Bentrokan Hebat Terus Terjadi di Suriah Utara Saat Damaskus Berupaya Melucuti Senjata Pasukan Kurdi
Pasukan dari pemerintah baru Suriah bergabung dengan pasukan yang didukung Turki dalam perang melawan SDF yang dipimpin Kurdi di wilayah timur laut negara tersebut.
Delapan pejuang SNA tewas dan delapan pejuang SDF terluka dalam bentrokan di dekat Bendungan Tishreen, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris melaporkan pada tanggal 20 Januari, sehingga jumlah korban tewas akibat pertempuran antara kedua kelompok menjadi 440 orang sejak Desember.
SDF didukung oleh pasukan AS yang menduduki timur laut Suriah, rumah bagi ladang minyak utama dan daerah penghasil biji-bijian negara itu.
SNA dan SDF telah bertempur di bendungan dan kota terdekat Manbij sejak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang dipimpin oleh Ahmad al-Sharaa (Abu Mohammad al-Julani), menguasai negara Suriah pada tanggal 8 Desember, menggulingkan pemerintahan mantan presiden Suriah Bashar al-Assad.
Militan HTS yang mewakili pemerintahan baru di Damaskus tampaknya siap bergabung dalam konflik di pihak SNA. Syria TV melaporkan pada hari Senin bahwa konvoi militer militan HTS telah tiba di garis depan dekat daerah Bendungan Tishreen.
Di tengah pertempuran, tiga set negosiasi sedang berlangsung: antara AS, SDF, dan HTS, antara Turki dan HTS, dan antara SDF dan HTS, menurut Reuters , mengutip sumber dari semua pihak.
Dalam upaya untuk membawa wilayah timur laut Suriah di bawah kendali negara, pejabat HTS menuntut agar SDF, yang dipandang sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), meletakkan senjata mereka dan bergabung dengan tentara Suriah baru secara individu.
Komandan SDF Mazloum Abdi telah menyatakan kelompoknya bersedia untuk berintegrasi ke dalam Kementerian Pertahanan, tetapi sebagai “blok militer” dan tanpa pembubaran.
Namun Menteri Pertahanan baru Suriah, Murhaf Abu Qasra, mengatakan pada 19 Januari bahwa HTS menolak usulan SDF.
Pemerintah HTS juga menuntut agar kelompok bersenjata Druze di Suweida di Suriah selatan menyerahkan senjata mereka dan bergabung dengan tentara baru. Namun, Druze menolak permintaan tersebut, dengan alasan perlunya melindungi komunitas mereka hingga pemerintahan permanen terbentuk.
Suku Druze di Suwayda dan tempat lainnya di Suriah menjadi korban beberapa pembantaian oleh HTS (sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra) dan kelompok sempalan Al-Qaeda, ISIS, selama perang rahasia yang didukung AS di Suriah yang dimulai pada tahun 2011.
SUMBER: THE CRADLE
Tag: #bentrokan #hebat #terus #terjadi #suriah #utara #saat #damaskus #berupaya #melucuti #senjata #pasukan #kurdi