PM Palestina Mohammad Shtayyeh: Kami Ingin Israel Menarik Diri Sepenuhnya dari Gaza
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh memimpin rapat kabinet di kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki pada 29 Januari 2024, di tengah pertempuran yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Gaza. 
08:50
8 Februari 2024

PM Palestina Mohammad Shtayyeh: Kami Ingin Israel Menarik Diri Sepenuhnya dari Gaza

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh memberikan respons positif terhadap segala upaya untuk menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

Dengan adanya upaya gencatan di Gaza yang ditengahi oleh Mesir, Qatar dan semua negara Arab, Shtayyeh sangat berterima kasih dengan upaya tersebut.

Ia juga menyambut baik segala upaya gencatan senjata, terutama pembebasan tahanan dan menghentikan perpindahan sistematis warga Palestina yang diinginkan oleh Israel.

Diketahui, Israel telah mendorong 1,7 juta warga Palestina menuju Rafah.

Di mana Rafah merupakan wilayah geografis yang sangat kecil, lebih kecil dari Gaza.

Sementara itu, Shtayyeh mengatakan tujuan Netanyahu adalah tetap melanjutkan agresi Israel terhadap rakyat Palestina.

“Sejak hari pertama, kami tahu bahwa agenda Perdana Menteri ( Benjamin Netanyahu ) dan pemerintah Israel adalah melanjutkan agresi terhadap rakyat Palestina,” kata Shtayyeh.

Oleh karena itu, Shtayyeh menegaskan Israel untuk mengakhiri agresinya terhadap rakyat Palestina.

Sehingga tidak ada hari setelah perang, tetapi adanya gencatan senjata total di seluruh wilayah Palestina.

“Kami tidak hanya menginginkan hari setelahnya untuk Gaza tetapi hari setelahnya untuk seluruh wilayah Palestina, khususnya Tepi Barat," tegasnya, dikutip dari Al Mayadeen.

Ia menambahkan, pemerintahannya menginginkan penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza.

Meskipun Israel tidak menarik mundur pasukannya, Shtayyeh menegaskan Otoritas Palestina (PA) tetap akan berada di Gaza.

Hal tersebut lantaran Gaza merupakan bagian integral dari Negara Palestina.

Ia menekankan Israel segera menghentikan agresinya dan dunia harus segera mengakui negara Palestina.

"Dunia mengakui Negara Palestina dengan 'perbatasannya tahun 1967', ibu kotanya al-Quds," jelasnya.

Tidak hanya itu, ia juga ingin para pengungsi mendapatkan haknya kembali melalui konferensi internasional yang mengarah pada pengakuan Negara Palestina.

AS Ingin Capai Kesepakatan

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken diketahui telah mengadakan pertemuan di Palestina pada Rabu (7/2/2024).

Dalam pertemuan terseut, AS memiliki kepentingan untuk mencapai kesepakatan dari kedua negara.

Namun menurutnya, Amerika Serikat hanya memiliki kemampuan yang terbatas.

Pasalnya, Netanyahu terus memeras pemerintah AS.

Ia juga mengatakan Netanyahu akan terus melakukan agresi di Gaza selama mungkin.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan Netanyahu karena ia ingin tetap berkuasa terhadap rakyat Palestina.

Sementara soal gencatan senjata di Gaza, Shtayyeh ragu jika Israel akan memenuhi semua ketentuan-ketentuannya.

Keraguan Netanyahu berdasarkan dengan kenyataan sebelumnya.

Di mana Israel selalu melanggar kesepakatan.

Tidak hanya itu, Shtayyeh juga mengatakan kepentingan Netanyahu tidak sejalan dengan penghentian perang.

Hal tersebut lantaran Netanyahu belum mencapai tujuannya.

Sebagai informasi, Israel melancarkan serangan bertubi-tubi ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Akibat serangan tersebut, 27.585 warga Palestina tewas dan 66.978 lainnya mengalami luka-luka.

Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan.

Sementara 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait Mohammad Shtayyeh dan Konflik Palestina vs Israel

Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

Tag:  #palestina #mohammad #shtayyeh #kami #ingin #israel #menarik #diri #sepenuhnya #dari #gaza

KOMENTAR