



Bagaimana Qatar Damaikan Iran-Israel?
Qatar muncul sebagai pihak yang memainkan peran penting dalam mendorong tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran setelah berperang selama 12 hari.
Peran mediasi ini dilakukan hanya berselang beberapa jam setelah wilayah Qatar sendiri menjadi target serangan balasan Iran.
Serangan itu ditujukan ke Pangkalan Udara Al Udeid pada Senin (23/6/2025), yang merupakan salah satu fasilitas militer Amerika Serikat (AS) terbesar di kawasan.
Meski sempat mengecam serangan tersebut, Pemerintah Qatar tak menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Iran. Sebaliknya, mereka dengan cepat mengambil posisi sebagai penengah antara dua musuh tersebut.
Qatar bergerak di balik layar
Serangan Iran ke pangkalan militer AS di Qatar terjadi sebagai balasan atas aksi militer Amerika yang sebelumnya menghantam beberapa fasilitas nuklir penting milik Iran.
Namun menurut Mayor Jenderal Shayeq Misfer al-Hajri, Wakil Kepala Staf Gabungan Qatar, hampir seluruh rudal yang diluncurkan berhasil dicegat sebelum menimbulkan kerusakan berarti.
Alih-alih membalas secara militer, Doha mengambil langkah diplomatik. Pemerintah Qatar juga memanggil Duta Besar Iran di Doha pada hari Selasa (24/6/2025), namun tidak mengumumkan sanksi atau tindakan hukuman lainnya.
Menurut laporan The New York Times, Qatar ternyata telah mulai bergerak secara diam-diam untuk menjembatani komunikasi antara Iran dan AS, yang merupakan sekutu utama Israel.
Sejumlah diplomat yang mengetahui proses negosiasi mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump secara langsung meminta Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, untuk membantu membujuk Teheran agar menyetujui proposal gencatan senjata.
Setelah Israel menyetujui rancangan proposal yang diajukan oleh AS, Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, melakukan pembicaraan langsung melalui telepon dengan pimpinan Iran pada Senin malam.
Menurut sumber yang mengetahui isi pembicaraan, Qatar berhasil meyakinkan Iran untuk menerima kesepakatan gencatan senjata.
Seorang pejabat senior dari Gedung Putih, yang enggan disebutkan namanya, membenarkan bahwa Emir Qatar memainkan peran signifikan dalam proses perundingan damai tersebut.
Gencatan senjata pun mulai diberlakukan pada Selasa pagi dan hingga kini situasi disebut masih dalam kondisi relatif tenang.
Qatar ingin tunjukkan nilai strategisnya
Mantan Duta Besar Inggris untuk Qatar, Nicholas Hopton, menilai bahwa respons cepat Doha menunjukkan betapa seriusnya negara itu menjaga hubungan baik dengan AS.
“Trump ingin deeskalasi, dan Qatar mampu membantu mewujudkannya,” kata Hopton.
Menurut Hopton, keberhasilan Qatar menengahi konflik antara Iran dan Israel juga merupakan bentuk diplomasi strategis untuk memperkuat posisinya sebagai mitra penting Washington di Timur Tengah.
Dengan jumlah penduduk yang hanya sekitar 3 juta jiwa, Qatar menyadari pentingnya perlindungan militer dari AS, terutama di tengah hubungan yang kadang kurang harmonis dengan negara tetangganya seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
“Hubungan dekat dengan Amerika menjadi pilar utama kebijakan luar negeri Qatar. Mereka kerap memanfaatkan momentum untuk menunjukkan bahwa mereka adalah sekutu yang bisa diandalkan,” ujar Hopton.