Ketegangan Memuncak! Bentrokan Pasca-Gencatan Senjata Tewaskan 22 Warga Lebanon yang Pulang Kampung
Sebanyak 22 warga sipil tewas dan 124 lainnya terluka akibat tembakan tentara Israel saat berusaha kembali ke daerah mereka di Lebanon selatan pada Minggu (26/1), menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Sebelumnya, kantor berita pemerintah NNA melaporkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 15, dengan rincian tiga orang di kota Aitaroun, tiga di Hula, empat di Markaba, dan dua di Mays al-Jabal. Satu orang tewas masing-masing di al-Adisa, Kfarkila, dan Dahiras.
Media tersebut menyebutkan bahwa para korban ditembaki oleh tentara Israel ketika mereka berusaha kembali ke wilayah mereka di Lebanon selatan.
Sementara itu, tentara Israel mengklaim bahwa tembakan tersebut ditujukan untuk mencegah ancaman di beberapa area Lebanon selatan.
Pernyataan militer menyebutkan bahwa beberapa tersangka telah ditangkap untuk diinterogasi, dan pasukan Israel tetap berada di Lebanon selatan, "beroperasi sesuai dengan kesepakatan antara Israel dan Lebanon."
Peningkatan ketegangan terjadi setelah masa 60 hari untuk penarikan tentara Israel dari Lebanon selatan berakhir pada hari Minggu.
Tentara Lebanon mendorong warga agar menahan diri dan mengikuti instruksi militer demi keselamatan mereka.
Presiden Lebanon, Joseph Aoun, juga meminta penduduk Lebanon selatan untuk bersikap sabar dan mempercayakan keamanan mereka kepada tentara.
"Kedaulatan Lebanon dan integritas wilayahnya tidak dapat ditawar, dan saya berkomitmen untuk memperjuangkan isu ini di tingkat tertinggi demi hak dan martabat Anda," katanya dalam sebuah pernyataan.
Perdana Menteri yang baru ditunjuk, Nawaf Salam, juga menyerukan hal serupa kepada masyarakat Lebanon.
Penjabat Perdana Menteri Najib Mikati mengajak negara-negara yang mendukung perjanjian gencatan senjata "untuk mendesak musuh (Israel) segera menarik diri dari wilayah selatan."
Sementara itu, Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, mengecam tindakan tentara Israel yang menyebabkan kematian warga sipil.
"Darah dan luka warga Lebanon yang tidak berdaya adalah sebuah panggilan mendesak bagi komunitas internasional dan sponsor perjanjian gencatan senjata untuk mengambil tindakan segera dan memaksa Israel keluar dari tanah kami," ujarnya.
Gencatan senjata yang rapuh diberlakukan antara Israel dan Lebanon sejak 27 November, berakhirnya pertempuran antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada 8 Oktober 2023, dan meningkat menjadi konflik berskala penuh pada 23 September 2024.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel diharuskan menarik pasukannya secara bertahap dari selatan garis biru, perbatasan de facto, sementara tentara Lebanon akan dikerahkan di Lebanon selatan dalam waktu 60 hari.
Tag: #ketegangan #memuncak #bentrokan #pasca #gencatan #senjata #tewaskan #warga #lebanon #yang #pulang #kampung