Bos Houthi Sindir Arab Saudi soal Agresi Israel di Gaza: Mereka Agen AS di Timur Tengah
Abdul Malik Al-Houthi mengklaim Arab Saudi mendukung Israel dalam perang Gaza dan menggambarkan Kerajaan Arab Saudi sebagai "sapi perah" Amerika Serikat (AS).
"Rezim Saudi telah memberikan ratusan miliar dolar, dan itulah mengapa mereka menyebutnya sebagai sapi perah. Ini adalah lencana kehormatan gaya Amerika," kata Abdul Malik Al-Houthi, Kamis (11/1/2024).
Ia juga mengatakan Arab Saudi dan UEA adalah agen-agen AS di Timur Tengah yang telah dihasut untuk menyerang Houthi di Yaman.
"Rezim-rezim ini adalah kekuatan takfiris dan mereka melakukan kejahatan paling keji, pengepuangan yang komprehensif dan konfrontasi yang sangat besar terhadap rakyat kita," lanjutnya.
“Yaman tidak akan ragu untuk melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukannya untuk mendukung Palestina, dan akan menghadapi pendudukan Amerika," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Ia juga menyerukan kepada masyarakat Teluk dan Mesir untuk memboikot barang-barang AS dan Israel.
Pidato Sebelumnya
Pada pidato sehari sebelumnya, Abdul Malik Al-Houthi mengatakan Houthi siap menghadapi perang melawan AS, bukan lagi lewat agen-agennya yang dipasok uang dan senjata, tanpa menyebut namanya.
"Tidak ada sesuatu pun yang dapat memasuki Gaza kecuali dengan persetujuan AS dan Israel," kata Abdul Malik Al-Houthi, Rabu (10/1/2024).
Dalam pidato itu, ia mengatakan AS membantu Israel melancarkan agresi militer di Jalur Gaza dengan mengirimkan ahli dari AS untuk membantu mengatur taktik perang.
"AS ingin memberikan kondisi yang cukup bagi Israel untuk melakukan kejahatan yang mengerikan dan telah membungkam negara-negara di wilayah tersebut dan merupakan kaki tangan dalam kejahatan yang mengerikan dengan mengirimkan ahli untuk mengatur perang," lanjutnya.
Houthi Minta Negara Arab Beri Jalan Menuju Palestina
Abdul Malik Al-Houthi mengatakan ia bersedia mengirim pasukannya ke Jalur Gaza untuk membantu Hamas.
"Uji kredibilitas kami! Bukakan jalan bagi kami untuk jihad ke wilayah pendudukan Israel di Palestina," katanya.
Ia menyerukan kepada negara-negara Arab yang membentang di antara Yaman dan Palestina untuk membuka akses bagi Houthi.
"Kami menyampaikan permintaan yang jelas dan nyata kepada negara-negara yang memisahkan kami dari Palestina untuk membuka jalan bagi anak-anak kami untuk melakukan jihad di Palestina," katanya.
Houthi: Kekesalan AS adalah Bukti Besarnya Dampak Blokade di Laut Merah
Abdul Malik Al-Houthi mengatakan dalam pidatonya pada Kamis (11/1/2024), Houthi tidak takut dengan ancaman AS.
"Serangan AS terhadap Angkatan Laut Houthi adalah bukti dampak posisi kita terhadap musuh zionis," katanya, merujuk pada blokade Laut Merah yang dilakukan Houthi untuk menargetkan kapal terkait Israel.
"Kami lega dengan besarnya kekesalan Israel, Amerika dan Inggris," lanjutnya.
"Yang penting bagi AS adalah melayani zionisme dengan melibatkan negara lain termasuk Inggris," tambahnya.
Ia menegaskan pasukannya berada dalam posisi tekun dan jujur untuk maju melawan kapal yang melintasi Laut Merah menuju Israel.
"Kami tidak termasuk orang-orang yang mundur dari posisi karena alasan ini, kami juga termasuk orang-orang yang menundukkan, tunduk atau menyerah," katanya.
Hari ini, Jumat (12/1/2024), AS dan Inggris meluncurkan serangan ke fasilitas militer Houthi di Yaman sebagai tanggapan atas blokade di Laut Merah yang dilakukan oleh Houthi untuk mencegah kapal-kapal terkait Israel melintasi wilayah itu.
Presiden AS, Joe Biden, mengumumkan pasukan AS dan Inggris, dengan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda, berhasil menyerang sasaran di Yaman.
Rudal AS menyerang sasaran di Yaman terkait dengan Milisi Houthi pada Jumat (12/1/2024). Serangan yang dipimpin Amerika Serikat ini terjadi sebagai respons terhadap lebih dari dua lusin serangan drone dan rudal Houthi terhadap kapal komersial menuju Israel di Laut Merah sejak perang Israel-Hamas dimulai. (Tangkapan layar Twitter)Sebelumnya, Houthi melakukan blokade di Laut Merah untuk mendukung Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) yang berperang melawan Israel di Jalur Gaza.
Setelah Operasi Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza.
Israel memperkirakan masih ada sekitar 137 sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza setelah pertukaran sandera pada akhir November 2023.
Jumlah korban jiwa di pihak Palestina di Jalur Gaza terhitung 23.469 hingga Jumat (12/1/2024) dan 1.200 orang tewas di wilayah Israel, yang direvisi menjadi 1.147.
Tercatat 340 kematian warga Palestina di Tepi Barat hingga Selasa (9/1/2023) setelah pasukan Israel yang melakukan penyerbuan besar-besaran.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #houthi #sindir #arab #saudi #soal #agresi #israel #gaza #mereka #agen #timur #tengah