama dengan baik,” ujarnya.

Hadiah seperti, makan malam pizza atau nonton film keluarga, bisa mendorong anak untuk lebih kompak.

4. Netral dan tidak pilih kasih

Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.KOMPAS.com Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.

Dalam menghadapi pertengkaran, orangtua sebaiknya tetap tenang dan netral. Menyalahkan salah satu anak sejak awal justru bisa memperburuk situasi.

Mulailah dengan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, lalu biarkan masing-masing anak menyampaikan pendapatnya.

Kendati demikian, Garofano juga mengingatkan bahwa adil tidak selalu berarti sama rata. Setiap anak punya kebutuhan berbeda, tergantung usia, temperamen, dan kepribadian.

Alih-alih membandingkan atau memberi perlakuan serba setara, lebih baik menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak.

5. Menjadi penengah, bukan wasit

Daripada langsung turun tangan menyelesaikan pertengkaran, orangtua bisa bertindak sebagai penengah.

Ajak anak-anak untuk berdiskusi, mendengarkan perasaan satu sama lain, lalu menemukan solusi yang disepakati bersama.

Cara ini bisa sekaligus melatih kemampuan mereka berkomunikasi dan menyelesaikan masalah secara mandiri.

Dari situ, mereka akan terbiasa menghadapi konflik di masa depan tanpa selalu bergantung pada orangtua.

Kapan pertengkaran menjadi sesuatu yang lebih serius?

Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.RyanKing999 Anak suka bertengkar? Ini 5 cara bijak untuk menghentikannya menurut psikolog anak. Simak selengkapnya.

Meski wajar, ada saatnya pertengkaran saudara kandung tidak lagi bisa dianggap biasa.

Garofano menjelaskan, konflik bisa menjadi berbahaya bila berubah menjadi pola kekerasan fisik yang berulang, adanya ketidakseimbangan kekuatan yang besar, misalnya remaja berusia 16 tahun melawan adik yang baru 8 tahun, atau ketika salah satu anak tampak takut dan menarik diri dari saudaranya.

Pertengkaran juga perlu diwaspadai jika sifatnya kronis, selalu muncul tanpa ada perbaikan, atau berdampak langsung pada kesejahteraan emosional anak.

“Setelah pertengkaran selesai, apakah mereka dapat kembali berinteraksi dengan baik dalam waktu wajar? Atau justru dampaknya bertahan lebih lama dari sehari?” paparnya. 

Jika konflik sampai membuat anak mengurung diri, sering sedih, atau cemas, itu tanda jelas orangtua perlu turun tangan lebih serius, bahkan mungkin mempertimbangkan bantuan profesional seperti terapi keluarga.

Pentingnya hubungan baik saudara kandung

Dengan memberi contoh penyelesaian konflik, mengapresiasi perilaku positif, tetap netral, dan menjadi penengah yang adil, orangtua bisa membantu anak-anak membangun hubungan yang lebih sehat.

“Mempelajari resolusi konflik melalui pengalaman masa kecil sangat penting bagi perkembangan anak Anda,” pungkas Garofano. 

Melalui pendekatan ini, pertengkaran tidak lagi sekadar masalah, melainkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar, tumbuh, dan memperkuat ikatan persaudaraan yang bisa bertahan seumur hidup.

Tag:  #kakak #adik #sering #bertengkar #begini #cara #orangtua #menghadapinya #menurut #psikolog

KOMENTAR