Cerita Pekerja Migran Indonesia Saat Gempa Guncang Taiwan: Pulau Terbelah Dua
Kastini salah satu pekerja migran Indonesia mengungkapkan apa yang ia alami saat gempa Taiwan mengguncang pada Rabu (3/4) pagi waktu setempat. Kastini menjadi salah satu warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Taiwan saat gempa dengan kekuatan 7,4 skala richter mengguncang.
Kastini sebenarnya tidak bertempat tinggal di pusat gempa. Ia tinggal di kota Tainan, atau berjarak 1 jam dari pusat gempa di Hualien. Namun, Kastini mengatakan bahwa getaran gempa juga ia rasakan dari tempat tinggalnya.
"Tapi di Hualien masih ada gempa susulan dalam waktu 5 sampai 10 menit," kata dia kepada Sukabumiupdate.com--jaringan Suara.com
Menurut Kastini, kota Hualien merupakan kota yang dekat dengan laut. Di kota itu, banyak WNI yang bekerja sebagai Anak buah kapal (ABK). Berdasarkan informasi dari temannya di Kota Hualien, sementara ini para pekerja mengungsi ke tempat lebih aman.
Kastini juga mengatakan bahwa dari informasi terbaru yang ia ketahui, salah satu pulau bernama pulau kura-kura sampai terbelah dampak dari gempa dashyat tadi pagi.
"Di tempat saya bekerja gempa berkekuatan magnitudo (Mw) 7.2, sedangkan di Kota Hualien 7.4. Handphone saya terus bunyi dari pagi ada peringatan tsunami. Memang ada gempa susulan, tapi di Tainan kecil. Informasi terbaru Pulau Kura-kura di tengah laut terbelah menjadi dua bagian," ujar Kastini.
Gempa Bumi di Taiwan
Gempa Taiwan pada Rabu pagi waktu setempat ini tercatat menjadi gempa terkuat dalam kurun waktu seperempat abad terakhir. Gempa 7,4 ini mengakibatkan sejumlah bangunan di wilayah pegunungan Hualien, pantai timur Taiwan mengalami kerusakan.
Melansir dari laporan Firstpost, gempa juga memgakibatkan getaran di seluruh Taiwan dan memicu setidaknya tanah longsor di sembilan titik hingga menimbulkan peringat tsunami di kepulauan selatan Jepang dan Filipina. Kabar terbaru menyebutkan peringatan tsunami di dua negara tesebut telah dicabut.
Laporan media lokal setempat juga menyebutkan bahwa tanah longsor terjadi di sepanjang pantai timur dan tengah Taiwan dan terjadi lebih dari 25 gempa susulan.
Gempa bumi sebenarnya bukan hal baru bagi masyarakat Taiwan. Pulai ini terletak di sepanjang cincin api Pasifik, yakni garis patahan seismik yang mengelilingi Samudera Pasifik.
Dihimpun dari sejumlah sumber, Taiwan mengalami 91 kali gempa bumi besar pada periode 1901 hingga 2000, 48 gempa itu mengakibatkan korban jiwa dalam jumlah cukup besar.
Pada Februari 2018, kota Hualien juga sempat diguncang gempa mematikan dengan kekuatan 6,5 skala ritcher yang menewaskan 17 orang dan meruntuhkan sebuah hotel bersejarah di sana.
Lalu pada Februari 2016, gempa 6,4 SR juga guncang barat daya Taiwan yang mengakibatkab 114 orang tewas. Pada Desember 1941, gempa dengan kekuatan 7,3 SR juga mengguncang barat daya Taiwan dan mengakibatkan ratusan orang tewas.
Sementara dari data yang tercatat, gempa paling mematikan yang terjadi di Taiwan melanda pada 21 September 1999. Saat itu, gempa 7,7 SR guncang kota Nantou di Taiwan Tengah sekitar pukuk 02:00 dinihari waktu setempat.
Gempa Nantou mengakibatkan 2400 orang tewas, 100 ribu orang luka dan hancurkan 50.000 bangunan. Namun menurut Worldata.info, gempa terkuat terjadi di Taiwan pada 3 Desember 1966 dengan kekuatan 8,0 SR dan tewaskan 7 orang.
Menurut Dee Ninis, pakar gempa dari Monash University, wilayah Hualien mengalami gempa bumi dengan kekuatan lebih dari tujuh magnitudo setiap 30 tahun sekali.
Tag: #cerita #pekerja #migran #indonesia #saat #gempa #guncang #taiwan #pulau #terbelah