Rusia: UNICEF Pilih Kasih kepada Anak-Anak Gaza, Lebih Pedulikan Anak-Anak Ukraina
"Direktur Eksekutif UNICEF Katherine Russell, seorang Amerika, secara mengejutkan memberikan pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang pada bulan Desember 2024 tentang anak-anak di Ukraina di bawah kepemimpinan dewan yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS)," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzia, Kamis (23/1/2025).
“Jadi nampaknya anak-anak di Gaza kurang penting bagi UNICEF dibandingkan anak-anak di Ukraina,” tambahnya.
Rusia mulai menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 dan terus berperang hingga saat ini.
Sementara itu, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, keduanya menyetujui perjanjian gencatan senjata mulai 19 Januari 2025.
“Penolakan Direktur UNICEF untuk memberi tahu Dewan Keamanan tentang tragedi mengerikan kematian puluhan ribu anak di Gaza adalah langkah terang-terangan yang pantas mendapat kecaman keras dari kami,” kata Vasily Nebenzia kepada Dewan Keamanan PBB.
Seorang juru bicara UNICEF mengatakan Khaterine Russell berada di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, fokus pada penanganan krisis kemanusiaan, dan tidak dapat menyesuaikan jadwalnya untuk memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB.
“Russell telah menawarkan Direktur Darurat untuk menyampaikan pernyataannya atas namanya,” kata juru bicara tersebut.
“Direktur Eksekutif UNICEF telah memberikan pengarahan kepada Dewan Keamanan PBB beberapa kali mengenai situasi anak-anak di Gaza dan menghargai fokus Dewan terhadap anak-anak yang terkena dampak oleh perang," lanjutnya.
Dewan Keamanan PBB bertemu puluhan kali untuk membahas perang di Gaza.
Sementara itu, angkatan bersenjata dan keamanan Israel, gerakan Hamas dan Jihad Islam, serta angkatan bersenjata Rusia semuanya masuk dalam daftar global tahunan pelaku pelanggaran terhadap anak-anak.
Vasily Nebenzia juga menuduh AS bertanggung jawab atas serangan Israel yang membunuh anak-anak di Jalur Gaza.
"Amerika Serikat bertanggung jawab atas pembunuhan anak-anak di Gaza setelah Amerika Serikat menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan PBB untuk melindungi Israel selama perang," kata Vasily Nebenzia.
"Amerika Serikat mengabaikan seruan Rusia untuk mengadakan pertemuan mengenai anak-anak Gaza pada bulan Desember," tambahnya.
AS Bantah Perkataan Duta Besar Rusia
Amerika Serikat membantah tuduhan Duta Besar Rusia Vasily Nebenzia yang mengatakan AS bertanggung jawab atas serangan Israel yang membunuh anak-anak di Jalur Gaza.
“Gagasan bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab atas penderitaan yang mengerikan di sana tidak dapat kami terima dan kami menolak sepenuhnya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan, Tom Fletcher, kepada Dewan Keamanan PBB melalui konferensi video dari Stockholm.
Dia mengaku jujur dalam penilaiannya selama 15 bulan terakhir sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, dengan mengatakan, "Anak-anak telah terbunuh, kelaparan, dan mati kedinginan."
“Mereka dimutilasi, menjadi yatim piatu, dan terpisah dari keluarga mereka. Perkiraan terendah menunjukkan bahwa lebih dari 17.000 anak kehilangan keluarga mereka di Gaza. Ada satu generasi yang menderita trauma psikologis," tambahnya.
AS merupakan sekutu utama Israel dan pendonor terbesar untuk militer Israel sejak pendirian negara tersebut di Palestina pada 1948.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 47.283 jiwa dan 111.472 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (23/1/2025) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai menyerang Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak pendirian Israel di Palestina pada 1948.
Israel mengklaim ada 101 tahanan yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 tahanan dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Pada Minggu (19/1/2025), Israel-Hamas melakukan pertukaran 3 wanita Israel dengan 90 warga Palestina sebagai bagian dari tahap 1 dalam perjanjian gencatan senjata.
Israel dan Hamas dijadwalkan akan kembali melakukan pertukaran tahanan pada 25 Januari 2025, dengan menukar 4 tahanan Israel dengan 180 tahanan Palestina.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #rusia #unicef #pilih #kasih #kepada #anak #anak #gaza #lebih #pedulikan #anak #anak #ukraina