Krisis Bantuan di Gaza Utara, PBB Sebut 85 Persen Akses Dihalangi Israel
Truk bantuan berisi perbekalan untuk Gaza mengantri di Kota Al-Arish setelah perbatasan ditutup, pada 8 Mei 2024 di Arish, Mesir. 
09:10
16 Oktober 2024

Krisis Bantuan di Gaza Utara, PBB Sebut 85 Persen Akses Dihalangi Israel

PBB memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza utara semakin memburuk.

Hal ini terjadi karena Israel meningkatkan operasinya di Gaza utara.

Sehingga ini semakin menghambat akses bantuan dan membuat warga Gaza utara semakin sulit untuk bertahan hidup.

Juru bicara sekjen PBB, Stephane Dujarric mengatakan bahwa beberapa akses bantuan sempat disetujui oleh otoritas Israel pada awal bulan ini.

"Di seluruh Gaza, kurang dari sepertiga dari total 285 gerakan kemanusiaan yang dikoordinasikan dengan otoritas Israel selama dua minggu pertama bulan ini difasilitasi," kata Dujarric, dikutip dari Anadolu Anjansi.

Dujarric mengatakan hanya satu dari 54 gerakan terkoordinasi yang difasilitasi oleh otoritas Israel di Gaza utara.

Sementara sebagian lainnya ditolak aksesnya oleh Israel.

"85 persen ditolak, sedangkan sisanya dihambat atau dibatalkan karena masalah keamanan atau logistik," jelasnya.

Dujarric menekankan bahwa saat ini Gaza utara sudah mulai kehabisan makanan.

"Hampir tidak ada lagi makanan yang tersisa untuk didistribusikan, akibat meningkatnya pengungsian paksa dari Gaza Utara ke provinsi Gaza," terangnya.

“Kelaparan menyebar dan semakin parah lagi,” katanya.

400.000 Warga Dipaksa Mengungsi

Israel juga mendesak seluruh warga di Gaza utara mengungsi.

Sekitar 400.000 warga Gaza Utara dipaksa mengungsi ke Selatan.

"Lebih dari 400.000 orang yang tetap tinggal di utara berada di bawah tekanan yang meningkat untuk pindah ke selatan," kata Wakil juru bicara PBB Farhan Haq.

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini memposting di X pribadinya bahwa serangan Israel ini menjebak ratusan ribu warga Gaza utara.

“Gaza Utara: Tak ada akhir bagi neraka. Setidaknya 400.000 orang terjebak di daerah tersebut," kata Lazzarini.

Ia mengatakan perintah evakuasi Israel baru-baru ini memaksa orang-orang untuk mengungsi lagi dan lagi, terutama dari Kamp Jabalia.

Namun banyak warga yang menolak perintah Israel.

“Banyak yang menolak karena mereka tahu betul bahwa tidak ada tempat di Gaza yang aman," jelasnya.

Penolakan juga diungkapkan oleh banyak warga Jabalia melalui sosial media mereka.

"Kami tidak akan pergi, kami mati, dan kami tidak akan pergi," tulis mereka, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.

Serangan Israel di Gaza Utara

Israel memulai serangan terbarunya di Gaza utara sekitar dua minggu lalu.

Mereka juga meminta seluruh warga di Gaza utara untuk meninggalkan wilayah tersebut dan bergerak ke Selatan, dikutip dari NPR.

Siapa pun yang telah mematuhi perintah itu selama perang tidak diizinkan untuk kembali.

Tidak hanya itu, Israel juga mengepung kamp pengungsi padat penduduk Jabalia di Gaza utara sejak 5 Oktober.

Warga sipil di Jabalia mengatakan serangan udara dari jet tempur dan pesawat nirawak telah menewaskan orang-orang di rumah mereka atau saat mereka mencoba melarikan diri.

Selama seminggu terakhir, serangan israel telah menewaskan 200 warga Gaza Utara.

Puluhan ribu keluarga masih terkepung di dalam kamp Jabalia.

Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) mengatakan sekitar 400.000 orang terjebak di utara.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait PBBGaza Utara dan Konflik Palestina vs Israel

Editor: Endra Kurniawan

Tag:  #krisis #bantuan #gaza #utara #sebut #persen #akses #dihalangi #israel

KOMENTAR