Bombing of Darwin: Serangan Dahsyat Jepang yang Menggetarkan Australia pada 1942
Serangan bom Jepang terhadap fasilitas penyimpanan minyak di Stokes Hill, sekitar Pelabuhan Darwin pada 1942. (National Archives of Australia)
10:51
10 Oktober 2025

Bombing of Darwin: Serangan Dahsyat Jepang yang Menggetarkan Australia pada 1942

Pada 19 Februari 1942, pasukan Jepang melancarkan dua gelombang serangan udara ke Darwin, wilayah paling utara benua Australia. Operasi ini dirancang dan dipimpin oleh komandan yang sebelumnya bertanggung jawab atas serangan di Pearl Harbor, sepuluh minggu sebelumnya.

Dikutip dari National Archives of Australia, gelombang pertama melibatkan 188 pesawat tempur Jepang yang lepas landas dari empat kapal induk di Laut Timor, sedangkan gelombang kedua melibatkan 54 pembom berbasis darat.

Armada tempur Jepang terdiri atas dua kapal penjelajah berat, satu kapal penjelajah ringan, tujuh kapal perusak, tiga kapal selam, dan dua kapal penjelajah berat lain yang berperan sebagai pengawal jarak jauh.

Kronologi

Serangan pertama dimulai sekitar pukul 10 pagi. Pesawat pengebom Kate menargetkan kapal-kapal, infrastruktur pelabuhan, dan pusat kota Darwin. Setelah itu, pesawat Val dan pesawat tempur Zero melakukan penyerangan ke area pelabuhan serta pangkalan militer dan udara sipil.

Dalam waktu sekitar 25 menit, serangan menghancurkan sebagian besar fasilitas vital Darwin. Tak lama kemudian, sekitar pukul 11.45 siang, gelombang kedua dilancarkan dengan pemboman ketinggian tinggi yang menargetkan pangkalan udara Angkatan Udara Australia (RAAF).

Menurut Anzac Memorial, dua gelombang pengeboman tersebut menjadikan hari itu sebagai salah satu momen paling menakutkan dalam sejarah Australia.

Serangan pertama datang dari empat kapal induk di Laut Arafura, sekitar 350 km barat laut Darwin. Sementara itu, serangan kedua dilakukan oleh pesawat-pesawat yang lepas landas dari pangkalan udara Jepang di Kendari, Sulawesi, dan Ambon yang baru saja direbut.

Tujuan Jepang

Berbeda dari kekhawatiran warga sipil saat itu dan mitos yang berkembang, Jepang sebenarnya tidak berniat menginvasi Australia.

Tujuan utama mereka adalah melemahkan kekuatan sekutu yang berbasis di wilayah utara Australia, dan mendukung invasi mereka ke Timor dan Jawa yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda.

Dengan melumpuhkan Darwin, Jepang berusaha mengganggu basis sekutu yang berpotensi menjadi ancaman bagi ekspansi militernya di Asia Tenggara.

Kerugian

Menurut Anzac Memorial, serangan ini menewaskan sekitar 235 orang dan melukai antara 300 hingga 400 lainnya.

Sekitar 30 pesawat hancur, termasuk sembilan dari sepuluh pesawat yang digunakan untuk pertahanan. Sembilan kapal di pelabuhan dan dua kapal di luar perairan Darwin tenggelam. Beberapa fasilitas sipil dan militer juga rusak parah.

Di sisi lain Jepang juga mengalami kerugian, empat pesawat mereka jatuh, yang terdiri atas dua pengebom Val dan dua pesawat tempur Zero.

Salah satu pesawat Zero jatuh di Pulau Melville, utara Darwin. Pilotnya ditangkap oleh seorang pria Aborigin, menjadikannya tawanan perang.

Serangan yang Terus Berlanjut

Serangan udara di wilayah utara Australia terus berlanjut hingga November 1943, dengan lebih dari 200 kali serangan di Top End atau sebutan bagi wilayah paling utara benua itu.

Serangan terakhir tercatat terjadi pada Juni 1944, ketika pesawat musuh terakhir ditembak jatuh di wilayah Northern Territory.

Selain Darwin, beberapa kota lain di Australia utara juga menjadi target serangan Jepang, termasuk Townsville, Katherine, Wyndham, Derby, Broome, dan Port Hedland.

Reaksi terhadap serangan itu pun penuh kepanikan. Dalam hitungan jam setelah serangan pertama, sebagian besar penduduk sipil Darwin mulai mengungsi ke arah selatan.

Di pangkalan udara RAAF, situasi tak kalah kacau. Banyak personel yang dipindahkan secara tergesa-gesa ke lokasi lain, sementara penjarahan dan kekacauan mulai terjadi di kota.

Respons Pemerintah

Untuk menanggapi situasi ini, pemerintah Australia membentuk Commission of Inquiry yang dipimpin oleh Hakim Lowe. Komisi tersebut merilis dua laporan pada 27 Maret dan 9 April 1942, untuk menelusuri penyebab serta dampak dari kekacauan pasca-serangan.

Dalam beberapa bulan setelah kejadian itu, Darwin mulai bangkit. Pertahanan diperkuat dengan sistem radar, sorotan pencari, dan pasukan tempur udara yang lebih terkoordinasi.

Pasukan sekutu, terutama Amerika Serikat, mulai bergabung dalam operasi balasan. Pasukan Belanda dan Inggris juga turut serta dalam operasi udara dan laut di kawasan tersebut. Pada akhir 1942, situasi mulai berbalik, pasukan Jepang mulai dipukul mundur.

Dilansir dari City of Darwin, sebagai bentuk penghormatan, pada 7 Desember 2011, Gubernur Jenderal Persemakmuran Australia menetapkan 19 Februari sebagai hari peringatan nasional yang dinamai Bombing of Darwin Day.

Pada tahun 2025, Australia memperingati 83 tahun peristiwa bersejarah tersebut. Bombing of Darwin Day bukan sekadar momen mengenang tragedi, tetapi juga menjadi simbol keberanian para prajurit, relawan, dan warga sipil yang bertahan menghadapi kehancuran. (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #bombing #darwin #serangan #dahsyat #jepang #yang #menggetarkan #australia #pada #1942

KOMENTAR