5 Fakta Terkini soal Perbatasan Rafah: Urat Nadi Gaza yang Kini Jadi Simbol Krisis Kemanusiaan
Ilustrasi: Perbatasan Rafah, gerbang menuju Gaza yang masih ditutup oleh Israel padahal sudah sepakat gencatan senjata. (REUTERS/Stringer).
16:36
21 Oktober 2025

5 Fakta Terkini soal Perbatasan Rafah: Urat Nadi Gaza yang Kini Jadi Simbol Krisis Kemanusiaan

 - Di tengah konflik yang belum berakhir, perbatasan Rafah Crossing antara Jalur Gaza dan Mesir kembali menjadi sorotan dunia. Bukan hanya karena nilai strategisnya, tapi juga karena perannya yang vital bagi jutaan warga Gaza yang kini hidup di bawah blokade berkepanjangan.

Perbatasan tersebut jadi perbincangan lantaran Zionis Israel tak kunjung membukanya. Padahal, pihak Mesir, sudah berupaya untuk membiarkan armada bantuan kemanusiaan dunia menuju Gaza untuk melintas jalur tersebut.

Berikut lima hal penting yang perlu diketahui tentang kondisi terbaru di perbatasan Rafah, titik kecil di peta yang kini memegang nasib besar bagi kemanusiaan.

Pintu Kehidupan yang Kini Terkunci

Rafah Crossing dulunya menjadi satu-satunya jalur keluar masuk warga Gaza menuju dunia luar, terutama bagi mereka yang membutuhkan perawatan medis, pendidikan, atau keselamatan.

Namun sejak Mei 2024, militer Israel mengambil alih sisi Palestina dari perbatasan ini dengan alasan 'keamanan' dan dugaan penyelundupan senjata. Sejak saat itu, akses kemanusiaan praktis lumpuh, memutus aliran bantuan vital seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

Sempat Dibuka, Tapi Hanya Sesaat

Harapan sempat muncul pada Januari 2025, ketika gencatan senjata yang dimediasi Donald Trump memungkinkan pembukaan sementara Rafah. Beberapa warga berhasil keluar dan sejumlah truk bantuan sempat melintas.

Namun euforia itu hanya berlangsung singkat. Pemerintah Israel kemudian mengumumkan bahwa Rafah tetap ditutup hingga pemberitahuan lebih lanjut, menuding Hamas tidak memenuhi syarat-syarat kesepakatan, termasuk pengembalian jenazah sandera.

Diplomasi Buntu, Warga Jadi Korban

Mesir, Israel, dan Hamas kini terjebak dalam tarik-menarik politik. Israel menuntut kontrol penuh atas perbatasan, sementara Mesir menolak menanggung beban pengungsi tambahan.

Di tengah kebuntuan ini, ratusan truk bantuan menumpuk di kota El-Arish, Mesir, hanya beberapa kilometer dari Gaza — menunggu izin yang tak kunjung datang. Bagi penduduk Gaza, setiap hari penundaan berarti lebih sedikit makanan, air, dan listrik.

Bantuan Dialihkan Lewat Jalur Alternatif

Sebagian bantuan kini dialihkan melalui pos Kerem Shalom, beberapa kilometer dari Rafah. Namun proses pemeriksaannya sangat ketat: setiap truk diperiksa satu per satu, barang diturunkan, dicek, lalu dipindahkan ke kendaraan lain untuk masuk ke Gaza.

Hasilnya, bantuan mengalir terlalu lambat. Dari target 600 truk per hari seperti yang dijanjikan dalam perjanjian gencatan senjata, hanya sebagian kecil yang berhasil masuk, sebagian besar melalui Kerem Shalom dan Kissufim.

Rafah Jadi Simbol Gagalnya Kemanusiaan

Kini, Rafah bukan sekadar nama perbatasan, ia adalah simbol politik yang gagal dan krisis kemanusiaan yang terus dibiarkan.

Pintu yang seharusnya membawa harapan justru menjadi saksi bagaimana diplomasi internasional tidak mampu menyelamatkan nyawa warga sipil. Setiap hari, Gaza semakin terisolasi, sementara dunia hanya bisa menatap gerbang besi yang tak kunjung terbuka.

Editor: Sabik Aji Taufan

Tag:  #fakta #terkini #soal #perbatasan #rafah #urat #nadi #gaza #yang #kini #jadi #simbol #krisis #kemanusiaan

KOMENTAR