Tragedi Nakba 2 di Depan Mata: Mesir Bangun Tembok 7 Meter Penyangga Gaza, Israel Ngotot Serbu Rafah
Israel diketahui ngotot melakukan serangan darat ke Rafah, kota di Selatan GAza yang kini dihuni jutaan pengungsi Palestina yang datang dari semua penjuru jalur Gaza.
Saat waktu pelaksanaan serangan darat Israel itu makin dekat, Mesir dilaporkan sedang membangun zona penyangga yang dibentengi di dekat perbatasannya dengan Jalur Gaza.
Invasi darat Israel yang segera terjadi di kota selatan Rafah, berpotensi membuat ratusan ribu warga Palestina mengungsi dari seluruh area perbatasan, menurut citra satelit dan laporan media.
Cuplikan dari lokasi di gurun Sinai dan foto-foto satelit menunjukkan kalau sebuah daerah yang bisa menjadi tempat perlindungan dasar bagi puluhan ribu warga Palestina sedang dibangun dengan tembok beton yang didirikan di sisi penyeberangan Rafah di teritorial Mesir.
the only non-Israeli-controlled crossing to and from Gaza.
Buffer zone alias zona penyangga di wilayah Mesir ini akan menjadi satu-satunya area penyeberangan non-kontrol Israel dari dan ke Gaza.
BIsa Tampung 100 Ribu Orang, Kota Tenda Bagi Warga Palestina
The Wall Street Journal mengutip pejabat Mesir, melaporkan pada Kamis (15/2/2024), kalau zona baru ini merupakan bagian dari rencana darurat jika sejumlah besar warga Palestina berhasil menyeberang ke Mesir dan dapat menampung lebih dari 100.000 orang,
Dikelilingi oleh tembok beton dan jauh dari pemukiman Mesir, wilayah ini tampakanya akan berjuluk kota tenda di mana sejumlah besar tenda telah dikirim ke lokasi tersebut, kata laporan itu.
Video yang diambil oleh Yayasan Hak Asasi Manusia Sinai yang berbasis di Inggris menunjukkan truk dan buldoser membersihkan puing-puing dari sebidang tanah seluas sekitar 8 mil persegi (21 km persegi), menurut The Washington Post.
Laporan itu memperoleh gambar satelit yang menunjukkan 2 mil persegi (5 km persegi) ) dibersihkan antara 6 Februari dan Rabu.
Mohamed Abdelfadil Shousha, gubernur Sinai Utara, provinsi Mesir yang berbatasan dengan Gaza dan Israel, dilaporkan membantah kalau Mesir sedang membangun kamp pengungsi di sepanjang perbatasan jika terjadi eksodus warga Palestina yang dipaksa oleh militer Israel.
Sinai Foundation, sebuah organisasi aktivis yang memiliki tim pemantau di Sinai utara, mengatakan dalam sebuah laporan minggu ini bahwa area yang memiliki gerbang tersebut akan dikelilingi oleh tembok semen setinggi 7 meter (23 kaki).
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi mengatakan pada Jumat bahwa perpindahan massal orang dari Rafah ke Sinai di Mesir akan menjadi bencana bagi warga Palestina dan prospek perdamaian di Timur Tengah.
“Ini akan menjadi bencana bagi Palestina… bencana bagi Mesir dan bencana bagi masa depan perdamaian,” kata Filippo Grandi kepada kantor berita Reuters mengenai rencana invasi darat Israel ke Rafah.
Ketika ditanya apakah pihak berwenang Mesir telah menghubungi UNHCR mengenai kemungkinan rencana darurat, dia berkata: “Orang Mesir mengatakan bahwa orang-orang (Palestina) harus dibantu di dalam Gaza dan kami sedang mengupayakannya.”
Israel mengatakan ingin mengambil alih Koridor Philadelphia, wilayah perbatasan antara Gaza dan Mesir, untuk mengamankannya.
Mesir mengancam bahwa hal ini akan membahayakan perjanjian perdamaian yang ditandatangani kedua negara empat dekade lalu.
Tenda-tenda darurat yang digunakan keluarga Palestina mengungsi demi mencari perlindungan di distrik El-Mavasi, Rafah Gaza Selatan, di tengah serangan Israel yang masih terus berlanjut, 9 Februari 2024. Anadolu Agency/Abed Zagout (Anadolu Agency/Abed Zagout)Nakba Jilid 2 di Depan Mata
Kairo telah menekankan kalau mereka tidak ingin warga Palestina diusir dari tanah mereka oleh Israel, dan membandingkan skenario tersebut dengan peristiwa Nakba tahun 1948, yaitu pengungsian paksa sekitar 750.000 warga Palestina dari rumah mereka dalam perang yang berujung pada berdirinya Israel.
Ground invasion Israel ke Rafah secara nyata berpotensi menyebabkan terulangnya tragedi kemanusiaan itu.
Kengototan Tel Aviv untuk tetap melanjutkan rencana serangannya ke Rafah meskipun ada tekanan internasional, tidak tergoyahkan meskipun wilayah tersebut adalah tempat tinggal 1,4 juta warga Palestina, yang sebagian besar dari mereka terpaksa mengungsi – bahkan berkali-kali – akibat pemboman dan operasi darat Israel.
Warga Palestina yang mengungsi ke Rafah menderita kekurangan tempat tinggal, makanan, air dan obat-obatan. PBB dan kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa bencana kemanusiaan di wilayah yang terkepung semakin memburuk.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memerintahkan tentara untuk menyusun rencana evakuasi bagi lebih dari setengah dari 2,3 juta orang di Jalur Gaza yang kini berdesakan di Rafah, namun belum memberikan langkah rinci.
Dia menyarankan warga Palestina dapat dikirim ke wilayah utara Rafah yang telah dibersihkan oleh militer Israel melalui invasi darat yang didukung oleh pemboman.
Avi Dichter, Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Israel, telah menyarankan daerah-daerah di sebelah barat Rafah dan kamp pengungsi al-Mawasi yang dibom di dekat pantai Mediterania, di mana banyak orang sudah berlindung.
Namun kepala bantuan kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan pada Kamis kalau mempercayai bahwa orang-orang di Gaza dapat dievakuasi ke tempat yang aman adalah sebuah “ilusi”.
Dia juga mengatakan akan menjadi “mimpi buruk Mesir” jika warga Palestina dipaksa masuk ke Mesir.
Citra satelit menunjukkan pembangunan tembok beton sepanjang perbatasan Mesir-Gaza di dekat Rafah pada 10 Februari 2024. (Maxar Technologies/Handout via Reuters)Peringatan AS ke Israel
Amerika Serikat dan sejumlah sekutu penting Israel lainnya mengatakan mereka menentang serangan darat di Rafah, dan beberapa di antaranya memperingatkan bahwa serangan itu akan menjadi “bencana besar”.
Presiden AS Joe Biden “tegas menyatakan bahwa kami tidak mendukung pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza”, Reuters mengutip pernyataan juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada hari Jumat. “AS tidak mendanai kamp-kamp di Mesir untuk pengungsi Palestina.”
Israel pada hari Rabu menarik diri dari perundingan yang dimediasi Amerika dan Arab dengan Hamas karena mereka mengatakan kelompok bersenjata Palestina mempunyai “tuntutan menggelikan” termasuk penarikan Israel dari Gaza.
Netanyahu dan kabinet perang Israel terus mendorong “kemenangan total” dan perdana menteri menyebut Rafah sebagai “benteng terakhir” Hamas.
Selama berminggu-minggu, pertempuran paling sengit di Jalur Gaza telah terjadi di Khan Younis, yang juga terletak di Gaza selatan, dan militer Israel mengklaim serangannya ditujukan untuk menghancurkan batalyon Hamas di wilayah tersebut.
Dengan menggunakan penembakan, tembakan penembak jitu, dan drone, tentara Israel juga selama berminggu-minggu mengepung Rumah Sakit Nasser, fasilitas medis terbesar di wilayah tersebut, yang menampung ratusan pasien dan staf dan telah menjadi tempat perlindungan bagi ribuan pengungsi Palestina.
Dr Nahed Abu Taima, direktur rumah sakit, mengatakan kepada Al Jazeera pada hari Jumat bahwa pasukan Israel mengumpulkan pasien dan warga sipil dan memutus aliran listrik ke kompleks medis.
“Kami tidak berdaya, tidak mampu memberikan bantuan medis dalam bentuk apa pun kepada pasien di dalam rumah sakit atau para korban yang membanjiri rumah sakit setiap menitnya,” katanya.
Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 28.775 warga Palestina dan melukai 68.552 orang sejak 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza. Beberapa ribu lainnya hilang, mungkin terkubur di bawah reruntuhan.
Tag: #tragedi #nakba #depan #mata #mesir #bangun #tembok #meter #penyangga #gaza #israel #ngotot #serbu #rafah