Nasib Pilu Warga Gaza, Bergegas Pulang ke Rumah, tapi Kampung Halaman Sudah Hancur
Warga Palestina membawa barang-barang mereka saat berjalan kembali ke kota Rafah di Jalur Gaza selatan setelah penarikan sebagian pasukan Israel dari kota tersebut. 
08:10
22 Januari 2025

Nasib Pilu Warga Gaza, Bergegas Pulang ke Rumah, tapi Kampung Halaman Sudah Hancur

Warga Palestina kembali ke rumah mereka di Rafah, Gazae.

Mereka berharap dapat melanjutkan hidup normal setelah perjanjian gencatan senjata diumumkan.

Sayangnya, mereka justru dihadapkan dengan kenyataan pahit.

Rumah mereka hancur menjadi puing-puing.

Kampung halaman yang dulu mereka kenal kini telah luluh lantak.

Dikutip dari Al Jazeera, berikut ini kisah warga Palestina yang bermimpi bisa hidup normal lagi meski harus mulai dari nol.

Kisah Abd al-Sattari

Abd al-Sattari merupakan seorang petani Palestina berusia 53 tahun yang tinggal di Rafah, Gaza, memiliki dua rumah.

Ia bersama keluarganya yang lain mengungsi di tenda.

Setelah sembilan bulan mengungsi akibat serangan pasukan Israel, Abd berharap satu rumah yang selamat dapat menjadi tempat tinggal kembali setelah perang berakhir.

Ketika gencatan senjata diumumkan pada Minggu (19/1/2025) pagi, Abd segera bergegas pulang bersama putra sulungnya, Mohammed, ke dua rumahnya yang selama ini ia harapkan tetap berdiri.

Pilunya, Abd mendapati bahwa kedua rumahnya – yang berada di daerah Shaboura dan Mirage – hancur menjadi puing-puing.

"Rafah yang kami kenal sudah tidak ada lagi," keluhnya.

"Jalan-jalan tempat kami tumbuh besar, tempat-tempat tempat kami bekerja—sekarang tidak dapat dikenali lagi."

Keluarga Abd yang terdiri dari enam anak, berharap hari itu akan menandai akhir dari penderitaan pengungsian mereka.

Kisah Nasim Abu Alwan

Keluarga-keluarga lain di Rafah, seperti Nasim Abu Alwan, juga merasa kecewa setelah rumah mereka hancur.

Nasim dan keluarganya memutuskan untuk tinggal di reruntuhan dan bertahan hidup di sana.

Mereka bersikeras untuk tetap tinggal meski harus mengakses air dari tempat yang jauh.

"Kami sudah muak dengan tenda. Kami akan tetap tinggal di Rafah, apa pun yang terjadi," katanya.

Perang yang dimulai pada 7 Oktober 2023 telah meninggalkan lebih dari 60 persen bangunan dan 65 persen jalan di Gaza hancur.

Menurut laporan dari PBB, lebih dari 42 juta ton puing-puing dihasilkan, banyak di antaranya berisi sisa-sisa jasad manusia dan bahan berbahaya lainnya.

Dengan kondisi ini, kehidupan yang normal bagi warga Gaza menjadi sesuatu yang sangat sulit dicapai.

Sejumlah keluarga di Gaza masih bertekad untuk membangun kembali kota mereka.

Di tengah kehancuran ini, pekerja kota di Rafah berusaha keras membersihkan puing-puing, mengembalikan akses air, dan menangani potensi bahaya dari persenjataan yang belum meledak.

Wali Kota Rafah, Mohammed al-Sufi, menggambarkan skala kehancuran di kota tersebut sebagai "mengejutkan," menyebutkan bahwa 70 persen fasilitas kota telah hancur, dan banyak wilayah yang kini terlarang dan tidak dapat diakses.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #nasib #pilu #warga #gaza #bergegas #pulang #rumah #tapi #kampung #halaman #sudah #hancur

KOMENTAR