Trump Disebut Desak Netanyahu Tolak Kesepakatan Pembebasan Sandera: Bisa Untungkan Kamala Harris
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump. 
16:40
21 Agustus 2024

Trump Disebut Desak Netanyahu Tolak Kesepakatan Pembebasan Sandera: Bisa Untungkan Kamala Harris

– Calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, dilaporkan mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu agar menolak kesepakatan tentang pembebasan sandera di Jalur Gaza.

Menurut laporan PBS, Trump takut kesepakatan itu bisa membantu calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, memenangkan pilpres.

“Laporan bahwa mantan Presiden Trump berbicara lewat telepon dengan Perdana Menteri Israel, mendesaknya agar saat ini tidak menyetujui kesepakatan karena hal itu dipercaya akan membantu kampanye Harris,” kata Judy Woodruff, wartawan PBS.

Portal berita Axios pekan lalu menerbitkan laporan yang mengklaim Trump dan Netanyahu berkomunikasi lewat telepon untuk membahas gencatan senjata dan pembebasan sandera.

Kantor Netanyahu dan pihak Trump sama-sama membantah laporan tersebut.

Sementara itu, dalam konferensi pers di New Jersey hari Kamis pekan lalu, Trump mengaku meminta Netanyahu untuk cepat-cepat merampungkan perang di Gaza.

“Saya mendukungnya agar menyelesaikan ini. Kamu ingin merampungkannya dengan cepat. Menanglah, dapatkan kemenanganmu, dan selesikan. Perang harus dihentikan, pembunuhan harus dihentikan,” ujar Trump.

Meski demikian, Trump juga mengkritik tuntutan-tuntutan dalam kesepakatan gencatan senjata.

Adapun perundingan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera dikabarkan terancam gagal.

Israel sudah menyetujui usulan yang disusun oleh AS, Mesir, dan Qatar. Namun, Hamas menyatakan tidak akan menyetujuinya.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden dalam Konvensi Nasional Demokrat hari Senin lalu berjanji akan membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, perdamaian ke Timur Tengah, dan mewujudkan gencatan senjata.

Blinken: Israel sudah menyetujui usulan

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berujar Israel sudah menyetujui usulan gencatan senjata dan pembebasan sandera. Blinken kemudian meminta Hamas untuk turut menyetujuinya.

Para pejabat AS berharap kesepakatan gencatan senjata bisa membatalkan serangan balasan Iran dan Hizbullah ke Israel.

Ketegangan di Asia Barat meningkat setelah Israel membunuh Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh dan panglima Hizbullah Fuad Shukr.

Blinken dilaporkan berbincang dengan Netanyahu selama 2,5 jam pada hari Senin. Dia akan pergi Mesir dan Qatar untuk membicarakan negosiasi.

AS, Mesir, dan Qatar sudah berperan menjadi juru penengah selama berbulan-bulan. Namun, perundingan gencatan senjata tak kunjung membuahkan hasil.

“Dalam pertemuan yang sangat konstruktif dengan Perdana Menteri Netanyahu, dia mengonfirmasi kepada saya bahwa Israel mendukung usulan [gencatan senjata] itu,” kata Blinken kepada wartawan, dikutip dari Associated Press.

Menurut Blinken, andai nantinya Hamas juga menyetujui usulan itu, para juru runding masih memerlukan waktu beberapa hari untuk memahami “penerapan kesepakatan” itu.

Dia menyebut masih ada beberapa persoalan rumit yang memerlukan keputusan para pemimpin.

Sementara itu, Hamas mengaku sudah tak lagi percaya kepada AS sebagai juru penengah.

Hamas menuding AS berpihak pada Israel karena AS membuat tuntutan baru yang ditolak oleh Hamas.

Adapun Netanyahu mengatakan Israel mengapresiasi AS yang sudah menujukkan upayanya membebaskan warga Israel yang disandera Hamas di Gaza.

Dia berujar kini sedang ada upaya untuk membebaskan sebanyak-banyaknya sandera dalam tahap pertama kesepakatan gencatan senjata.

Diperkirakan masih ada sekitar 110 warga Israel yang masih disandera di Gaza. Israel menyebut sepertiganya sudah meninggal.

Pada bulan November 2023 ada lebih dari 100 sandera yang dibebaskan saat gencatan senjata selama seminggu.

(Tribunnews/Febri)

Editor: Nanda Lusiana Saputri

Tag:  #trump #disebut #desak #netanyahu #tolak #kesepakatan #pembebasan #sandera #bisa #untungkan #kamala #harris

KOMENTAR