Bombardir Yaman dari Darat, Laut, Udara, AS Cs Berdalih Mentok Bujuk Houthi: Israel Kok Bebas?
Rudal AS menyerang sasaran di Yaman terkait dengan Milisi Houthi. Serangan yang dipimpin Amerika Serikat ini terjadi sebagai respons terhadap lebih dari dua lusin serangan drone dan rudal Houthi terhadap kapal komersial menuju Israel di Laut Merah sejak perang Israel-Hamas dimulai. 
17:20
12 Januari 2024

Bombardir Yaman dari Darat, Laut, Udara, AS Cs Berdalih Mentok Bujuk Houthi: Israel Kok Bebas?

Amerika Serikat (AS) bersama Inggris dan dengan dukungan lain sekutunya, melancarkan serangan militer terhadap wilayah Yaman yang mereka sebut menyasar kelompok Houthi, Kamis (11/1/2024) malam.

Koalisi AS beralasan, bombardemen itu dilakukan dalam upaya untuk menekan serangan kelompok Houthi yang sedang berlangsung terhadap kapal-kapal pelayaran komersial di perairan utama Laut Merah.

Houthi berulang kali menekankan hanya menyasar kapal berentitas Israel, dari dan ke pelabuhan negara pendudukan tersebut dan bersikeras memblokade jalur pelayaran utama dunia itu sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza dan perlawanannya dalam menghadapi agresi militer Israel.

AS dan sekutunya belakangan gerah lalu menyerbu Yaman dengan meluncurkan bom-bom ke berbagai fasilitas negara tersebut.

Aksi ini dinilai sejumlah pihak mengindikasikan kalau ekonomi Barat, AS dan Israel khususnya, memang sangat terpukul atas aksi blokade Laut Merah ini.

Tak tanggung-tanggung, koalisi AS membombardir lewat tiga matra, darat, laut dan udara ke Yaman untuk menyerang Houthi.

Kapal perusak Inggris HMS Diamond melintasi Terusan Suez pada 2 Desember 2012, dekat kota pelabuhan Ismailia, sekitar 120 km timur laut ibu kota Kairo, saat berlayar dari laut Merah menuju Mediterania dalam perjalanan pulang setelah berbulan-bulan di Laut Arab dan Teluk Aden di mana dia mengambil bagian dalam latihan perang dengan kapal perang angkatan laut Amerika dari Armada ke-5. Kapal perusak Inggris HMS Diamond melintasi Terusan Suez pada 2 Desember 2012, dekat kota pelabuhan Ismailia, sekitar 120 km timur laut ibu kota Kairo, saat berlayar dari laut Merah menuju Mediterania dalam perjalanan pulang setelah berbulan-bulan di Laut Arab dan Teluk Aden di mana dia mengambil bagian dalam latihan perang dengan kapal perang angkatan laut Amerika dari Armada ke-5. (FOTO AFP/STR)

Serang Lewat Darat, Air, Udara: Libatkan Kapal Selam

Seorang pejabat pertahanan AS mengonfirmasi kepada Insider, serangan diluncurkan dari platform udara, permukaan, dan bawah permukaan, khususnya jet, kapal laut, dan setidaknya satu kapal selam.

Mereka menekankan dalih kalau serangan balasan dilakukan untuk “melindungi kapal pelayaran AS dan internasional serta menurunkan kemampuan Houthi.”

Pejabat itu mengatakan serangan itu menargetkan stasiun radar dan fasilitas penyimpanan Houthi serta lokasi peluncuran drone, rudal jelajah, dan rudal balistik.

Semua sasaran yang digempur selama serangan tersebut, pada dasarnya adalah “sasaran militer” dan berlokasi di wilayah yang diperkirakan tidak terdapat warga sipil, tambah mereka.

“Menurunkan kemampuan ini akan menghambat kemampuan Houthi untuk melanjutkan perilaku jahat mereka di masa depan,” kata mereka.

Seorang tentara Israel menyusun peluru artileri 155mm di dekat howitzer self-propelled yang dikerahkan di posisi dekat perbatasan dengan Lebanon di wilayah Galilea atas di Israel utara pada 18 Oktober 2023. Seorang tentara Israel menyusun peluru artileri 155mm di dekat howitzer self-propelled yang dikerahkan di posisi dekat perbatasan dengan Lebanon di wilayah Galilea atas di Israel utara pada 18 Oktober 2023. (Jalaa MAREY / AFP)

Logika AS, Hantam Houthi Tapi Bebaskan Israel

Presiden AS, Joe Biden dalam sebuah pernyataan menyebut serangan itu sebagai “tindakan defensif” dan mengatakan dia “tidak akan ragu untuk mengarahkan tindakan lebih lanjut guna melindungi rakyat kami dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.”

Serangan terhadap kelompok Houthi ini menyusul peringatan berulang kali dari AS, Inggris, dan negara lain kalau kelompok yang didukung Iran tersebut akan menghadapi konsekuensi jika mereka tidak berhenti menyerang jalur pelayaran internasional di lepas pantai Yaman.

“Ini sudah sampai pada titik di mana semua pendekatan lain tidak berhasil, jadi inilah saatnya untuk memberi tahu Houthi bahwa mereka tidak dapat mengganggu perdagangan internasional seperti ini,” Mick Ryan, pensiunan Mayor Jenderal Angkatan Darat Australia dan ahli strategi militer dilansir Insider.

Sejumlah pihak yang menentang aksi AS Cs ini menilai, gempuran militer besar-besaran ke Yaman kembali menunjukkan bukti hipokrasi Amerika dan sekutunya.

AS selalu menekankan kalau mereka berupaya meredam gejolak di kawasan Timur Tengah yang muncul karena Perang Gaza antara milisi perlawanan Palestina, Hamas  melawan Tentara Israel (IDF).

Perlawanan Houthi, muncul sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza atas aksi bombardemen IDF ke wilayah kantung tersebut.

Bombardemen Israel ini sendiri memicu reaksi internasional, bahkan muncul gugatan ke mahakamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida yang dilakukan negara pendudukan itu.

Houthi menegaskan, hanya menyasar kapal-kapal berentitas Israel dan akan berhenti jika Israel menghentikan agresinya.

Logika AS, alih-alih menghentikan agresi Israel dengan berbagai cara, termasuk hal yang mustahil -menyerang Tel Aviv- Washington justru menyerang teritorial Yaman dan memperluas gejolak di kawasan Timur Tengah.

Penyerangan ini, kalau boleh dibilang lucu, disebutkan sebagai aksi defensif, logika yang bagi banyak pengamat geopolitik dipandang sebagai dalih AS untuk mempertahankan hegemoninya di kawasan. 

Jika AS berdalih upaya persuasifnya mentok untuk menghentikan Houthi hingga harus mengebom Yaman, kenapa upaya serupa tersebut tidak dilakukan  ke Israel?

Sebagai reaksi balik atas bombardemen Israel, akan selalu muncul perlawanan-perlawanan yang bersifat kohesif dan menyatu dalam kesamaan nasib hingga gejolak akan terus muncul.

HIzbullah di Lebanon, Kataib Hizbullah di Irak, Houthi Yaman, dan milisi perlawanan di Suriah punya kesamaan pandangan terhadap pendudukan AS di wilayah mereka.

Terlepas dari adanya dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok lintas teritorial tersebut, AS sepenuhnya paham kalau Israel memang harus dihentikan agar eskalasi mereda.

AS dan Israel memang sekutu dekat dan abadi, tapi dengan retorika menciptakan stabilitas di kawasan, upaya lebih keras dari sekadar upaya diplomatik juga harus dilakukan ke Israel agar berhenti menghancurkan Gaza.

(oln/BI/almydn/aja/pc/*)

Tag:  #bombardir #yaman #dari #darat #laut #udara #berdalih #mentok #bujuk #houthi #israel #bebas

KOMENTAR