Israel Mulai Krisis Senjata: Setelah AS dan Jepang, Dua Sekutu Sepakat Hentikan Pasokan Amunisi
INFANTERI IDF - Pasukan Israel (IDF) berbaris dalam formasi saat melakukan agresi militer ke Jalur Gaza. 
10:40
8 Pebruari 2024

Israel Mulai Krisis Senjata: Setelah AS dan Jepang, Dua Sekutu Sepakat Hentikan Pasokan Amunisi

Israel kini mulai mengalami krisis senjata yang dipakai untuk membombardir wilayah Palestina. Selain boros pemakaian amunisi, negara-negara sahabatnya pun kini mulai enggan memasok alat-alat dan amunisi untuk negara zionis tersebut.

Dua negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Belgia dan Italia sepakat untuk menghentikan semua ekspor senjata, amunisi perang serta bahan peledak bubuk mesiu ke Israel.

Penangguhan tersebut dilakukan setelah Mahkamah Internasional menentang invasi dan aksi genosida yang dilakukan Israel hingga menyebabkan lonjakan korban jiwa yang mencapai 27.000 orang, sebagaimana dikutip dari Anadolu Ajansı.

Dalam keterangan tertulisnya Pemerintah regional Wallonia di Belgia menjelaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah tegas terhadap tindakan genosida yang dilakukan Israel , salah satunya dengan menangguhkan dua izin yang diberikan kepada perusahaan PB Clermont yang kerap memasok senjata ke Israel.

“Izin ekspor yang diberikan pada awal 2023 kepada pabrik amunisi PB Clermont yang berlokasi di Engis (Liège) kini ditangguhkan oleh Menteri-Presiden Wallonia Elio Di Rupo sesuai Perintah Mahkamah Internasional ,” kata Menteri Perumahan Belgia, Christophe Collignon.

“Adapun penangguhan MOU ini akan dilakukan mulai akhir bulan Februari 2024,” imbuh Collignon.

Hal serupa juga turut dilakukan Pemerintah Italia, lewat pengumuman yang dirilis Menteri Luar Negeri Antonio Tajani, ia mengungkapkan bahwa negaranya saat ini telah menghentikan pasokan senjatanya kepada pabrik - pabrik Israel meski Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu terus mendesak agar segera mengirimkan senjata tambahan ke tentara yang berada di jalur Gaza.

Daftar negara yang Setop Dukung Israel

Selain Belgia dan Italia, sejumlah negara besar lainnya telah lebih dulu melakukan langkah serupa dengan memutus semua kerjasama ekspor senjata dengan tujuan untuk menghentikan genosida di Gaza.

Seperti perusahaan asal Jepang Itochu Corp yang menyatakan bahwa unit penerbangan mereka akan menghentikan kerja sama dengan perusahaan senjata Israel Elbit Systems Ltd. pada akhir Februari karena perang di Jalur Gaza.

Kepala Keuangan Itochu Tsuyoshi Hachimura menuturkan keputusan itu diambil setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel bulan lalu untuk mencegah tindakan genosida terhadap warga Palestina.

Disusul langkah presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang baru – baru ini tengah mempertimbangkan rencana menghentikan ekspor senjata ke Israel. Tak sampai disitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika juga sepakat untuk membatalkan transfer dana bantuan militer sebesar 17,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 276 triliun untuk Israel.

"DPR AS menolak rancangan undang-undang bantuan untuk Israel yang diperkenalkan oleh Partai Republik pada akhir pekan lalu, karena tidak diajukan dengan itikad baik," kata Pemimpin Minoritas Demokrat di DPR Hakeem Jeffries, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Kemudian ada Australia yang juga ikut menunda pengiriman senjata dan arteri tempur untuk militer Israel. Pengereman terjadi pasca perang di Gaza pecah pada 7 Oktober lalu, sejak saat itu pemerintahan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mulai mengabaikan permintaan PM Israel Benyamin Netanyahu untuk melakukan persetujuan ekspor senjata dan peralatan militer.

Pemerintah Australia tak memberikan informasi lebih lanjut terkait alasan penundaan pengiriman senjata ke Israel, namun Salah satu yang menjadi pertimbangan untuk tidak melanjutkan rencana tersebut karena agresi Israel telah memicu lonjakan korban meninggal dunia di Gaza hingga tembus mencapai 26 ribu jiwa.

"Tampaknya ada tindakan 'lambat' yang disengaja dalam segala hal yang berkaitan dengan Israel sementara perang di Gaza terus berlanjut," kata sumber yang mengetahui masalah itu, sebagaimana dilansir dari Jerusalem Post.

Imbas penangguhan ekspor senjata, kini militer Israel yang berada di jalur Gaza terancam mengalami krisis senjata. Media Israel bahkan melaporkan tentang memburuknya kepercayaan unit militer di jalur Gaza pada otoritas Netanyahu pasca pemerintah menangguhkan pengiriman senjata ke medan perang.

Sistem peluncur rudal Falaq yang menjadi flagship dari gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah. Sistem peluncur rudal Falaq yang menjadi flagship dari gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah. (tangkap layar) Hizbullah Makin Percaya Diri Menyerang

Selain sedang berperang melawan Hamas, Israel juga terus menerus diserang oleh militan Hizbullah.

Bahkan kini Hizbullah makin percaya diri menggempur wilayah-wilayaj negara Yahudi tersebut.

Media di Tel Aviv bahkan menyebutkan kini, kelompok militan di Lebanon tersebut telah mengetahui kelemahan Israel.

Sekjen Hizbullah, Sayid Hassan Nasrallah, tidak pernah ragu untuk menantang Israel, di arena militer dan media.

"Salah satu media Israel mengatakan Sekjen Hizbullah, adalah orang berbahaya bagi Israel, dan lebih mengenal kepentingan-kepentingan Israel, daripada musuh lain, baik yang dekat maupun jauh," tulis laporan itu.

Menurut laporan itu, sejauh ini Hizbullah, hanya menggunakan lima persen kekuatan militernya dalam perang melawan pasukan Israel.

Sejak memegang tampuk kepemimpinan Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah, kata laporan itu, memusatkan perhatian pada perang melawan pasukan Israel.

"Nasrallah memahami sepenuhnya seluruh perkembangan politik Israel, oleh karena itu terkadang ia mengejutkan orang-orang Israel, dengan senjatanya. Selain itu ia mengenal dengan baik masyarakat Israel," katanya.

Pasukan elite Radwan Hizbullah dilaporkan menyiapkan pembalasan atas terbunuhnya seorang komandan senior unit mereka, Jawad Al-Taweel.

Satu di antara kekhawatiran adalah Pasukan Radwan menjalankan misi masuk menyerbu ke Israel yang akan menghasilkan perang front kedua di Israel. IDF diketahui tengah menggempur Gaza untuk menumpas Hamas.

Ribuan Rudal Dalam 2 Jam Perang

Terkait potensi terjadinya perang skala penuh lintas perbatasan, media Israel juga melaporkan kalau Hizbullah memiliki kemampuan untuk meluncurkan sekitar seribu rudal ke Tel Aviv hanya dalam waktu operasional dua jam.

Laporan tersebut menunjukkan kalau beberapa dari rudal ini akan dipandu secara presisi ke sasaran tertentu secara spesifik, sementara yang lain akan diarahkan ke gedung pencakar langit di Tel Aviv.

Al-mayadeen melansir, laporan media Israel ini terkait kontes potensi perang lintas-teritorial yang belakangan makin menunjukkan tanda-tanda yang jelas.

"Namun, laporan tersebut menahan diri untuk tidak membahas target potensial yang berdekatan dengan menara-menara tersebut, yang telah diidentifikasi oleh Hizbullah sebagai target dalam perang berikutnya,” menurut laporan tersebut seperti dilansir Al mayadeen.

Beberapa hari lalu, para pejabat Israel mengakui kalau Hizbullah, telah berhasil mengosongkan permukiman di wilayah utara Palestina yang diduduki tanpa menggunakan kekuatan apa pun.

Menurut para pejabat, komandan Pasukan Pendudukan Israel (IDF) di wilayah utara telah menerima instruksi untuk tidak meningkatkan konfrontasi dengan perlawanan Lebanon.

Editor: Hendra Gunawan

Tag:  #israel #mulai #krisis #senjata #setelah #jepang #sekutu #sepakat #hentikan #pasokan #amunisi

KOMENTAR