Sejumlah Calon Menteri Donald Trump Diancam Bom Pipa dengan Pesan Pro-Palestina, Modus Swatting
Presiden terpillih Amerika Serikat Donald Trump 
09:30
29 November 2024

Sejumlah Calon Menteri Donald Trump Diancam Bom Pipa dengan Pesan Pro-Palestina, Modus Swatting

Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat (AS) membenarkan beberapa calon menteri dan calon pejabat presiden terpilih  AS Donald Trump diancam bom.

Umumnya rumah mereka yang diancam akan dibom oleh orang tak dikenal.

"FBI menyadari banyaknya ancaman bom dan insiden penyerangan yang menargetkan calon dan pejabat pemerintahan baru dan kami bekerja sama dengan mitra penegak hukum kami," kata FBI pada Rabu (28/11/2024) dikutip dari Al Jazeera.

“Kami menanggapi semua potensi ancaman dengan serius dan seperti biasa mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan segala hal yang mereka anggap mencurigakan kepada penegak hukum.”

Pernyataan FBI itu mengkonfirmasi laporan tim transisi Donald Trump sebelumnya.

Sebelumnya, Juru Bicara Donald Trump Karoline Leavitt mengindikasikan bahwa calon menteri anggota kabinet seperti Lee Zeldin dan Elise Stefanik termasuk diantara mereka yang menjadi sasaran ancaman bom.

“Tadi malam dan pagi ini, sejumlah calon kabinet dan calon pejabat pemerintahan Presiden Trump menjadi sasaran ancaman kekerasan dan anti-Amerika terhadap nyawa mereka dan orang-orang yang tinggal bersama mereka,” tulisnya dalam siaran pers.

Pesan Pro Palestina

Zeldin, mantan anggota kongres dari New York, mengunggah pengalamannya di media sosial rumahnya diancam bom.

Dia dan keluarganya aman.

"Ancaman bom pipa yang ditujukan kepada saya dan keluarga di rumah kami hari ini dikirimkan dengan pesan bertema pro-Palestina," kata Zeldin, yang ditunjuk Trump untuk memimpin Badan Perlindungan Lingkungan (EPA).

Rumahnya Diancam Bom

Lain lagi dengan Stefanik, seorang perwakilan AS dari New York dan pilihan Trump untuk menjabat sebagai duta besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dia  mengeluarkan pernyataan melalui kantornya yang menjelaskan bahwa dirinya juga pernah menjadi subjek ancaman bom.

"Pagi ini, Anggota Kongres Elise Stefanik, suaminya, dan putra mereka yang berusia tiga tahun sedang berkendara pulang ke Saratoga County dari Washington untuk merayakan Thanksgiving ketika mereka diberitahu tentang ancaman bom di tempat tinggal mereka," kata pernyataan itu.

“Penegak hukum negara bagian New York, daerah, dan Kepolisian Capitol AS segera menanggapi dengan tingkat profesionalisme tertinggi.”

Modus Swatting

Mengutip pejabat penegak hukum anonim, kantor berita The Associated Press juga melaporkan bahwa kepala staf baru Susie Wiles, mantan jaksa agung pilihan Matt Gaetz, dan penggantinya Pam Bondi juga menjadi sasaran ancaman bom.

FBI mengutip contoh-contoh modus “swatting”.

Modus ini terjadi dimana aparat penegak hukum dipanggil ke rumah atau kantor dengan alasan palsu se[erti ancaman bom.

Sehingga menciptakan situasi yang berpotensi membahayakan bagi orang yang ada di dalam.

Insiden Serupa di 2021

Insiden serupa seperti serangan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021 telah meningkatkan kekhawatiran tentang ancaman kekerasan politik di AS.

Kerusuhan itu menyebabkan ribuan pendukung Trump menyerbu Kongres AS dalam upaya mengganggu sertifikasi pemilihan presiden 2020.

Investigasi tahun 2023 dari kantor berita Reuters menemukan 213 kasus kekerasan politik terjadi pada tahun-tahun sejak kerusuhan Capitol.

Kekhawatiran atas kekerasan politik berlanjut hingga siklus pemilu 2024, ketika Trump menghadapi dua upaya pembunuhan.

Yang pertama, pada bulan Juli, mengakibatkan peluru menyerempet telinga Trump saat ia berdiri di panggung pada sebuah rapat umum di Butler, Pennsylvania. Seorang penonton, petugas pemadam kebakaran Corey Comperatore, tewas dalam serangan itu.

Upaya kedua terhadap kehidupan Trump berhasil digagalkan di luar resor golf miliknya di West Palm Beach, Florida, pada bulan September, ketika seorang tersangka pria bersenjata ditemukan bersembunyi di semak-semak.'

Juga pada bulan September, kota Springfield, Ohio, juga menerima ancaman bom palsu di gedung-gedung pemerintahannya, setelah Trump menggambarkan penduduk Haiti Amerika setempat sebagai ancaman.

Setelah kejadian tersebut, politisi dari kedua kubu menyerukan kepada para pemilih untuk “menurunkan suhu” pada retorika politik yang bermusuhan.

Studi Kekerasan di AS

Sebuah studi bahkan menemukan bahwa toleransi terhadap “kekerasan partisan” menurun di kalangan Partai Republik setelah upaya pembunuhan tersebut.

"Kita tidak bisa, kita tidak boleh menempuh jalan ini di Amerika. Kita telah menempuhnya sebelumnya sepanjang sejarah kita. Kekerasan tidak pernah menjadi jawaban," kata Presiden Joe Biden, seorang Demokrat, dalam sebuah pidato.

Sementara itu, Donald Trump menuduh Demokrat sebagai dalang kekerasan, meski kritikus menunjukkan ia tidak menunjukkan rasa segan untuk menggambarkan lawan politiknya sebagai musuh yang berbahaya.

“Karena Retorika Kiri Komunis ini, peluru terus beterbangan, dan keadaan akan semakin buruk!” tulis Trump di media sosial pada bulan September.

Ia juga mengatakan kepada Fox News bahwa Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris, pesaingnya dalam pemilihan presiden, harus disalahkan.

“Retorika mereka membuat saya ditembak, padahal saya adalah orang yang akan menyelamatkan negara, dan mereka adalah orang yang menghancurkan negara – baik dari dalam maupun luar,” katanya.

Akan tetapi, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa serangan terhadap Trump dimotivasi oleh pesaing Demokratnya.

Meski begitu, pada hari Rabu, Leavitt menunjuk Trump sebagai panutan tentang cara menangani ancaman baru-baru ini.

“Dengan Presiden Trump sebagai contoh, tindakan intimidasi dan kekerasan yang berbahaya tidak akan menghalangi kami,” kata Leavitt.

Sumber: Al Jazeera/The Associated Press

Editor: Hasanudin Aco

Tag:  #sejumlah #calon #menteri #donald #trump #diancam #pipa #dengan #pesan #palestina #modus #swatting

KOMENTAR