Presiden Rusia Vladimir Putin: Timur Tengah Berada di Ambang Perang Skala Penuh
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden Negara Palestina Mahmoud Abbas sebelum dimulainya KTT BRICS XVI di kota Kazan, barat daya Rusia, pada Rabu (23/10/2024). - Presiden Rusia, Vladimir Putin berkomentar tentang perang yang berlangsung di Timur Tengah. 
15:40
25 Oktober 2024

Presiden Rusia Vladimir Putin: Timur Tengah Berada di Ambang Perang Skala Penuh

Presiden Rusia, Vladimir Putin berkomentar tentang perang yang berlangsung di Timur Tengah.

Dikutip dari VOA, berbicara pada pertemuan puncak BRICS pada Kamis (24/10/10), Putin menyebut bahwa Timur Tengah berada di ambang perang skala penuh.

Putin melihat kalau aksi militer yang dimulai setahun lalu di Gaza, kini telah menyebar ke Lebanon.

"Negara-negara lain di kawasan itu juga terkena dampaknya," ucap Putin.

"Tingkat konfrontasi antara Israel dan Iran meningkat tajam. Ini semua mengingatkan pada reaksi berantai dan menempatkan seluruh Timur Tengah di ambang perang skala penuh," katanya.

Menurut Putin, kekerasan di Timur Tengah tidak akan berakhir sampai terbentuknya negara Palestina yang merdeka.

"Tuntutan utama untuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di wilayah Palestina adalah melaksanakan formula dua negara yang disetujui oleh Dewan Keamanan dan Sidang Umum PBB," katanya.

Ia menambahkan bahwa hal ini akan "mengoreksi ketidakadilan historis yang dialami oleh rakyat Palestina."


"Sampai masalah ini terselesaikan, lingkaran setan kekerasan tidak akan mungkin bisa diputus," katanya.

Pertemuan BRICS di Kazan yang dihadiri oleh beberapa pemimpin dunia.

Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas turut hadir dalam pertemuan itu.

Pada Jumat (18/10/2024), Putin sempat mendesak Kuartet Timur Tengah untuk diaktifkan kembali guna melanjutkan upaya mediasi di wilayah tersebut.

"Solusi utama untuk masalah Palestina adalah pembentukan negara Palestina yang sepenuhnya. Pihak Rusia telah menegakkan posisi ini sejak era Soviet," katanya dalam sebuah pertemuan dengan para manajer media BRICS di Moskow, dikutip dari Anadolu.

Berdasarkan pandangannya, Amerika Serikat (AS) melakukan kesalahan dengan mengganggu kerja Kuartet.

Putin melanjutkan, kalau menurutnya akan lebih mudah untuk mengoordinasikan semua posisi.

"AS mengambil alih, memonopoli upaya perdamaian, memikul tanggung jawab penuh, dan pada akhirnya, upaya itu gagal," kata Putin.

Putin menekankan bahwa warga Palestina "tidak akan meninggalkan" Jalur Gaza dan memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan di wilayah tersebut hanya akan meningkatkan jumlah orang yang bertekad untuk "mempertahankan kepentingan mereka."

Middle East Monitor melaporkan, Israel secara dramatis meningkatkan kampanye pengeboman besar-besaran di seluruh Lebanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah sejak 23 September.

Dikutip dari Middle East Monitor, lebih dari 42.847 orang, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, telah tewas sejak perang dimulai setelah serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.

Yeni Safakmelaporkan, Israel telah memperluas eskalasi dengan menginvasi Lebanon pada 1 Oktober.

Apa itu Kuartet Timur Tengah?

Dikutip dari DW News, Kuartet Timur Tengah merujuk pada kelompok negosiasi yang terdiri dari empat pihak utama: Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, dan PBB.

Kuartet ini dibentuk pada tahun 2002 untuk membantu memfasilitasi proses perdamaian antara Israel dan Palestina.

Tujuan utama Kuartet adalah mencapai solusi dua negara, di mana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dalam kedamaian dan keamanan.

Dalam beberapa tahun terakhir, peran dan efektivitas Kuartet ini sering dipertanyakan, mengingat berbagai tantangan dalam proses perdamaian, termasuk ketegangan politik, kekerasan, dan pergeseran kebijakan di negara-negara anggota.

Meskipun demikian, Kuartet tetap menjadi salah satu forum penting untuk dialog dan upaya diplomatik di kawasan tersebut.

Apa itu BRICS?

Dikutip dari BBC, BRICS adalah sebuah kelompok yang terdiri dari lima negara besar yang sedang berkembang: Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.

Nama "BRICS" merupakan akronim dari nama-nama negara tersebut.

Kelompok ini dibentuk untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, dan sosial di antara anggotanya.

BRICS seringkali membahas isu-isu global seperti perdagangan, investasi, dan reformasi lembaga-lembaga internasional.

Selain itu, BRICS juga berupaya untuk meningkatkan pengaruh negara-negara berkembang di panggung internasional.

Pertemuan tahunan dan forum diskusi antara negara-negara anggota juga menjadi bagian penting dari BRICS, yang memungkinkan mereka untuk berbagi pandangan dan strategi dalam menghadapi tantangan global.

Perang Rusia-Ukraina

- Tokoh oposisi Rusia Yulia Navalnaya, yang merupakan istri dari mendiang Alexei Navalny, mengecam Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, karena bertemu dengan Vladimir Putin.

"Sekretaris Jenderal PBB berjabat tangan dengan seorang pembunuh," kata Navalnaya di X, sambil mengunggah foto Putin yang sedang menyapa Guterres, dikutip dari The Guardian.

Alexei Navalny adalah tokoh oposisi Rusia yang meninggal sebagai tahanan politik Rusia pada bulan Februari.

- Putin mengatakan Moskow siap mempertimbangkan opsi apa pun untuk mengakhiri konflik di Ukraina.

Tetapi hanya berdasarkan "kenyataan di lapangan dan tidak siap untuk hal lain".

Ia menuduh Barat menggunakan Ukraina untuk "menciptakan ancaman kritis terhadap keamanan Rusia".

- Serangan Rusia di Ukraina timur menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai 10 orang pada hari Kamis (24/10/2024), kata otoritas regional.

Sebuah bom termobarik menghantam kota Kupiansk di wilayah Kharkiv, melukai 10 orang, kata gubernur daerah, Oleh Syniehubov.

Seorang wanita meninggal kemudian di rumah sakit.

"Musuh menyerang di dekat sebuah toko dan pasar kota," kata Syniehubov.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #presiden #rusia #vladimir #putin #timur #tengah #berada #ambang #perang #skala #penuh

KOMENTAR