Siapa Pendiri Pesantren Al Falah Ploso? Lokasinya Tuai Sorotan Usai Jadi Tempat Nikah Mewah Ning Chasna dan Gus Sunny
Pernikahan Gus Sunny dan Ning Chasna, Anak Gus Kaitsar di Ploso, Kediri, Jawa Timur (TikTok/@freeidea.id)
10:49
21 Januari 2024

Siapa Pendiri Pesantren Al Falah Ploso? Lokasinya Tuai Sorotan Usai Jadi Tempat Nikah Mewah Ning Chasna dan Gus Sunny

Pernikahan antara Ning Chasna dan Gus Sunny yang diselenggarakan dengan mewah pada Rabu (17/1/2024) di Pondok Pesantren Al Falah, Ploso, Kediri, Jawa Timur, masih menjadi sorotan utama di masyarakat. Pernikahan ini menimbulkan beragam pendapat di kalangan publik, terutama terkait dengan usia Ning Chasna Nayluver yang saat ini masih berusia 18 tahun.

Tidak sedikit juga yang kemudian mencari tahu tentang Pesantren Al Falah Ploso itu, termasuk juga siapa pendirinya. Untuk mencari tahu lebih dalam tentang Pesantren Al Falah Ploso dan siapa pendirinya, berikut ini rangkuman suara.com dikutip dari situs resmi pesantren tersebut. 

Pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri adalah KH. Achmad Djazuli Utsman, yang awalnya dikenal dengan julukan Blawong dari KH. Zainuddin.

Ia lahir pada 16 Mei 1900 M, dengan nama Mas’ud. Meskipun lahir dalam keluarga bangsawan sebagai anak Raden Mas M. Utsman, Mas’ud memiliki tekad kuat untuk menuntut ilmu.

KH. Achmad Djazuli Utsman. (Dok. Pesantren Al Falah Ploso)KH. Achmad Djazuli Utsman. (Dok. Pesantren Al Falah Ploso)

Pada awalnya, Mas’ud mendapatkan pendidikan formal, termasuk di STOVIA (Fakultas Kedokteran UI sekarang) di Batavia. Namun, panggilan untuk menuntut ilmu agama membawanya ke pesantren.

Dengan dorongan dari KH. Ma’ruf (Kedunglo), seorang murid Kyai Kholil, Mas’ud akhirnya meninggalkan pendidikan formal dan memilih mengabdikan diri di pesantren.

Mas’ud mulai merintis perjalanan ilmu agamanya di berbagai pesantren, seperti Gondanglegi Nganjuk, Pondok Sono Sidoarjo, dan Pondok Mojosari Nganjuk yang diasuh oleh KH. Zainuddin. Di Mojosari, Mas’ud hidup sederhana dengan bekal lima rupiah sebulan, tetapi semangatnya untuk menuntut ilmu tidak padam.

Setelah beberapa perjalanan ilmiah, termasuk mondok di Mekkah, Mas’ud kembali ke Ploso, Kediri, dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Falah pada tahun 1925. Dalam perjalanannya, Mas’ud menghadapi berbagai tantangan, termasuk kesulitan ekonomi dan masa penjajahan Jepang. Meskipun diangkat sebagai Sancok (Camat) oleh Jepang, Mas’ud tetap menyampaikan dakwah Islam kepada masyarakat.

Pondok Pesantren Al-Falah terus berkembang, dibuktikan dengan pembangunan berbagai fasilitas, termasuk asrama-asrama seperti Pondok D, C, dan komplek A (Andayani). Pada tahun 1941, pondok mengalami pindah kenaiban ke Mojo, meninggalkan kekayaan berupa masjid, pendopo, dan tanah yang luas.

Selama Agresi Militer Belanda, santri Pondok Pesantren Al-Falah turut berjuang mempertahankan agama dan negara. Pada tahun 1957, untuk mengatasi masalah kepadatan, dibangun dua asrama lagi, yaitu Komplek G (Al Ghozali) dan Komplek H (Hasanuddin). Pada tahun 1962, dibangun Komplek AA (Al Asyhar).

Di masa tuanya, Kyai Djazuli tetap istiqomah dalam mengajar, bahkan mengajar kitab Al-Hikam secara periodik setiap malam Jum'at. Pada akhir hayatnya, beliau tetap mendampingi santri-santri yang belajar kepadanya. Pondok Pesantren Al-Falah menjadi pusat pendidikan Islam yang kuat pengaruhnya di masyarakat.

Kyai Djazuli meninggalkan jejak monumental dalam perjalanan Pondok Pesantren Al-Falah, mengajarkan tidak hanya ilmu agama tetapi juga semangat juang, kesederhanaan, dan keteguhan dalam menghadapi berbagai cobaan. Pondok Pesantren Al-Falah terus tumbuh dan berkembang sebagai warisan besar dari dedikasi dan perjuangan Kyai Djazuli. 
 
 

Editor: Bimo Aria Fundrika

Tag:  #siapa #pendiri #pesantren #falah #ploso #lokasinya #tuai #sorotan #usai #jadi #tempat #nikah #mewah #ning #chasna #sunny

KOMENTAR