Hamas Kembali ke Jalanan setelah Perang dengan Israel, Pakar: Mereka Masih Ada, Netanyahu Gagal
Hamas saat menyerahkan sandera Israel 
11:00
23 Januari 2025

Hamas Kembali ke Jalanan setelah Perang dengan Israel, Pakar: Mereka Masih Ada, Netanyahu Gagal

Puluhan pejuang Hamas memenuhi jalanan di Jalur Gaza ketika mereka menyerahkan tiga sandera Israel kepada Palang Merah pada Minggu (19/1/2025), sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

Mereka terlihat mengenakan balaclava dengan ikat kepala hijau yang menjadi ciri khas kelompok itu, di alun-alun Kota Gaza yang penuh sesak.

Keesokan harinya, Wakil Menteri Dalam Negeri Hamas untuk wilayah tersebut, Mahmud Abu Watfah, muncul dan berkeliling di Kota Gaza.

Ia menyatakan bahwa warga Gaza merayakan momen kemenangan.

Mengutip France24, ketika Hamas kembali turun ke jalan, pasukan Israel mulai menarik diri dari wilayah yang padat penduduk tersebut.

Israel mundur dengan meninggalkan kehancuran, tetapi Hamas tampaknya masih bertahan, bertentangan dengan tujuan awal Israel untuk menghancurkan kelompok itu sepenuhnya.

"Ketika Anda menetapkan pemusnahan total sebagai tujuan, tetapi masih ada satu orang yang bertahan, itu sudah bisa dianggap sebagai kegagalan," kata Yossi Mekelberg, seorang pakar Timur Tengah di Chatham House.

Hal ini menjadi masalah bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berjanji untuk menghancurkan Hamas.

Hamas saat menyerahkan sandera Israel Hamas saat menyerahkan sandera Israel (Screenshot YouTube Sky News)

“Mereka (Hamas) berada di bawah serangan paling dahsyat yang pernah dialami oleh organisasi semacam itu, tetapi mereka masih ada dan terus merekrut,” ujar Mekelberg.

Israel berhasil menghancurkan struktur Hamas dan membunuh banyak pemimpin utamanya, termasuk Ismail Haniyeh dan penggantinya, Yahya Sinwar.

Namun, Mekelberg memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk menilai kondisi keseluruhan Hamas.

Ia mengakui bahwa meskipun Hamas menderita kerugian besar, mereka tetap ada dengan segala simbol mereka, seperti ikat kepala dan topeng.

Muhammad Shehada, dari Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri, mengatakan bahwa Israel secara khusus menargetkan pegawai negeri, polisi, dan menteri sebagai bagian dari upayanya untuk melemahkan kemampuan pemerintahan Hamas.

“Kehadiran berkelanjutan dari para pejabat dan pasukan Hamas ini menjadi simbol perlawanan, menunjukkan bahwa mereka tetap beroperasi meskipun ada serangan besar-besaran,” katanya.

Pada Senin (20/1/2025), Hamas menggambarkan diri mereka sebagai pemenang karena berhasil bertahan.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyatakan:

"Gaza, dengan rakyatnya yang hebat dan ketangguhannya, akan bangkit kembali untuk membangun apa yang telah dihancurkan oleh penjajah, dan akan terus berada di jalur perlawanan hingga pendudukan dikalahkan."

Gencatan senjata masih dalam tahap awal, dan banyak pertanyaan masih tersisa mengenai masa depan Jalur Gaza dan Hamas.

Michael Horowitz, analis Timur Tengah dari konsultan keamanan Le Beck mengatakan, Hamas telah menunjukkan kekuatannya baik untuk menghadapi para pesaing di internal Palestina maupun untuk menunjukkan kepada Israel bahwa setiap putaran pertempuran tidak akan mengubah keadaan.

Menurut Horowitz, Hamas tidak dikalahkan karena satu alasan utama: Israel tidak berusaha menggantikan Hamas sebagai entitas pemerintahan di Gaza.

Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa Otoritas Palestina (PA) yang berpusat di Ramallah tidak memiliki peran di Jalur Gaza.

“Visi yang hanya berfokus pada keamanan ini membuat Israel terjebak dalam siklus kekerasan yang berulang,” tambah Horowitz.

Eva Koulouriotis, analis independen Timur Tengah, mengatakan bahwa Hamas mempertahankan popularitas yang luar biasa di Gaza.

“Sementara itu, upaya untuk membangun dukungan bagi Otoritas Palestina dan menolak kekuasaan Hamas telah gagal,” ujarnya.

Suasana Rafah, Gaza, setelah gencatan senjata Suasana Rafah, Gaza, setelah gencatan senjata (Screenshot YouTube Sky News)

Kehancuran yang disebabkan oleh perang memang memicu kebencian terhadap Hamas di kalangan warga Gaza, kata Shehada, namun banyak yang merasa terbelah.

"Orang-orang juga merasa bangga bahwa sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, mampu menentang kekuatan militer Israel," ujarnya.

Kementerian Kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan lebih dari 47.100 orang tewas, mayoritas warga sipil.

Horowitz mengatakan bahwa skala kehancuran tersebut adalah yang terburuk dalam beberapa pertempuran terakhir.

Namun pada akhirnya, menurut Mekelberg, kampanye militer Israel tidak menangani akar penyebab konflik.

Ia mendukung pernyataan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, yang menyatakan bahwa gencatan senjata ini harus menjadi langkah pertama menuju penyelesaian politik jangka panjang antara Israel dan Palestina.

“Hanya dengan cara itulah Israel dapat menciptakan jarak antara Hamas dan seluruh rakyat Palestina,” ujar Mekelberg.

Hamas Berpatroli dan Mengawas Bantuan Kemanusiaan yang Memasuki Gaza

Beberapa hari setelah gencatan senjata, Hamas yang berbulan-bulan sebelumnya tidak terlihat di jalanan karena serangan udara Israel, masih memenuhi jalan-jalan di Gaza.

Mereka mengawasi pembersihan puing-puing, dan menjaga konvoi bantuan.

Menurut laporan Reuters, pemerintahan Hamas di Gaza bergerak cepat untuk memulihkan keamanan, mencegah penjarahan, dan mulai memulihkan layanan dasar di beberapa bagian wilayah tersebut, yang sebagian besar telah berubah menjadi tanah kosong akibat serangan Israel.

Reuters mewawancarai lebih dari belasan penduduk, pejabat, diplomat regional, dan pakar keamanan.

Mereka semua menyatakan bahwa meskipun Israel bertekad untuk menghancurkan Hamas, kelompok tersebut tetap memegang kendali yang kuat di Gaza.

Hamas tidak hanya mengendalikan pasukan keamanan di Gaza, tetapi juga mengelola kementerian dan lembaga pemerintahan, membayar gaji karyawan, serta berkoordinasi dengan LSM internasional, kata mereka.

Pada hari Selasa (21/1/2025), polisi dan anggota bersenjata Hamas ditempatkan di berbagai lingkungan di seluruh Jalur Gaza.

"Kami ingin mencegah segala bentuk kekosongan keamanan," kata Ismail Al-Thawabta, Direktur Kantor Media Pemerintah Gaza yang dikelola Hamas.

Ia juga menambahkan bahwa sekitar 700 polisi ditugaskan untuk melindungi konvoi bantuan, dan tidak ada satu truk pun yang dijarah sejak hari Minggu (19/1/2025).

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #hamas #kembali #jalanan #setelah #perang #dengan #israel #pakar #mereka #masih #netanyahu #gagal

KOMENTAR