Resolusi Terbaru AS untuk Gencatan Senjata di Gaza Dianggap Ambigu, Veto Washington Disorot
Padahal sebelumnya, AS terus memveto pemungutan suara Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang antara Israel dengan Hamas di Gaza.
Bahkan beberapa waktu yang lalu, AS menolak penggunaan istilah "segera" dalam rancangan undang-undang yang diajukan oleh Aljazair.
Namun, beberapa minggu terakhir ini, AS telah meningkatkan tekanan terhadap Israel terkait invasi di Rafah.
Dan juga AS bersikeras menekan para pejuang Hamas untuk segera membebaskan para tawanan yang ditangkap.
"Faktanya, kami sebenarnya sudah mengajukan resolusi yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera sehubungan dengan pembebasan sandera, dan kami sangat berharap negara-negara akan mendukung hal tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken di Arab Saudi, dikutip dari Al Jazeera.
"Saya pikir hal itu akan mengirimkan pesan yang kuat, sinyal yang kuat."
"Tentu saja, kami mendukung Israel dan haknya untuk membela diri, namun pada saat yang sama, sangat penting bagi warga sipil yang berada dalam bahaya dan sangat menderita – agar kita fokus pada mereka, menjadikan mereka sebagai prioritas, melindungi warga sipil, memberi mereka bantuan kemanusiaan," tegas Blinken.
Tindakan AS ini masih bersifat ambigu, meskipun perkembangan tersebut "terdengar sangat penting", "bahasa yang tepat" dari resolusi tersebut sangatlah penting.
"Ini tentu saja merupakan pernyataan yang paling kuat, namun apakah ini yang diinginkan oleh anggota Dewan Keamanan lainnya dalam hal tuntutan gencatan senjata segera?" kata Editor Diplomatik Al Jazeera, James Bay.
"Atau apakah ini hanya sebuah resolusi di mana Dewan Keamanan akan mengatakan bahwa gencatan senjata segera adalah sesuatu yang sangat penting?" lanjutnya.
Pada bulan Februari, AS adalah satu-satunya negara yang memberikan suara menentang rancangan tersebut – yang merupakan veto ketiga – sementara Inggris abstain.
Agar resolusi DK PBB dapat diadopsi, diperlukan setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada veto dari lima anggota tetap, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia atau Tiongkok.
AS Tekan Israel
Kepala mata-mata Israel dijadwalkan melakukan perjalanan ke Qatar pada Jumat (22/3/2024) hari ini untuk melakukan perundingan gencatan senjata.
Sementara itu, AS berencana untuk mengajukan resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza melalui pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB.
Resolusi gencatan senjata ini diyakini akan memberikan tekanan yang meningkat kepada Israel.
Perundingan di Qatar berpusat pada gencatan senjata sekitar enam minggu yang akan memungkinkan pembebasan 40 sandera Israel sebagai imbalan atas ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.
Dikutip dari Reuters, tak hanya itu, gencatan senjata ini juga membuka jalan bagi lebih banyak bantuan untuk memasuki daerah kantong, di mana kelaparan terjadi karena kekurangan pangan yang ekstrem.
"Negosiator terus bekerja. Kesenjangan semakin menyempit, dan kami terus mendorong tercapainya kesepakatan di Doha."
"Masih ada pekerjaan sulit untuk mencapainya. Namun saya tetap yakin hal itu mungkin terjadi," kata Blinken.
Poin utama yang menjadi kendala adalah Hamas mengatakan mereka akan membebaskan sandera hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang akan mengakhiri perang, sementara Israel mengatakan mereka hanya akan membahas jeda sementara.
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui upaya mediasi tersebut, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa Hamas telah menunjukkan fleksibilitas.
"Israel terus mengulur waktu karena tidak mau berkomitmen untuk mengakhiri perang di Gaza," kata pejabat tersebut.
Anak-anak pengungsi Palestina berkumpul untuk menerima makanan di sebuah sekolah negeri di Rafah di Jalur Gaza selatan pada 19 Februari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. - Badan anak-anak PBB, UNICEF, telah memperingatkan bahwa kekurangan makanan yang mengkhawatirkan, meningkatnya malnutrisi dan penyakit dapat menyebabkan "ledakan" kematian anak-anak di Gaza. Satu dari enam anak berusia di bawah dua tahun di Gaza mengalami kekurangan gizi akut, menurut perkiraan pada 19 Februari. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP) (AFP/MOHAMMED ABED)Sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, kepala mata-mata Israel David Barnea akan melakukan perjalanan ke Qatar pada hari Jumat untuk bertemu dengan mediator.
Sementara itu, Israel mengatakan pihaknya memperkirakan akan melanjutkan serangan terhadap rumah sakit Al Shifa di Kota Gaza selama beberapa hari lagi.
Fasilitas tersebut, dimana warga melaporkan tank, tembakan dan api pada hari Kamis, adalah satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi sebagian di bagian utara daerah kantong tersebut dan telah diserang selama empat hari.
Israel mengatakan kelompok bersenjata Hamas bertahan di kompleks medis, namun Hamas membantahnya.
Israel mengklaim telah membunuh 150 pejuang dan menangkap 358 militan di dalam dan sekitar rumah sakit dalam beberapa hari terakhir.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Tag: #resolusi #terbaru #untuk #gencatan #senjata #gaza #dianggap #ambigu #veto #washington #disorot