



Pakar Militer Rusia Peringatkan Moskow Harus Siap Perang dengan NATO
Mengutip Newsweek, Korotchenko, yang sering membuat pernyataan kontroversial di media milik negara Rusia, meramalkan konflik masa depan antara Rusia dan Barat.
Dalam opini yang diterbitkan di surat kabar Moskovsky Komsomolets, pada malam peringatan tiga tahun invasi Rusia ke Ukraina, Korotchenko menyatakan bahwa Rusia harus bersiap menghadapi kemungkinan konfrontasi militer dengan NATO.
"Tentara Rusia harus siap menghadapi setiap perkembangan situasi dalam jangka menengah, termasuk potensi konflik militer dengan NATO di Eropa dalam dekade mendatang," tulisnya.
Korotchenko menambahkan bahwa meskipun hubungan Rusia dengan Presiden AS Donald Trump saat ini stabil, ada kemungkinan perubahan besar setelah empat tahun, saat pemimpin baru AS terpilih.
"Oleh karena itu, penilaian Rusia tentang tujuan strategis musuh geopolitiknya tidak boleh didasarkan hanya pada niat elit Barat saat ini, melainkan pada evaluasi kekuatan militer kolektif Barat secara keseluruhan," tambahnya.
Apa yang Melatarbelakangi Peringatan Korotchenko?
Ketegangan antara Rusia dan Barat meningkat pesat sejak invasi yang dilakukan Vladimir Putin ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Saat AS dan Rusia berusaha melakukan pembicaraan rahasia untuk mengakhiri perang, anggota NATO mulai mengkhawatirkan keamanan negara-negara Eropa.
NATO memperingatkan perlunya meningkatkan pertahanan untuk menghadapi potensi agresi Rusia yang bisa melampaui batas Ukraina.
Rusia, di sisi lain, menuduh NATO terlibat dalam konfrontasi langsung dengan memberikan bantuan militer kepada Ukraina selama konflik berlangsung.
Pejabat Rusia sering kali mengancam akan menyerang negara-negara anggota NATO karena mengirim peralatan dan senjata ke Ukraina.
Pada saat yang sama, AS dan Rusia terus bernegosiasi untuk menjadi penengah dalam kesepakatan damai, meskipun Ukraina tidak dilibatkan dalam diskusi ini.
Starmer Peringatkan Keamanan Eropa
Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, dalam artikelnya untuk The Telegraph yang diterbitkan pada 16 Februari, menyatakan bahwa Eropa menghadapi momen penting untuk keamanan kolektif.
"Kita menghadapi momen yang hanya terjadi sekali dalam satu generasi untuk keamanan kolektif benua kita," ujar Starmer.
"Ini bukan hanya masalah masa depan Ukraina, tapi juga masalah eksistensial bagi Eropa."
Starmer menyatakan kesiapannya untuk mengerahkan pasukan Inggris di Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan damai potensial, dengan tujuan menjamin perdamaian jangka panjang yang akan mencegah agresi lebih lanjut dari Putin.
Ancaman Keamanan dari Rusia
Sementara itu, dinas keamanan Latvia (SAB) memperingatkan bahwa jeda dalam konflik di Ukraina dapat memungkinkan Rusia membangun kembali kekuatan militernya.
SAB melaporkan pada 17 Februari bahwa badan intelijen Rusia sedang mempersiapkan kemungkinan sabotase di Eropa sebagai bagian dari persiapan untuk konfrontasi jangka panjang dengan NATO.
"Jika perang di Ukraina membeku, Moskow akan dapat meningkatkan kekuatan militernya di dekat perbatasan timur laut NATO, termasuk negara-negara Baltik, dalam lima tahun ke depan," kata laporan tersebut.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
AS dan Rusia saat ini berdiskusi untuk mencapai kesepakatan damai, tetapi tanpa melibatkan Ukraina.
Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan pada 22 Februari bahwa Trump optimis bahwa kesepakatan tersebut dapat segera tercapai.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Tag: #pakar #militer #rusia #peringatkan #moskow #harus #siap #perang #dengan #nato