Ada 2 Penyebab Anak Sering Mengisap Jempol Menurut Psikologi, Ada Masalah?
Ternyata anak yang sering mengisap jempolnya kemungkinan besar mempunyai masalah kejiwaan atau psikollgis.
15:50
24 Oktober 2024

Ada 2 Penyebab Anak Sering Mengisap Jempol Menurut Psikologi, Ada Masalah?

- Pernahkan Anda memperhatikan saat anak sering mengisap jempolnya sendiri? Tiap waktu, anak terlihat memasukkan jempolnya ke mulut dalam keadaan apapun. Jika Anda mencoba menghentikannya, anak mungkin berhenti sejenak mengisap jempolnya untuk kemudian kembali mengisapnya kembali saat Anda tak sadar.

Menurut psikologi, tingkah laku anak yang sering mengisap jempolnya itu bukan tanpa alasan. Itu adalah cara komunikasi anak untuk mengungkapkan sesuatu. Dikutip dari India Parenting, setidaknya ini 2 alasan anak sering mengisap jempolnya sendiri.    1. Masalah gigi   Saat anak sering terlihat mengisap jempolnya, itu bisa jadi ada masalah dengan giginya. Ketahuilah bahwa gigi dan fitur wajah seseorang berkembang paling pesat saat berusia antara 4 dan 14 tahun.   

  Struktur gigi mulai terbentuk sejak usia 5 tahun, karena pada saat itulah gigi permanen mulai muncul secara perlahan. Nah, jika anak Anda masih mengisap jempolnya pada usia ini, ia bisa jadi mengalami gangguan pertumbuhan alami pada giginya.   Kebiasaan mengisap jempol yang berlebihan oleh anak di atas usia lima tahun dapat mengubah garis rahang dan menyebabkan gigi tidak sejajar, yang disebut maloklusi. Hal ini dapat mengakibatkan apa yang terkadang disebut sebagai 'gigi tonggos' atau gigitan dalam, di mana gigi depan tidak tertutup saat gigi belakang tertutup.    Terkadang gigitan silang terjadi saat gigi belakang tertarik ke dalam karena isapan yang terus-menerus menyempitkan langit-langit mulut.   Untuk menguji seberapa parah kerusakan yang disebabkan oleh kebiasaan mengisap jempol, sebuah kelompok dokter gigi meneliti sekitar 400 bayi di Iowa, Amerika Serikat, hingga usia empat tahun. Para peneliti secara rutin menanyai orang tua tentang kebiasaan mengisap jempol anak-anak mereka. Setelah usia empat tahun, model gigi anak-anak dibuat.   Tak perlu dikatakan lagi, gigi anak-anak yang berhenti mengisap jempol sebelum berusia satu tahun berada dalam kondisi yang cukup baik. Kerusakan gigi meningkat pada sekitar 6% anak-anak yang berhenti mengisap jempol pada usia 2 tahun.    Gigitan silang dan gigitan dalam lebih umum terjadi sebesar 13 persen pada anak-anak yang berhenti mengisap jempol antara usia 2 dan 3 tahun, dan angka ini meningkat menjadi 20 persen, pada kelompok anak-anak yang masih mengisap jempol.   2. Masalah emosional   Masalah emosional yang terkait dengan kebiasaan mengisap jempol bisa sangat menghancurkan. Anak-anak sekolah bisa bersikap tidak kenal ampun terhadap orang yang suka mengisap jempol.    Pendekatan terbaik bagi orang tua adalah menjelaskan kepada anak bahwa kebiasaan itu sendiri yang menyebabkan ejekan, dan bukan kepribadian anak. Dengan cara ini, tekanan teman sebaya menjadi faktor motivasi bagi anak.   Orang tua khawatir bahwa trauma akibat berhenti mengisap jempol akan lebih buruk daripada konsekuensi dari melanjutkan kebiasaan tersebut. Jalan pikiran ini dapat dimengerti, tetapi tidak berdasar.    Jika ini benar, anak yang berhenti mengisap jempol akan lebih bergantung pada kenyamanan lain seperti selimut pengaman atau boneka binatang. Faktanya, begitu mengisap jempol berhenti, ketertarikan pada barang-barang lain yang menenangkan juga berhenti. Kecuali anak yang mengalami trauma berat, mengisap jempol menjadi kebiasaan yang sia-sia.   Berhenti tidak harus traumatis. Jika Anda membuat anak Anda percaya bahwa ia memimpin proses tersebut dan jika Anda memberikan umpan balik positif, ia tidak akan merasa kehilangan apa pun.    Jika Anda mengancam atau melarang, Anda akan menghadapi pemberontakan yang keras kepala dan melancarkan pertempuran yang tidak mungkin Anda menangkan.  

Editor: Nurul Adriyana Salbiah

Tag:  #penyebab #anak #sering #mengisap #jempol #menurut #psikologi #masalah

KOMENTAR