'Kami Adalah The Day After', Al-Qassam Kirim Pesan Menentang Israel Saat Pembebasan Sandera
Pesan tersebut, yang ditulis dalam bahasa Arab, Ibrani, dan Inggris, secara luas dinilai sebagai respons langsung terhadap tuntutan Israel agar Hamas melepaskan kendali atas Gaza.
Israel belakangan memang sibuk membahas 'The Day After' seputar siapa yang akan mengelola Gaza pasca-perang.
Israel menyatakan, tidak mau Hamas berkuasa di wilayah kantung Palestina tersebut namun gagal melenyapkan gerakan tersebut dalam bombardemen buta selama 15 bulan agresi militer darat.
Spanduk tersebut menampilkan bendera Palestina di samping gambar kepalan tangan yang terangkat, melambangkan pembangkangan.
Frasa "Kami adalah hari berikutnya" (We Are The Day After) muncul beberapa hari setelah laporan kalau Israel mengusulkan pengasingan pemimpin Hamas dari Gaza sebagai syarat untuk melanjutkan negosiasi gencatan senjata tahap dua.
Presiden AS Donald Trump juga baru-baru ini merujuk pada usulan untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza ke Mesir, Yordania, atau negara lain.
Menurut situs berita Israel, Walla, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan kepada pejabat AS di Washington kalau setiap perjanjian di masa depan mengenai Gaza harus mencakup kepergian pimpinan senior Hamas.
Sementara itu, Otoritas Penyiaran Israel (KAN) melaporkan kalau sejumlah beberapa pejabat Israel memang bersedia menerima keberlanjutan eksistensi politik Hamas, namun mereka menentang kehadirannya di Gaza.
Mereka juga membandingkan rencana deportasi para pemimpin Hamas itu dengan pengasingan pemimpin gerakan PLO ke Tunisia pada tahun 1980-an.
Proses pertukaran tahanan dilanjutkan di Deir al-Balah, Gaza tengah, dengan peningkatan kehadiran para petempur Al-Qassam yang mengawasi penyerahan tersebut.
Kerumunan warga Palestina berkumpul di lokasi tersebut untuk menyaksikan pemindahan tahanan ke Komite Palang Merah Internasional.
Dengan selesainya gelombang kelima, Al-Qassam telah membebaskan total 16 tawanan Israel sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel.
PEMBEBASAN SANDERA - Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic yang diambil pada Sabtu (8/2/2025), menunjukkan 3 sandera Israel yang dibebaskan pada hari yang sama, berdiri di atas panggung bersama pejuang Hamas. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)Foto Bersama di Atas Panggung
Pada Sabtu Israel akan membebaskan 183 tahanan Palestina, termasuk 18 orang yang menjalani hukuman seumur hidup sebagai imbalan pembebasan 3 sanderanya.
Para sandera Israel itu adalah Eli Sharabi (52), Or Levy (34), dan Ohad Ben Ami (56) dibebaskan dari lokasi di Deirel Balah, Gaza tengah.
Keputusan ini merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang telah dijalin antara Israel dan Hamas.
Dalam pembebasan tersebut, Hamas menyiapkan sebuah panggung yang dimeriahkan oleh puluhan pejuang Hamas.
Dalam suasana tersebut, ketiga sandera tersebut bahkan terlihat berfoto bersama di atas panggung sebelum serah terima dilakukan.
Setelah proses pembebasan, mereka dibawa oleh anggota Komite Internasional Palang Merah untuk memastikan keselamatan mereka.
Sebagai imbalan atas pembebasan tiga sandera ini, Israel sepakat untuk melepaskan 183 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.
Menurut laporan dari Times of Israel, kelompok tahanan ini akan dibebaskan dari dua lokasi berbeda:
Penjara Keziot di Israel selatan dan Penjara Ofer di Tepi Barat yang diduduki.
Di antara 183 tahanan yang dibebaskan, tujuh di antaranya akan diasingkan.
Apa Langkah Selanjutnya Setelah Pembebasan?
Mengutip Al Jazeera, gencatan senjata ini tidak hanya tentang pembebasan tawanan.
Setelah ini, militer Israel dijadwalkan untuk menarik diri sepenuhnya dari Koridor Netzarim.
Selain itu, Israel diharuskan untuk mengizinkan pergerakan bebas antara bagian selatan dan utara Jalur Gaza.
Koridor Netzarim, yang telah dikuasai oleh militer Israel sejak awal perang, telah menghambat mobilitas di kawasan tersebut.
Namun, warga diimbau untuk tetap berhati-hati saat melintasi area yang masih rawan tersebut.
Bagaimana Dengan Negosiasi Selanjutnya?
Dalam perkembangan berikutnya, negosiasi lanjutan diharapkan dimulai minggu ini untuk fase kedua gencatan senjata di Gaza.
Negosiasi ini diharapkan dapat mencakup pertukaran lebih lanjut serta pengaturan peta jalan untuk mengakhiri perang.
Namun, proses ini sempat terhambat setelah adanya konsultasi antara Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Donald Trump melontarkan rencana yang menuai banyak kritik, yaitu rencana di mana AS akan mengambil alih Gaza sementara sebagian besar penduduk diungsikan.
Sementara itu, situasi di Tepi Barat yang diduduki tetap tegang, dengan serangan militer Israel yang terus berlanjut, terutama di wilayah Jenin, Tulkarm, Tammun, dan kamp pengungsi Al-Fara.
Hingga saat ini, puluhan orang telah tewas dan banyak yang ditahan dalam serangkaian operasi militer ini.
(oln/PC/*)
Tag: #kami #adalah #after #qassam #kirim #pesan #menentang #israel #saat #pembebasan #sandera